Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

papahmuda099Avatar border
TS
papahmuda099
Pelet Orang Banten
Pelet Orang Banten





Assalamualaikum wr.wb.



Perkenalkan, aku adalah seorang suami yang saat kisah ini terjadi, tepat berusia 30 tahun. Aku berasal dari Jawa tengah, tepatnya disebuah desa kecil yang dikelilingi oleh perbukitan, yang masih termasuk kedalam wilayah kabupaten Purbalingga.

Aku, bekerja disebuah BUMN sebagai tenaga kerja outsourcing di pinggiran kota Jakarta.


Kemudian istriku, adalah seorang perempuan Sumatra berdarah Banten. Kedua orang tuanya asli Banten. Yang beberapa tahun kemudian, keduanya memutuskan untuk ber-transmigrasi ke tanah Andalas bagian selatan. Disanalah kemudian istriku lahir.

Istriku ini, sebut saja namanya Rara ( daripada sebut saja mawar, malah nantinya jadi cerita kriminal lagi emoticon-Leh Uga), bekerja disebuah pabrik kecil, di daerah kabupaten tangerang, sejak akhir tahun 2016. Istriku, karena sudah memiliki pengalaman bekerja disebuah pabrik besar di wilayah Serang banten, maka ia ditawari menduduki jabatan yang lumayan tinggi dipabrik tersebut.


Dan alhamdulillah, kami sudah memiliki seorang anak perempuan yang saat ini sudah berusia 8 tahun. Hanya saja, dikarenakan kami berdua sama-sama sibuk dalam bekerja, berangkat pagi pulang malam, jadi semenjak 2016 akhir, anak semata wayang kami ini, kami titipkan ditempat orang tuaku di Jawa sana.


Oya, sewaktu kejadian ini terjadi (dan sampai saat ini), kami tinggal disebuah kontrakan besar dan panjang. Ada sekitar 15 kontrakan disana. Letak kontrakan kami tidak terlalu jauh dari pabrik tempat istriku bekerja. Jadi, bila istriku berangkat, ia cukup berjalan kaki saja. Pun jika istirahat, istriku bisa pulang dan istirahat dirumah.


Oke, aku kira cukup untuk perkenalannya. Kini saatnya aku bercerita akan kejadian NYATA yang aku alami. Sebuah kejadian yang bukan saja hampir membuat rumah tangga kami berantakan, tapi juga nyaris merenggut nyawaku dan istriku !
emoticon-Takut

Aku bukannya ingin mengumbar aib rumah tanggaku, tapi aku berharap, agar para pembaca bisa untuk setidaknya mengambil hikmah dan pelajaran dari kisahku ini
emoticon-Shakehand2


*


Bismillahirrahmanirrahim



Senin pagi, tanggal 10 februari 2020.


Biasanya, jam 7 kurang sedikit, istriku pamit untuk berangkat bekerja. Tapi hari ini, ia mengambil cuti 2 hari ( Senin dan selasa ), dikarenakan ia hendak pergi ke Balaraja untuk melakukan interview kerja. Istriku mendapatkan penawaran kerja dari salah satu pabrik yang ada disana dan dengan gaji yang lebih besar dari gaji yang ia terima sekarang.


Karena hanya ada 1 motor, dan itu aku gunakan untuk kerja, ia memutuskan untuk naik ojek online saja.


Awalnya aku hendak mengantarnya
emoticon-Ngacir tapi jam interview dan jam aku berangkat kerja sama. Akhirnya, aku hanya bisa berpesan hati-hati saja kepadanya.


Pagi itu, kami sempat mengobrol dan berandai-andi jika nantinya istriku jadi untuk bekerja di balaraja.

"Kalau nanti bunda jadi kerja disana, gimana nanti pulang perginya ?" kataku agak malas. Karena memikirkan bagaimana aku harus antar jemput.

"Nanti bunda bisa bisa ajak 1 anak buah bunda dari pabrik lama, yah," jawab istriku, "nanti dia bunda ajak kerja disana bareng. Kebetulan rumah dia juga deket disini-sini juga."

Wajahku langsung cerah begitu tahu, kalau aku nantinya tidak terlalu repot untuk antar jemput.

"Siapa emang, bun?" tanyaku, "Diki?"

Diki adalah salah satu anak buah istriku dipabrik ini. Diki juga sudah kami anggap sebagai adik sendiri. Selain sesama orang lampung, juga karena kami sudah mengenal sifat anak muda itu.

"Bukan," jawab istriku.

Aku langsung memandang istriku dengan heran.

"Terus siapa?"

"Sukirman, yah. Dia anak buah bunda juga. Kerjanya bagus, makanya mau bunda ajak buat bantu bunda nanti disana."

"Kenapa bukan diki aja, bun?" tanyaku setengah menuntut.

Istriku menggelengkan kepalanya.

"Diki masih diperluin dipabrik bunda yang lama. Gak enak juga main asal ambil aja sama bos. Kalo kirman ini, dia emang anak buah bunda. Kasihan, yah. Dia disini gajinya harian. Mana dia anak udah 2 masih kecil-kecil lagi." Istriku menerangkan panjang lebar.

Aku akhirnya meng-iyakan perkataannya tersebut. Aku berfikir, "ah, yang penting aku gak susah. Gak capek bolak balik antar jemput. Lagian maksud istriku juga baik, membantu anak buahnya yang susah."

"Ya udah, bun. Asalkan jaga kepercayaan ayah ya sayang," aku akhirnya memilih untuk mempercayainya.


Jam 09:00 pas, aku berangkat kerja. Tak lupa aku berpamitan kepada istriku. Setelah itu aku berangkat dengan mengendarai sepeda motor berjenis matic miliku.


Waktu tempuh dari kontrakanku ketempat kerja sekitar 40-50 menit dengan jalan santai. Jadi ya seperti biasa, saat itu aku menarik gas motorku diantara kecepatan 50 km/jam.


Tapi tiba-tiba, saat aku sudah sampai disekitaran daerah Jatiuwung. Motorku tiba-tiba saja mati
emoticon-Cape deeehh


"Ya ampun, kenapa nih motor. Kok tau-tau mati," kataku dalam hati.


Aku lalu mendorong motorku kepinggir. Lalu aku coba menekan stater motor, hanya terdengar suara "cekiskiskiskis...," saja
emoticon-Ngakak


Gagal aku stater, aku coba lagi dengan cara diengkol. 


Motor aku standar 2. Lalu aku mulai mengengkol.


Terasa enteng tanpa ada angin balik ( ya pokoknya ngemposlah ) yang keluar dari motor.


"Ya elah, masa kumat lagi sih ini penyakit," ujarku mengetahui penyebab mati mendadaknya motorku ini.


Penyebabnya adalah los kompresi
emoticon-Cape d... Penyakit ini, memang dulu sering motorku alami. Tapi itu sudah lama sekali, kalau tidak salah ingat, motorku terakhir mengalami los kompresi adalah sekitar tahun 2017.


Lalu, entah mengapa. Aku tiba-tiba saja merasakan perubahan pada moodku. 


Yang awalnya baik-baik saja sedari berangkat, langsung berubah menjadi jelek begitu mengalami kejadian los kompresi ini.


Hanya saja, aku mencoba untuk bersabar dengan cara memilih langsung mendorong motorku mencari bengkel terdekat.


Selama mendorong motor ini, aku terus menerus ber-istighfar didalam hati. Soalnya, gak tau kenapa, timbul perasaan was-was dan pikiran-pikiran buruk yang terus melintas dibenak ini.


"Astaghfirullah...Astaghfirullah...semoga ini bukan pertanda buruk," kalimat itu terus kuulang-ulang didalam hati.


Alhamdulillah, tak lama kemudian, aku menemukan sebuah bengkel. Aku langsung menjelaskan permasalahan motorku.


Oleh si lay, aku disarankan untuk ganti busi. Aku sih oke-oke saja. Yang penting cepet beres. Karena aku tidak mau terlambat dalam bekerja.


"Bang, motornya nanti lubang businya aku taruh oli sedikit ya," kata si lay itu padaku. Lalu lanjutnya, "nanti agak ngebul sedikit. Tapi tenang aja, bang. Itu cuman karena olinya aja kok. Nanti juga ilang sendiri."


"Atur aja bang," kataku cepat.


Sekitar 5 menit motorku diperbaiki olehnya. Dan benar saja, motorku memang langsung menyala, tapi kulihat ada asap yang keluar dari knalpot motorku.


"Nanti jangan kau gas kencang dulu, bang," katanya.


"Oke,"


Setelah membayar biaya ganti busi dan lainnya. Aku langsung melanjutkan perjalananku.


Aku sampai dikantor telat 5 menit. Yakni jam 10:05. Jam operasional kantorku sudah buka. Aku langsung menjelaskan penyebab keterlambatanku kepada atasanku. Syukurnya, merek mengerti akan penjelasan ku. Hanya saja, kalau nanti ada apa-apa lagi, aku dimintanya untuk memberikan kabar lewat telepon atau WA.


Aku lalu, mulai bekerja seperti biasa lagi.


Jam menunjukan pukul 12:00 wib.


Itu adalah jam istirahat pabrik istriku. Aku lalu menulis chat untuknya. Contreng 2, tapi tak kunjung dibacanya. Aku lalu berinisiatif untuk menelponnya. Berdering, tapi tak diangkat juga.


"Kemana ini orang....," kataku agak kesal.


"Ya udahlah, nanti juga ngabarin balik," ujarku menghibur diri.


Jam 13:30 siang, disaat aku hendak melaksanak ibadah solat Dzuhur. HPku berdering. 


Kulihat disana tidak tertera nama, hanya nomer telpon saja.


"Nomer siapa nih," desisku.


Awalnya aku malas untuk mengangkatnya.


Tapi sekali lagi nomer itu meneleponku.


Dan, entah kenapa jantungku tiba-tiba saja berdetak lebih cepat. Hatiku langsung merasakan ada sesuatu yang tidak menyenangkan akan aku dapatkan, bila aku mengangkat telpon ini.


Dengan berdebar, aku lalu menekan tombol hijau di HPku.


"Halo, Assalamualaikum...," jawabku.


"Halo, waalaikumsalam...," kata si penelpon.


"Maaf, ini siapa ya ?" tanyaku.


"Ini saya, mas. Sumarno," jawabnya.


"Oh, mas Sumarno," kataku.


Sumarno adalah laki-laki yang diserahi tanggung jawab untuk mengawasi dan mengurus kontrakan tempatku tinggal.


"Ada apa ya, mas ?" tanyaku dengan jantung berdebar-debar.


"Maaf mas sebelumnya," jawab mas Sumarno.


Aku menunggu kelanjutan kalimat mas Sumarno ini dengan tidak sabar.


Lalu, penjaga kontrakan kami ini melanjutkan ucapannya. Ucapan yang membuat lututku lemas, tubuhku menggigil hebat. Sebuah ucapan yang rasanya tidak akan terjadi selama aku mengenal istriku. Dari sejak kami berpacaran sampai akhirnya kami menikah.


Mas Sumarno berkata, "Mbak Rara berduaan sama laki-laki didalam kontrakan sekarang. Dan pintu dikunci dari dalam."



***



Part 1

Pelet Orang Banten




Quote:




Part 2

Teror Alam Ghaib


Quote:




Terima kasih kepada agan zafin atas bantuannya, dan terutama kepada para pembaca thread ini yang sudah sudi untuk mampir dilapak saya

emoticon-Nyepi






*


Silahkan mampir juga dicerita saya yang lainnya


Diubah oleh papahmuda099 04-04-2024 21:27
ridom203
sampeuk
bebyzha
bebyzha dan 248 lainnya memberi reputasi
235
321.7K
3.1K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
papahmuda099Avatar border
TS
papahmuda099
#1314
Batuk Pak Aji






sebelumnya saya mohon maaf dan sekedar memperingatkan, bahwa di chapter ini, akan ada kata-kata kasar. Sengaja saya tulis agar emosi saya bisa sama persis dengan saat kejadian itu berlangsung emoticon-Nyepi


*


Kami berempat mulai melewati gerbang dengan ornamen ular itu satu persatu.
Pelet Orang Banten

Kembali sebuah pemandangan yang aneh dan menakjubkan terhampar di depan mataku. Sama seperti sewaktu aku melewati gerbang bambu tadi. dari yang sebelumnya hanya tampak seperti semak-semak belukar belaka, begitu kami melewati gerbang pemandangan semak itu berubah menjadi sebuah pemandangan yang lain.

Kali ini, pemandangan yang tersaji didepanku adalah sebuah rumah panggung yang sangat besar, dengan keseluruhan bangunan yang terbuat dari kayu-kayu.

Pelet Orang Banten
mulustrasi bree

Rumah itu berwarna kecoklatan, tapi dari bentuk dan modelnya, rumah kayu yang sangat besar itu terlihat seperti sebuah istana saja. Itu bisa terlihat dari tiang kayu di pendapatnya yang berbentuk bulat memanjang ke atas. Seperti tiang saka pada masjid-masjid di zaman dahulu.

Oh ya, pada saat kami melewati pintu gerbang tadi. Untuk sesaat, ada sebuah cahaya yang sangat menyilaukan yang membuat pandangan mataku terhalang. Cahaya itu berasal dari rumah panggung tersebut.

Oke, setelah aku bisa melihat bentuk rumah panggung itu, kini samar-samar mulai terlihat di depan mataku berbagai bentuk dari makhluk-makhluk yang yang Bapak sebutkan tadi.



Jin-jin dan siluman-siluman dengan tingkatan yang lebih tinggi daripada sosok bertanduk yang tadi kami lawan. Eh maaf, bapakku lawan maksudnya.
emoticon-Ngakak

Dan saat mataku mulai kembali normal, kini aku bisa melihat dengan jelas bahwa rumah panggung besar itu dikelilingi oleh sosok sosok gaib dengan berbagai macam bentuk dan ukuran.

Sosok gaib yang mengelilingi rumah panggung besar itu tidak terlihat menyeramkan sebagaimana jika kita melihat pocong, kuntilanak, dsb.

Sosok gaib ini lebih seperti manusia biasa, hanya saja ada penambahan bentuk fisik ditubuhnya.

Ada yang bertanduk, dari tanduk kecil sampai ke tanduk yang sangat besar. Dari yang tanduknya hanya satu sampai yang sangat banyak.

Kemudian untuk ukuran. Mereka ada yang memiliki tinggi seperti manusia biasa, sampai ada yang tubuhnya setinggi rumah panggung tersebut. Dan satu hal yang sama, mereka semua memakai pakaian seperti orang-orang pada zaman dahulu.

Bila kuhitung hitung, ada sekitar 22 atau 25 makhluk gaib yang mengelilingi rumah panggung besar itu.

Suasana sangat sunyi saat kami sampai di depan rumah kayu tersebut. Hanya terdengar dengus nafas yang keluar dari bos G.

Aku yang berdiri di samping Bapak kemudian berbisik pelan.

"Pap, apakah ini rumah orang yang sudah menculik sukmaku?"

Bapak mengangguk pelan.

"Iya, Nang. Sebentar lagi orang itu pasti keluar. Untuk saat ini, kamu diam-diam saja ya," jawab bapak.

Aku mengangguk.

Kembali pandangan mataku tertuju ke arah rumah panggung besar yang terbuat dari kayu tersebut. Sambil sesekali memperhatikan para makhluk gaib yang mengelilingi rumah itu.

Ada satu yang menarik perhatianku. Yakni sesosok siluman, atau mungkin jin perempuan yang memakai pakaian sangat terbuka. Sehingga bagian-bagian tubuhnya yang menurutku adalah bagian pribadi, hampir tersembul keluar. Wajahnya yang terkesan judes, sangat sesuai dengan typeku.
emoticon-Betty
Pelet Orang Banten
mulustrasi lage

"Galak pasti nih," ujarku dalam hati.

Entah sadar dengan tatapan mataku atau apa, sosok gaib perempuan yang kuperhatikan itu tiba-tiba saja menatap tajam ke arahku. Lalu, tiba-tiba saja lidahnya keluar dan langsung melesat ke arahku dengan sangat cepat.

Aku hanya bisa melotot melihat hal ini. Tubuhku tak ada yang bisa ku gerakan. Hanya mataku saja yang bisa bereaksi.

Sesaat lagi lidah perempuan gaib itu mengenai ku, tiba-tiba saja dari samping kiriku yang seperti memotong gerakan lidah itu.

"Crass!"

Lidah panjang yang melesat ke arahku terpotong dan terjatuh sekitar 1 meter di depanku. Lidah itu menggelepar-gelepar bagaikan ular yang kepanasan. Kemudian terdiam.

Bersamaan dengan lidahnya yang terpotong, jin wanita yang tadi menyerangku itu berteriak dengan sangat keras.

"Aaaaaahhhh!"

Tubuhnya yang indah tergeletak jatuh sembari kedua tangannya menutupi mulut.

Tidak ada darah yang menetes keluar dari mulutnya itu. Lidahnya yang tadi memanjang, perlahan-lahan kembali ke ukurannya semula dan masuk ke mulut jin perempuan itu.

Dengan sorot mata yang penuh amarah, jin perempuan itu melotot ke arah kiriku.

Aku juga mengikuti arah pandangan matanya.

Ternyata ia sedang melihat ke arah nyai emas yang kedua tangannya memang sudah berubah menjadi sepasang pedang besar.

Pelet Orang Banten
mulustrasi nyai emas

Ternyata, yang tadi menolongku adalah nyai emas, dengan tebasan tangannya.

Aku yang sadar bahwa nyai emas sudah menolongku, mengangguk memberikan isyarat bahwa aku berterima kasih atas pertolongannya tadi.

Nyai emas mengangguk juga sambil berkata pelan.

"Sebaiknya Tuan berhati-hati, jangan sampai pandangan kita teralihkan hanya karena wujud cantik yang terlihat oleh mata. Perempuan gaib itu, sebenarnya adalah seekor jin dengan bentuk ular besar yang sudah berumur ratusan tahun," ujar nyai emas.

Aku hanya bisa menghembuskan nafas dalam mendengar perkataan dari nyai emas barusan.

Ya, ini memang murni kesalahanku. Karena aku tidak bisa menjaga mata ku disini. Padahal di sini adalah alam gaib. Sebuah alam yang sangat berbeda dengan alam manusia.

"Astaghfirullah...," Gumamku beristighfar sambil meminta perlindungan kepada Allah SWT dari segala godaan manusiawi ku.

Disaat yang cukup menegangkan itu, tiba-tiba saja pintu rumah panggung itu terbuka lebar.

Gak ada suara "krieet" seperti pada film-film horor Indonesia.

Lalu, dari dalam rumah, munculah tiga sosok yang salah satunya kukenal dengan baik. Wajah manusia yang bagiku, seperti wajah iblis. Bahkan mungkin iblis lebih mendingan. Kayaknya.

Yap, itu adalah wajah dari orang yang kalian nantikan kemunculannya.

Sukirman!

"Si anjing," gumamku geram.

Wajahnya biasa saja. Bahkan seulas senyum menghiasi wajahnya yang bangke itu. Senyum anjing yang sama, seperti yang pernah kulihat saat pertama kali aku melihatnya didalam kontrakanku.

Sumpah, saat itu, aku hampir saja berlari maju untuk menghajarnya. Tapi hal ini bisa kutahan untungnya. Karena aku melihat satu sosok yang sangat menyeramkan, yang berdiri disampingnya.

"Batara karang," desis bapak menyebut makhluk itu.

Pelet Orang Banten
mulustrasi bk

"Hati-hati, Nang. Diantara semua makhluk gaib yang ada disini, makhluk itulah yang paling kuat. Bahkan, BK ( Batara karang ) punya bapak, kayaknya masih belum setingkat dengannya," kata bapak dengan sedikit menarik bajuku. Takut aku hilang kendali.

Aku hanya bisa melotot kearah Sukirman.

Lalu, terdengarlah suara batuk yang dibuat-buat.

"Uhuk... uhuk...uhuk,"

Kami menoleh kearahnya.

Seorang laki-laki paruh baya yang sudah tua yang mengeluarkan suara batuk itu.

Ia berdiri didepan Sukirman dan sosok Batara karang.

"Gurunya?" Tanyaku dalam hati.

Tak lama, sosok tua itu berkata dengan tenang dengan logat Bantennya.

"Selamat datang tamu-tamu yang sudah datang, ada apa ribut-ribut ini?"

Bapak lalu menjawab pertanyaan itu dengan ketus.

"Udahlah, gak usah bertele-tele lagi. Aku bapak dari orang yang sukmanya kamu ambil. Aku datang kesini, untuk meminta penjelasan tentang maksud dan tujuanmu itu,"

"Hahaha....," Orang tua itu malah tertawa mendengar perkataan bapak.

"Jadi, kamu bapak dari anak muda yang sudah mengganggu keinginan dari muridku ini," kata orang tua yang memang adalah guru dari Sukirman.

Aku, yang mendengar perkataan dari orang tua itu sontak marah.

"Eh aki-aki. Apa katamu tadi? Aku yang menggangu keinginan si babi itu? Apa enggak salah denger? Si babi itu yang sudah mengganggu rumah tanggaku!" Kataku keras.

"Jangan kurang ajar lu!" Tiba-tiba Sukirman berteriak.

"Anjing! Maju sini lu, baik!" Kataku melangkah maju. Tapi gerakanku kembali ditahan oleh bapak.

"Jangan keburu nafsu, Nang," ujar bapak lirih.

Aku berdengus kesal. Dadaku naik turun karena jantungku yang berdegup sedemikian kencangnya. Hanya mataku saja yang menatap tajam kearah Sukirman yang juga tampak emosi diatas sana.


Dengan susah payah, aku berhasil menata kembali perasaanku. Meskipun itu adalah tugas yang sangat sulit. Tapi mau bagaimana lagi, cengkraman bapak terasa sangat kuat dilenganku.

"Uhuk...uhuk," kembali guru Sukirman batuk-batuk kecil.

"Batuk pak aji,"

Aku yang sudah kesal, langsung saja nyeletuk seperti itu.

"Anak dajal!" Guru Sukirman memakiku keras.

"Hahaha...!" Bapak tertawa keras.

"Jadi, kalau gitu, akulah dajal itu, hahaha!" Bapak lalu tertawa keras, dan tentu saja tawa itu dibuat-buat.
emoticon-Ngakakemoticon-Ngakak

"Anak sama bapak sama aja...,"

Belum sempat guru dari Sukirman menyelesaikan kalimatnya, bapakku sudah memotong.

"Ya iyalah sama, namanya juga anak sama bapak. Kalau beda mah ya namanya bukan keluarga,"

Guru Sukirman tak mampu berkata-kata lagi. Hanya matanya saja yang kulihat melotot.

Oya, saya lupa jelasin, disana keadaan terang ya.

Oke, lanjut adu bacot lagi.

"Udahlah, sekarang kita gak usah banyak omong. Aku tanya sekali lagi, apa tujuanmu mengambil Sukma dari anakku? Apa kamu gak tau apa nanti akibat dari perbuatanmu itu?!" Kata bapak keras.

"Saya tahu melebihi kapasitasmu," jawab guru Sukirman.

"Salah anakmu sendiri yang menghalang-halangi keinginan muridku untuk mendapatkan jodohnya," ujarnya lagi enteng.

"Jodoh? Mana ada jodoh yang datang dengan cara itu," bantah bapak.

"Hahaha...mainmu kurang jauh, nak," balas guru Sukirman.

"Hey orang tau!" Seruku, "si anjing itu, udah punya anak dan istri. Mau dikemanakan lagi mereka bila nanti istriku berhasil direbutnya!"
emoticon-Marah

Guru Sukirman hanya tertawa mendengarkan omonganku.

"Tentu saja istrimu nanti akan jadi istrinya. Nanti, istrinya yang lama, tinggal dicerai saja. Karena dia sudah berani menyakiti perasaan muridku," katanya.

Mendengar perkataan kakek tua itu, hatiku kembali memanas.

"Eh orang tua. Kalau memang kamu itu mengaku sebagai gurunya. Harusnya kamu bisa mengajarkan hal-hal yang baik. Dan juga menegurnya kalau anjing itu berbuat salah. Bukan malah mendukungnya disaat si anjing itu melakukan kesalahan," kataku.

Mata Sukirman melotot, tapi ia tak berkata apapun.

Kembali gurunya berkata.

"Kamu itu masih bayi. Masih belum tahu asam garam kehidupan,"

"Memang saya masih bayi. Tapi setidaknya, saya tahu, mana yang baik dan mana yang tidak baik. Dan salah satu perbuatan yang tidak baik itu adalah merebut dan juga mengganggu rumah tangga orang," sergahku keras.

Semua orang terdiam.

Bapak sepertinya tidak menyangka bahwa aku bisa berkata seperti itu.

Sukirman terlihat hendak berkata sesuatu. Tapi, aku langsung menyergahnya.

"Alah...udahlah, gak usah banyak bacot lagi. Kalau memang mau berantem. Ayo kita berantem sekarang juga. Gak usah ngajak-ngajak orang lain,"

Wajah Sukirman seperti memerah mendengar perkataanku.

Ia tampak melihat kearah gurunya.

Melihat itu, aku kembali mengejeknya.

"Eh anjing! Lu udah tua bangka. Malu sama brewok lu. Sini turun lu baik!"

Dan provokasi ku ternyata membuahkan hasil.

Sukirman tampak sudah kehilangan ketenangan dirinya. Tanpa menunggu jawaban dari sang guru, ia lalu berjalan cepat kearahku dengan diikuti oleh Batara karang dibelakangnya.

Aku, yang memang sudah panas hati, juga berjalan kedepan. Bapak yang sepertinya paham dengan gejolak perasaanku, pun melepaskan pegangannya.

Aku berjalan kedepan dengan diikuti oleh nyai emas.

Bapak, yang sadar akan kesaktian dari Batara karang musuh, segera memerintahkan bos G untuk ikut mendampingiku, bersama dengan nyai emas.

Kini, aku dan juga Sukirman sudah saling berhadap-hadapan.

Bisa kulihat wajah Sukirman dengan sangat jelas sekarang. Wajah yang amat sangat aku benci. Karena tingginya yang hanya sepundakku. Maka aku memandangnya dengan sedikit menunduk. Kuperlihatkan ekspresi wajah merendahkan saat itu. Mencoba untuk mengintimidasinya dengan tinggi tubuh.

Sukirman, meskipun lebih pendek, tapi badannya yang gempal tampak tidak terpengaruh dengan sikapku.

Jarak kami saat itu mungkin hanya sekitar 1 meteran.

Lalu, tanpa orang lain sangka-sangka, aku melakukan gerakan mendadak.

"Cuih,"

Aku meludah tepat kewajahnya.

Sukirman tampak terkejut dengan mendaratnya ludahku dengan mulus diwajahnya.

Secara refleks, ia melakukan gerakan membersihkan wajah dengan tangannya. Meskipun singkat, tapi hal itu sudah sangat cukup bagiku untuk melancarkan serangan pembuka.

Dengan kepalan tangan yang sudah berisi tinju angin. Aku langsung menghantamkan tangan kananku sekuat tenaga kearah wajah busuknya itu.

"Brak!"

Tinjuku mengenai sasaran!

Tapi, aku tak mendengar jeritan yang keluar dari mulut Sukirman. Tak ada tubuh yang terbanting akibat tinjuku.

Hanya ada asap tipis yang sedikit menghalangi pandangan mataku.

Aneh...

Karena sungguh, aku bisa merasakan dengan jelas, tinjuku ini, mengenai sesuatu.

Karena merasa ada yang tidak beres, aku sedikit melihat keatas.

Deg!

Disana telah berdiri sosok Batara karang!

Ternyata, tinjuku tadi berhasil dihadang oleh tangan Batara karang itu!

Seketika aku hendak menarik kembali tangan kananku. Tapi, Batara karang itu dengan cepat mencengkram pergelangan tanganku.

Keringat dingin menetes.

Sosok hitam sang Batara karang perlahan mendekat kearahku!
emoticon-Takut




***
Diubah oleh papahmuda099 19-12-2020 16:05
redrices
zaenudinaja0024
sulkhan1981
sulkhan1981 dan 54 lainnya memberi reputasi
55
Tutup