- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Luis Milla: Petualangan dari Barcelona-Madrid hingga Berjodoh dengan Timnas Indonesia


TS
approve.cc
Luis Milla: Petualangan dari Barcelona-Madrid hingga Berjodoh dengan Timnas Indonesia

Quote:

Sepak terjang Alfred Riedl bersama Timnas Indonesia resmi berakhir seiring dengan usainya pagelaran Piala AFF 2016. PSSI tidak memperpanjang kontrak pelatih asal Austria tersebut, meski berhasil membawa Timnas Garuda meraih posisi runner up dengan keterbatasan yang ada.
PSSI langsung berbenah mencari sosok yang bisa membawa Timnas lebih berprestasi nantinya. Federasi Sepakbola Indonesia itu akhirnya mengumumkan para kandidat pelatih Timnas dari jenjang senior hingga kelompok umur.
Nama Luis Milla dan Luis Fernandez menjadi kandidat utama pelatih Timnas Senior yang merangkap Timnas U-22 untuk ajang SEA Games 2017 di Kuala Lumpur, Malaysia mendatang. Indra Sjafri dan Wolfgang Pikal ada di kursi kandidat pelatih Timnas U-19. Lalu nama Fachri Husaini dan Rudy Eka Priyambada menghuni kursi kandidat pelatih Timnas U-16.
Pemilihan Luis Milla dan Luis Fernandez yang keduanya asal Spanyol bukan tanpa alasan. PSSI era kepemimpinan Edy Rahmayadi memang berkeinginan melahirkan bakat-bakat pemain muda Indonesia layaknya Timnas Spanyol. Apalagi, PSSI berencana menggelar pemusatan latihan di Spanyol untuk Timnas Senior dan U-22.

"Keadaan badan atau tubuh pemain kita mirip dengan Spanyol sehingga lebih dekat ke sana," kata Edy di sela Kongres Tahunan PSSI di Hotel Aryaduta, Bandung, Minggu (08/01/17).
“Kami dekatkan ke situ, culture-nya. Kami juga rencanakan Timnas try out di sana,” tambah pria yang menjabat Pangkostrad itu.
Seperti diketahui, sepakbola Spanyol merupakan penguasa di dunia satu dekade terakhir. Hal itu bisa dibuktikan kala La Furia Roja mampu menjuarai Euro 2008 dan 2012, serta Piala Dunia 2010.
Barcelona dan Real Madrid yang notabenenya klub asal Spanyol mampu menjuarai Eropa dalam beberapa tahun terakhir. Barcelona menjuarai Liga Champions musim 2014/15. Sedangkan Madrid menjadi juara di musim 2013/14 dan 2015/16.
Era kebangkitan sepakbola Spanyol merupakan rancangan yang sudah lama direncanakan. Spanyol mampu membentuk kekuatan tim yang dididik dari level junior hingga senior.

Luis Milla merupakan pelatih yang membawa Timnas Spanyol U-21 menjadi juara Euro U-21 pada tahun 2011 lalu. Kala itu, La Furia Roja junior diisi pemain-pemain hebat saat ini, macam David de Gea, Juan Mata, Thiago Alcantara, hingga Bojan Krkic.
Sebelum itu, ia pernah menukangi Timnas Spanyol U-19 pada tahun 2008. Ia kemudian dipecat RFEF (Federasi Sepakbola Spanyol) pada 2012, lantaran gagal membawa Timnas Spanyol U-23 lolos dari babak penyisihan grup Olimpiade London 2012.
Tak hanya melatih Timnas Spanyol U-19 dan U-21, Luis Milla pernah membesut Real Zaragoza yang bermain di Segunda Division musim 2016/17. Akan tetapi, ia diberhentikan karena rangkaian hasil buruk pada akhir Oktober 2016.
Luis Fernandez sendiri merupakan pelatih yang malang melintang di sepakbola Prancis. Ia merupakan mantan pelatih Paris Saint-Germain (PSG).
Namun pada akhirnya, PSSI telah memutuskan untuk memilih Luis Milla sebagai pelatih anyar Timnas Senior dan U-22. Tak hanya Milla, PSSI juga menunjuk Indra Sjafri sebagai pelatih Timnas U-19, dan Fachri Husaini menjadi pelatih Timnas U-16.

Penunjukkan Milla membuat semua orang penasaran dengan mantan pemain Barcelona dan Real Madrid tersebut. Untuk itu, di lansir dari indosport akan merangkum lebih dalam tentang sosok Luis Milla dalam tajuk 'Luis Milla: Petualangan Si Anak Mama dari Barcelona-Madrid hingga Berjodoh dengan Timnas Indonesia'. Berikut ulasannya:
Quote:
1. Luis Milla: antara Kartunis, Sepakbola, dan Barcelona


Luis Milla Aspas lahir di Kota Teruel, Spanyol pada tanggal 12 Maret 1966. Luis Milla sejak kecil tidak bercita-cita menjadi pemain sepakbola. Darah sepakbola pun tidak ada dalam keluarganya.
Ia sejak kecil mempunyai cita-cita sebagai kartunis atau pembuat gambar animasi untuk komik dan lain-lain. Maklum, Milla memiliki hobi menggambar.
"Saya punya cita-cita yang lain (bukan pesepakbola profesional) ketika kecil. Cita-cita saya sejak kecil menjadi kartunis," ungkap Milla, dikutip dari blogdelrealmadrid.com, sebuah situs resmi Madrid yang khusus isinya wawancara pemain El Real dari masa lampau hingga saat ini.
Namun, ia tidak terjun ke dunia kartunis lebih dalam. Milla memulai karier sepakbola juniornya di akademi Barcelona dalam umur 17 tahun (1983).
"Lingkungan di Teruel membawa saya ke sepakbola. Di sana, anak-anak bermain sepakbola. Timbul dalam diri, saya ingin bermain sepakbola ke arah profesional," ujar Milla, dikutip dari blogdelrealmadrid.com
Dua tahun menimba di akademi Barcelona, Milla akhirnya resmi naik level ke tim senior B pada tahun 1985. Posisinya ketika itu sebagai gelandang bertahan.
Di tahun yang sama, ia mulai dipercaya untuk masuk ke tim senior Barcelona. Gelandang bertahan itu akhirnya dapat mempersembahkan banyak gelar untuk Blaugrana, yakni Piala UEFA Cup Winners Cup (1988/89), La Liga (1984/85), Copa del Rey (1989/90). Total, ia mencetak dua gol dari 68 penampilan bersama Blaugrana selama lima tahun.
Ia sejak kecil mempunyai cita-cita sebagai kartunis atau pembuat gambar animasi untuk komik dan lain-lain. Maklum, Milla memiliki hobi menggambar.
"Saya punya cita-cita yang lain (bukan pesepakbola profesional) ketika kecil. Cita-cita saya sejak kecil menjadi kartunis," ungkap Milla, dikutip dari blogdelrealmadrid.com, sebuah situs resmi Madrid yang khusus isinya wawancara pemain El Real dari masa lampau hingga saat ini.
Namun, ia tidak terjun ke dunia kartunis lebih dalam. Milla memulai karier sepakbola juniornya di akademi Barcelona dalam umur 17 tahun (1983).
"Lingkungan di Teruel membawa saya ke sepakbola. Di sana, anak-anak bermain sepakbola. Timbul dalam diri, saya ingin bermain sepakbola ke arah profesional," ujar Milla, dikutip dari blogdelrealmadrid.com
Dua tahun menimba di akademi Barcelona, Milla akhirnya resmi naik level ke tim senior B pada tahun 1985. Posisinya ketika itu sebagai gelandang bertahan.
Di tahun yang sama, ia mulai dipercaya untuk masuk ke tim senior Barcelona. Gelandang bertahan itu akhirnya dapat mempersembahkan banyak gelar untuk Blaugrana, yakni Piala UEFA Cup Winners Cup (1988/89), La Liga (1984/85), Copa del Rey (1989/90). Total, ia mencetak dua gol dari 68 penampilan bersama Blaugrana selama lima tahun.
Quote:
2. Luis Milla: Madrid, Kecintaan dengan Sang Ibu dan Istri, serta Sifat Kerja Kerasnya

Lima tahun di Camp Nou membela Barcelona, Luis Milla akhirnya resmi hengkang pada tahun 1990. Tak tanggung-tanggung, ia hengkang ke klub rival abadi Blaugrana, Real Madrid. Posisinya di Barcelona digantikan Pep Guardiola.
Kepindahannya ke Madrid kala itu disebabkan gaji yang dinginkan Milla tidak disetujui pelatih Barcelona, Johan Cruyff.
Ia menjadi sosok yang merasakan langsung rivalitas Barcelona dan Madrid. Meski begitu, Milla enggan memikirkan rivalitas keduanya. Ia hanya fokus membela timnya saat ini.
"Di Barca, saya telah banyak berlatih, baik secara personal maupun sebagai pemain bola. Di Madrid, saya diperlakukan baik adanya. Saya berusaha memberikan yang terbaik untuk klub yang saya bela, di manapun itu" ungkap Milla, dikutip dari alejandrogaitan.wordpress.com, sebuah blog wartawan sepakbola Spanyol.
Kepindahannya ke Madrid karena dorongan sosok sang istri, Marisa Manzanares. Milla sangat mencintai sang istri, walaupun dia pernah digosipkan mempunyai hubungan khusus dengan mantan petenis nomer satu Spanyol, Arantxa Sanchez-Vicario. Ia mempunyai satu orang anak dari buah cintanya dengan Marisa bernama Luis Milla Manzanares.
Sebagai informasi tambahan, Luis Milla Manzanares menjadi pemain akademi Atletico Madrid saat ini. Pria kelahiran 7 Oktober 1994 tersebut kini membela klub Divisi Tiga Liga Spanyol, Fuenlabrada (masa pinjaman dari Alcorcon, klub Divisi Dua Liga Spanyol).
"Saya tidak merasa menyesal meninggalkan Barca (pasca kepergiannya, Barcelona langsung memenangkan banyak gelar), saya melakukan karena istri saya, Marisa, yang menyukai kota Madrid. Kami membangun sebuah rumah di sana, dan memulai kehidupan di sana. Hidup yang damai dan tenang, hubungan yang intens dengan istri di tengah kehidupan profesional saya sebagai pesepakbola, adalah hal yang penting bagi saya," ujar Milla dikutip dari blogdelrealmadrid.com
Penampilannya di Madrid awalnya dihiasi mimpi buruk. Ia harus menderita cedera tulang ligamen kaki kanan yang retak saat menjalani debut bersama El Real.
Namun, cedera yang dideritanya tidak membuat Milla pantang menyerah. Ia justru bangkit dari keterpurukan. Hingga pada akhirnya, Milla juga menjadi sosok penting El Real bersama Fernando Hierro.
Petualangannya bersama Madrid selama tujuh tahun membuahkan hasil sangat gemilang. Ia mengantarkan Madrid menjuarai Copa del Rey (1998/99), Piala Super Spanyol (1999), dan UEFA Intertoto Cup (1998). Total, ia mempersembahkan dua gol dari 116 penampilan.
Di balik sifat pantang menyerahnya, Milla merupakan sosok pemain yang mencintai sang ibu, Maria Aspas. Ia tidak bisa lepas dari sang ibu alias anak mama.
Ia rela bolak-balik Madrid-Teruel untuk menengok dan melepas rindu dengan sang ibu, meski kala itu dirinya sedang dibalut cedera.
Kepindahannya ke Madrid kala itu disebabkan gaji yang dinginkan Milla tidak disetujui pelatih Barcelona, Johan Cruyff.
Ia menjadi sosok yang merasakan langsung rivalitas Barcelona dan Madrid. Meski begitu, Milla enggan memikirkan rivalitas keduanya. Ia hanya fokus membela timnya saat ini.
"Di Barca, saya telah banyak berlatih, baik secara personal maupun sebagai pemain bola. Di Madrid, saya diperlakukan baik adanya. Saya berusaha memberikan yang terbaik untuk klub yang saya bela, di manapun itu" ungkap Milla, dikutip dari alejandrogaitan.wordpress.com, sebuah blog wartawan sepakbola Spanyol.
Kepindahannya ke Madrid karena dorongan sosok sang istri, Marisa Manzanares. Milla sangat mencintai sang istri, walaupun dia pernah digosipkan mempunyai hubungan khusus dengan mantan petenis nomer satu Spanyol, Arantxa Sanchez-Vicario. Ia mempunyai satu orang anak dari buah cintanya dengan Marisa bernama Luis Milla Manzanares.
Sebagai informasi tambahan, Luis Milla Manzanares menjadi pemain akademi Atletico Madrid saat ini. Pria kelahiran 7 Oktober 1994 tersebut kini membela klub Divisi Tiga Liga Spanyol, Fuenlabrada (masa pinjaman dari Alcorcon, klub Divisi Dua Liga Spanyol).
"Saya tidak merasa menyesal meninggalkan Barca (pasca kepergiannya, Barcelona langsung memenangkan banyak gelar), saya melakukan karena istri saya, Marisa, yang menyukai kota Madrid. Kami membangun sebuah rumah di sana, dan memulai kehidupan di sana. Hidup yang damai dan tenang, hubungan yang intens dengan istri di tengah kehidupan profesional saya sebagai pesepakbola, adalah hal yang penting bagi saya," ujar Milla dikutip dari blogdelrealmadrid.com
Penampilannya di Madrid awalnya dihiasi mimpi buruk. Ia harus menderita cedera tulang ligamen kaki kanan yang retak saat menjalani debut bersama El Real.
Namun, cedera yang dideritanya tidak membuat Milla pantang menyerah. Ia justru bangkit dari keterpurukan. Hingga pada akhirnya, Milla juga menjadi sosok penting El Real bersama Fernando Hierro.
Petualangannya bersama Madrid selama tujuh tahun membuahkan hasil sangat gemilang. Ia mengantarkan Madrid menjuarai Copa del Rey (1998/99), Piala Super Spanyol (1999), dan UEFA Intertoto Cup (1998). Total, ia mempersembahkan dua gol dari 116 penampilan.
Di balik sifat pantang menyerahnya, Milla merupakan sosok pemain yang mencintai sang ibu, Maria Aspas. Ia tidak bisa lepas dari sang ibu alias anak mama.
Ia rela bolak-balik Madrid-Teruel untuk menengok dan melepas rindu dengan sang ibu, meski kala itu dirinya sedang dibalut cedera.
Quote:
3. Valencia, Gaizka Mendieta, dan Karier Kepelatihannya

Luis Milla akhirnya resmi hengkang dari Real Madrid pada tahun 1997. Ia pindah ke Valencia karena dibujuk teman dekatnya. Salah satunya adalah legenda Timnas Spanyol dan Valencia, Gaizka Mendieta.
"Saya beruntung pindah ke Valencia. Selain karena keempat teman saya (Piojo Lopez, Mendieta, Farinos, Gerard Lopez), Valencia adalah kota yang bagus. Saya beruntung mengakhiri karier di sini, karena keluarga saya juga menyukai kota Valencia," ungkap Milla, dikutip dari alejandrogaitan.wordpress.com
Kariernya di Valencia terbilang singkat. Ia hanya empat tahun bersama Elche. Milla memutuskan pensiun di umur 35 tahun pada tahun 2001. Total, ia mempersembahkan 71 penampilan dengan mencetak dua gol untuk Valencia.
Usai pensiun, Milla memutuskan banting stir menjadi pelatih. Ia memulai karier kepelatihannya kala membesut Getafe sebagai asisten pelatih Michael Laudrup pada tahun 2008.
Selanjutnya, ia dipercaya Federasi Sepakbola Spanyol (RFEF) membesut Timnas U-19 Negeri Matador pada tahun 2008-2010. Ia kemudian membesut Timnas Spanyol U-20 pada tahun 2010.
Kesuksesannya menjadi pelatih kala membesut Timnas Spanyol U-21. Ia memoles talenta berbakat Negeri Matador menjadi pemain menakutkan di Euro 2011.
Nama-nama David de Gea, Juan Mata, Thiago Alcantara, Javi Martinez, dan Bojan Krkic adalah polesan tangan dinginnya. Lewat tangan dinginnya, ia mampu membawa Timnas Spanyol U-21 menjadi Euro U-21 tahun 2011.
Sukses bersama Timnas Spanyol U-21, ia ditunjuk membesut U-23 untuk ajang Olimpiade London 2012. Namun, ia gagal membawa Spanyol meraih medali emas usai gagal lolos penyisihan Grup D. La Furia Roja junior kalah bersaing dengan Jepang dan Honduras. Milla pun akhirnya dipecat.
Milla selanjutnya menjadi pelatih klub asal Uni Emirate Arab, Al Jazira. Ia melatih Al Jazira hanya selama beberapa bulan Februari hingga Oktober 2013.
Meski sebentar, ia memiliki tujuan mulia di Al Jazira. Milla ingin membawa filosofi permainan Spanyol ke Timur Tengah.
"Kami ingin membawa filosofi Spanyol ke Jazira untuk memberikan para pemain muda kesempatan bermain lebih banyak. Pemain yang lebih tua atau berpengalaman dapat membantu mereka berkembang," kata pria yang gemar bermain basket dan tenis tersebut saat di Al Jazira, dilansir The National.
Setelah itu, Milla melanjutkan pertualangannya ke klub Divisi Dua Liga Spanyol (Segunda Division), CD Lugo pada tahun 2015. Lalu pindah ke Real Zaragoza pada tahun 2016. Ia dipecat manajemen Zaragoza karena penampilan buruk tim saat menjalani beberapa pertandingan Segunda Division.
"Saya beruntung pindah ke Valencia. Selain karena keempat teman saya (Piojo Lopez, Mendieta, Farinos, Gerard Lopez), Valencia adalah kota yang bagus. Saya beruntung mengakhiri karier di sini, karena keluarga saya juga menyukai kota Valencia," ungkap Milla, dikutip dari alejandrogaitan.wordpress.com
Kariernya di Valencia terbilang singkat. Ia hanya empat tahun bersama Elche. Milla memutuskan pensiun di umur 35 tahun pada tahun 2001. Total, ia mempersembahkan 71 penampilan dengan mencetak dua gol untuk Valencia.
Usai pensiun, Milla memutuskan banting stir menjadi pelatih. Ia memulai karier kepelatihannya kala membesut Getafe sebagai asisten pelatih Michael Laudrup pada tahun 2008.
Selanjutnya, ia dipercaya Federasi Sepakbola Spanyol (RFEF) membesut Timnas U-19 Negeri Matador pada tahun 2008-2010. Ia kemudian membesut Timnas Spanyol U-20 pada tahun 2010.
Kesuksesannya menjadi pelatih kala membesut Timnas Spanyol U-21. Ia memoles talenta berbakat Negeri Matador menjadi pemain menakutkan di Euro 2011.
Nama-nama David de Gea, Juan Mata, Thiago Alcantara, Javi Martinez, dan Bojan Krkic adalah polesan tangan dinginnya. Lewat tangan dinginnya, ia mampu membawa Timnas Spanyol U-21 menjadi Euro U-21 tahun 2011.
Sukses bersama Timnas Spanyol U-21, ia ditunjuk membesut U-23 untuk ajang Olimpiade London 2012. Namun, ia gagal membawa Spanyol meraih medali emas usai gagal lolos penyisihan Grup D. La Furia Roja junior kalah bersaing dengan Jepang dan Honduras. Milla pun akhirnya dipecat.
Milla selanjutnya menjadi pelatih klub asal Uni Emirate Arab, Al Jazira. Ia melatih Al Jazira hanya selama beberapa bulan Februari hingga Oktober 2013.
Meski sebentar, ia memiliki tujuan mulia di Al Jazira. Milla ingin membawa filosofi permainan Spanyol ke Timur Tengah.
"Kami ingin membawa filosofi Spanyol ke Jazira untuk memberikan para pemain muda kesempatan bermain lebih banyak. Pemain yang lebih tua atau berpengalaman dapat membantu mereka berkembang," kata pria yang gemar bermain basket dan tenis tersebut saat di Al Jazira, dilansir The National.
Setelah itu, Milla melanjutkan pertualangannya ke klub Divisi Dua Liga Spanyol (Segunda Division), CD Lugo pada tahun 2015. Lalu pindah ke Real Zaragoza pada tahun 2016. Ia dipecat manajemen Zaragoza karena penampilan buruk tim saat menjalani beberapa pertandingan Segunda Division.
Quote:
Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) akhirnya resmi menunjuk Luis Milla sebagai pelatih Tim Nasional (Timnas) Indonesia Senior rangkap U-22.
Semoga ditangan doi , Timnas bisa meraih gelar juara

Sumber Refrensi
Quote:
See You Next Time di trit ane selanjut nya


keep ngaskus gansis




keep ngaskus gansis



Spoiler for Jangan di bukan gansis !:
Yang lempar cendol semoga rejeki nya di mudahkan


yang bantu Rate 5 semoga urusan nya di mudahkan

yang lempar bata semoga cepet dapet hidayah

yang komen semoga ilmu nya bermanfaat

amin allahumma amin




yang bantu Rate 5 semoga urusan nya di mudahkan



yang lempar bata semoga cepet dapet hidayah



yang komen semoga ilmu nya bermanfaat



amin allahumma amin





Trit ane yang lain :
Susul Donnarumma, 5 Wonderkid Ini Calon Bintang Baru AC Milan
Alasan MotoGP 2017 akan Berlangsung Menarik
Untung Rugi Naturalisasi di Timnas
Menuju Olahraga Indonesia yang Lebih Baik di 2017
3 Rahasia Keberanian Klub China Beli Pemain dengan Harga Fantastis
Mengenal 4 Pembalap Debutan yang Siap Ramaikan Persaingan MotoGP
10 Negara dengan Angka Kriminal Terendah, Indonesia?
Sentuhan Dingin Anatoli Polosin, Pelatih 'Sadis' yang Sumbang Emas Terakhir Indonesia
Ini Dia 5 Proyek Prestisius Termahal di Dunia
Ini tips ampuh tembus KPR di bank
Diubah oleh approve.cc 21-01-2017 11:21
0
4.9K
Kutip
18
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan