Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

angelous91Avatar border
TS
angelous91
Story From Heart - Kumpulan Cerita dengan POV 'Aku'.
Selamat Siang agan-agan kaskuser yang ter-cendol!!

Melalui thread ini, ane mau coba share cerita-cerita ane.
Cerita ane rata-rata menggunakan POV(Point Of View) aku.

Ane baru punya 1 thread novel panjang dan Insya Allah rencananya akan diterbitkan. Kalau berkenan boleh dibantu review

# A Girl from My Dream #
Spoiler for Picture :


Book 1 di atas udah tamat..
Book 2 lagi on progress..
Klau mau baca boleh juga di sini
A Girl from My Dream - Book 2
Free Cendol kalau mampir dan comment.
emoticon-Cendol Ganemoticon-Cendol Ganemoticon-Cendol Gan  



Any way.. di Thread ini ane mau share beberapa cerita ane. 
Mungkin beberapa Cerpen ane akan ane taruh di sini buat dibaca-baca juga sama agan-agan pecinta cerita pendek.
Genre cerita ane sih rata-rata : Romance Fiction . Tapi kalau agan-agan ada mau request cerita dari ane untuk genre Horror, ane juga bisa bikinin. Tergantung request juga.


Link Cerita sebagai berikut:
1.Kisah SMAku
2.Vele's Story

Kedua cerita di atas merupakan bagian dari cerita novel panjang ane di atas..😎


Enjoy!! emoticon-Leh Uga
Diubah oleh angelous91 27-03-2019 16:56
2
3.3K
21
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
angelous91Avatar border
TS
angelous91
#2
Kisah SMAku (part 2 - End)
Hari Minggu yang sudah kutunggu-tunggu pun tiba. Aku tiba di Mall lebih cepat dari yang kami janjikan. Sepertinya Ros belum sampai. Aku langsung pergi menuju ke meja kasir di bioskop untuk membeli tiket nonton. hmm..sebaiknya kami menonton film romantis saja. Aku teringat akan ucapan Liv.
'Kalau ajak cewek nonton di bioskop itu, kalau bisa film romantis...Cewek itu tidak suka film action..'
Untung aku sudah berguru dengan Sang Playboy,Liveo. gumamku. Aku langsung membeli dua lembar tiket menonton.

Tak lama kemudian,Ros sampai di mall ini dan menghampiriku. Ia mengenakan pakaian santainya. Sudah lama sekali aku tidak melihat Ros mengenakan pakaian santai. Selama ini aku hanya melihatnya mengenakan seragam sekolah. Wajah Ros sangat cantik dan rambut merahnya sangat panjang. Seandainya tidak diikat, mungkin rambut merahnya tersebut bisa mencapai punggungnya atau bahkan lebih. Ros tersenyum menatapku. Lesung pipi kirinya terlihat jelas di mataku. Ros benar-benar cantik dan manis.

"Udah lama,Gel?" Tanyanya.
"Enggak..baru aja selesai beli tiket.."Jawabku. "Yuk masuk.."
Sekarang sudah pukul 12 siang, Film kami akan dimulai sekitar 15 menit lagi. Kami langsung masuk ke dalam ruangan teater.
"..Kursi E..Kursi E.." gumamku sambil mencari letak kursi kami. Ros berjalan di belakangku.

Tiba-tiba kaki Ros tersandung anak tangga.
"Aaah..." teriaknya. Untungnya aku berhasil menahan tubuh Ros agar tidak terjatuh. "Thank you.." Ujar Ros.
Apa yang sebaiknya kulakukan? Oh iya..sebaiknya aku menggandeng tangan Ros agar ia tidak tersandung lagi,pikirku. Aku langsung menjulurkan tanganku di hadapan Ros. Ros tersenyum dan menyambut tanganku.
"..Kayak dulu ya.." ujarnya.
"Maksudnya kayak dulu?"
"Nggak apa-apa.." Ros tersenyum menatapku.
Aku kembali mencari letak kursi kami.
Akhirnya kami menemukan tempat duduk kami. Ros duduk di sebelah kananku. Ia duduk dan kembali tersenyum dengan manis setiap kali menatapku.

"Wah..filmnya romantis ya,Raf.." ujar seseorang yang duduk di kursi di belakangku.
"Iya,Liv..seru lho..kayak ada manis-manisnya gitu.." ujar teman di sebelahnya.
Lho? Filmnya kan belum dimulai... tunggu dulu..Raf? Liv? Sepertinya suaranya juga tidak asing. Jangan-jangan... aku langsung berbalik melihat ke kursi di belakangku.

Benar seperti dugaanku, aku melihat Liveo dan Raffles(kakak dari Ros) sedang duduk di belakang kami sambil menikmati popcorn. Kini aku mengerti kenapa Liv tersenyum menyeringai saat keluar dari kamarku malam itu. Ia bermaksud untuk membuntutiku dan Ros saat kencan.
"Lho?? Kak Liv? Kak Raf? Kalian stalking kami ya??"
"Lho? Kok ada Kak Raf?" Ujar Ros tidak kalah kaget.
Liv dan Raf tertawa bahagia saat melihat ekspresi kami yang kaget.
"Enak aja stalking.. kami berdua kan lagi asyik nonton film romantis.." Ujar Liv meledekku. Aku langsung mengerti maksud dari Liv. Mereka sedang asyik menonton kami kencan.
"Tapi..kenapa harus disini?" Protesku.
Raffles hanya tertawa sambil terus menikmati popcornnya.

"Udah,Gel..ga apa-apa..cuekin aja mereka.." Ujar Ros menenangkanku.
"Tapi..."
Ros tersenyum menatapku. Aku menghela nafas panjang. 'Ini sih bukan kencan..' gumamku sambil kembali duduk. Film pun dimulai.

Baru kali ini aku menonton film romantis di bioskop. Selama ini aku hanya menonton film action saja. Ternyata film romantis itu menarik juga. Ros memegang erat tanganku selama menonton. Entah kapan terakhir kali Ros memegang tanganku seperti ini. Sepertinya saat kami masih di negeri tetangga dulu.

Setelah selesai menonton, kami berempat memutuskan untuk makan siang bersama. Sepertinya sudah tidak mungkin bagiku untuk jalan berdua dengan Ros hari ini. Sejujurnya, aku sedikit merasa kesal karena Liv menggangguku kencan hari ini. Tapi, apa boleh buat, pikirku. Mereka sudah terlanjur berada disini. Kami duduk di salah satu restoran di mall ini dan mulai memesan makanan.
"Kayak nostalgia ya.." Ujar Liv sambil tertawa.
"Iya..dulu kita kan pernah kayak gini juga. Makan berempat di restoran.." tambah Raf.
Aku menyengir mendengarkan ucapan mereka.
"Kalau dulu sih, kami berdua ditinggal gitu aja sama kalian.."sindirku.
Ros hanya tertawa mendengarkan kami.

"Terus mau kami tinggalin lagi?" Tanya Raf meledekku.
"Yaa..kalau kalian nggak keberatan sih.." Ujarku sambil bercanda.
"Iya..kami keberatan..kita ini harus bersama-sama dan bersatu. Ga boleh terpisahkan. Indonesia aja bisa merdeka karena bersatu."Ujar Liv. Sepertinya Liv memang tidak berniat membiarkanku jalan berdua saja dengan Ros hari ini.
Aku menghela nafas panjang. Baiklah..sepertinya aku sudah pasti tidak akan mendapatkan kesempatan untuk berduaan dengan Ros.

Setelah selesai makan siang, kami pergi bermain di TimeZone. Raf dan Ros memainkan permainan Dance di sini. Sepertinya mereka kakak adik yang kompak. Mereka suka memainkan permainan yang sama. Ros terlihat bahagia saat bermain. Tanpa sadar aku tersenyum memperhatikan mereka.

Di sebelahku, terlihat sebuah permainan crane. Permainan tangkap boneka. Pandanganku tidak terlepas dari sebuah boneka lucu berbentuk monyet. Ukuran boneka tersebut sangat kecil. Mungkin sekitar 10cmx10cm. Mungkin aku bisa mencoba mengambil boneka tersebut dan menghadiahkannya pada Ros, pikirku.

Aku langsung memasukkan koin di mesin permainan ini dan mencoba menangkap boneka monyet tersebut. Setelah beberapa kali mencoba, aku masih tetap gagal menangkap boneka tersebut.
Liv yang sedari tadi bermain basket menghampiriku. Ia berdiri di sebelahku sambil memperhatikanku bermain.
"Gagal terus?" Tanya Liv.
"Iya..curang nih mesinnya.." Protesku saat melihat mesin capitanku meleset dari boneka monyet yang ingin kutangkap. Aku kembali memasukkan koin dan kembali mencoba menangkap boneka tersebut.
"Kiri lagi..yak...terus..yak..stop... tunggu minimal 5 detik lagi baru pencet drop.." Liv membantu mengarahkan. "..Oke..udah pas... Thank me later.." Liv langsung pergi meninggalkanku dan menuju ke tempat Raf dan Ros bermain.

'Masa sih udah bisa dapat?' gumamku. Aku pun memencet tombol drop 5 detik kemudian. Hei..Capitanku benar-benar mengenai boneka monyet tersebut. Aku sempat tidak percaya. Aku berhasil mendapatkan boneka monyet yang kuincar tadi. Aku pun tersenyum memandangi punggung Liv.

Sudah pukul 5 sore, sepertinya Raf dan Ros sudah harus pulang. Aku pun memberikan boneka monyet yang kudapatkan tadi kepada Ros. Ros menerima boneka tersebut.
"Thank you,Gel.." Ujarnya sambil tersenyum senang.
"Oh iya,Ros..dengar-dengat..kamu baru dapat surat cinta ya?" Tanya Liv tiba-tiba.
Aku kaget dan syok mendengar Liv menanyakan hal tersebut.
"Iya,Kak Liv.. dari Rudi.. kakak kenal?" tanya Ros.
"Rudi?" Liv tertawa terbahak-bahak sambil melirik ke arahku. "..Bukan kenal lagi.. sebenarnya namanya pengirimnya itu bukan Rudi...namanya.."
"AAAH....Kak Liv..." AKu langsung membekap mulut Liv dari belakang dan menariknya mundur. "..Ka..kayaknya..kita sudah dipanggil pulang nih.. pulang yuk!!!" Ujarku sambil terus menarik Liv mundur. "..Eh..kami pulang duluan ya... Dadaah Kak Raf.. Dadaah Ros!!"
"Umphh,umph.." Liv hanya meronta-ronta dan tidak bisa bersuara. Aku membekap mulut Liv sambil menariknya pergi menjauh dari Ros dan Raf. Dalam keadaan seperti ini pun, Liv masih sempat melambaikan tangannya pada Raf dan Ros.
"Iya..dadaaah.." Ujar Ros sambil mengernyitkan dahinya dan melambaikan tangannya.

-

Aku melepaskan bekapanku dari mulut Liv.
"Phuaahh.. Lu kalau mau nahan mulut gue juga ga perlu sampai sebegitunya kali?" Protes Liv.
"Yaah..habisnya gue kan panik.. Biar gue yang ngomong sendiri aja soal itu.." Ujarku.
"Yah sudah.. Tapi sebaiknya lu tembak Ros lebih cepat.. Kalau kelamaan nanti keburu basi." Ujar Liv.
Aku hanya mengangguk.

--

Hari ini adalah hari pengumuman hasil kelulusan. Selama beberapa minggu ini, aku terlalu sibuk belajar karena harus menghadapi UAN dan UAS. Aku sampai tidak ada waktu untuk memikirkan soal pacaran. Selama beberapa minggu terakhir, Ros selalu menyapaku sambil tersenyum. Tentu saja senyuman Ros ini yang membuatku selalu semangat pergi ke sekolah setiap hari.

Pagi ini, aku bertemu dengan Liv di depan kamarnya.
"Gimana sama,Ros? Kalian udah pacaran belum?" Tanya Liv.
"Belum berani nembak..."Ujarku sambil menutup pintu kamarku. Posisi kamar kami memang saling berseberangan.
"Kenapa?"
"Ya belum berani aja..Kak Liv sendiri, pacarnya mana? Kok ga pernah keliatan lagi?" Tanyaku.
"Udah putus."Jawab Liv santai."..Kamu kalau ga cepat nembak Ros, ntar keburu diambil cowok lain lho.."
Aku sedikit kesal mendengar ucapan dari Liv. Aku tidak mau membayangkan Ros berpacaran dengan cowok lain.
"Udah deh,kak.. Akunya emang belum berani mau gimana?" Ujarku.
"Kalau lu kelamaan mikirnya, buat gue aja sini!"
"..Ros bukan barang,Kak.. jangan sembarangan deh.." ucapan Liv membuatku semakin kesal.
"..kalau dipikir-pikir.. Wajahnya Ros cantik juga..Apa gue jadiin pacar aja ya?"
"Please..stop..udah,kak.."
"Bayangin kalau gue cium bibirnya.. pasti menyenangkan.." Tambah Liv lagi.
'BUK!!' Aku menghajar wajah Liv. Liv terjatuh hingga terduduk di lantai. Ia hanya menunduk sambil memegang pipinya yang kupukul.
"Tolong jangan macam-macam,Kak.. Aku sayang sama Ros.. Kak Liv jangan keterlaluan!" Ujarku
"Ya kalau gitu kamu harus segera nembak Ros dong!" Ujarnya sambil tertawa. Padahal aku baru saja memukulnya. Kenapa Liv malah tertawa?
"Akan kulakukan.." Jawabku sambil pergi meninggalkan Liv dan langsung menuju ke Sekolah.

Entah apa yang ada di pikiran Liv. Bisa-bisanya dia membayangkan dirinya mencium Ros. Aku benar-benar kecewa dan marah terhadap Liv.
Tetapi kalau dipikir-pikir, apa yang dikatakan Liv tidak sepenuhnya salah. Sepertinya aku tidak bisa membayangkan Ros berpacaran dengan orang lain bahkan berciuman dengan orang lain. Aku akan menembak Ros hari ini, pikirku.

Sesampainya di sekolah, aku melihat Ros sedang berjalan di koridor sambil menenteng ranselnya. Aku langsung menghampirinya.
"Ross.."Panggilku.
Ros berbalik melihatku.
"Iya,Gel?"
"Kamu..ada waktu ga habis ini?"
"Nggak ada.." Jawab Ros.
"Hah? Nggak ada?" Aku tidak menyangka Ros akan menjawab tidak ada.
"Iya.. aku sekarang mau lihat papan pengumuman kelulusan.." Ujar Ros sambil tersenyum. "..Kamu mau ikut?" ajaknya.
"Oh iya..Mau!!" Aku pun berjalan bersama dengan Ros untuk mencari nama kami di papan pengumuman kelulusan.

kami berhenti di depan papan pengumuman kelulusan tersebut. Sudah banyak sekali siswa yang sedang mencari-cari namanya di papan tersebut. Aku langsung mencari namaku. 'Angelo..' tidak sulit mencari namaku. Huruf depan A memang sangat menggampangkanku untuk mencari namaku. Yak..aku lulus!!!

Ros terlihat masih sibuk mencari-cari namanya. Aku pun membantunya mencari namanya di papan kelulusan. Hei..Aku menemukan namanya.. Roselyne.. Jadi nama panjangnya Ros adalah Roselyne,pikirku.

"Kamu lulus kok,Ros.." Ujarku sambil menunjuk ke namanya di papan kelulusan tersebut.
"Beneran?? Horeeee!!!" Ros berteriak kegirangan sambil memelukku. "Kita lulusss!!!"
Wajahku langsung memerah dan jantungku berdegub sangat kencang."I..iya.." jawabku.
Aku tidak menyangka Ros akan memelukku seperti ini. Seorang gadis yang kusukai sejak lama kini sedang memelukku. Aku merasa sangat bahagia.

"Ehm..Ros.." panggilku
"Iya,Gel?" Ros belum melepas pelukannya
"Kamu mau ga jadi pacarku?" bisikku di telinganya. Entah kenapa kali ini aku tidak gelagapan saat menembak Ros. Kata-kataku tersebut keluar dari mulutku begitu saja.
Ros tidak menjawab. Ia malah memelukku semakin erat. Aku tidak dapat melihat wajahnya. Aku tidak tahu bagaimana ekspresi Ros saat ini.
"Ros?" Panggilku lagi
"Iya?"
"Jadi..Kamu mau ga?"
"Iya.." jawab Ros.
"Serius??" Ujarku tidak percaya.
Ros melepas pelukannya dan menatapku. Wajahnya terlihat memerah.
"Iya.." jawab Ros lagi.
Aku benar-benar merasakan senang luar biasa. Akhirnya aku mendapatkan pacar. Ros kembali memelukku. Aku langsung membalas pelukan Ros.

Hari ini mungkin merupakan hari paling bahagia dalam hidupku. Aku dinyatakan lulus SMA dan aku mendapatkan seorang pacar. Gadis yang paling aku idam-idamkan selama ini. Aku melihat sebuah boneka monyet bergelantungan di tas ransel milik Ros. Itu kan boneka monyet yang kukasih.. Ternyata selama ini Ros selalu membawa hadiah boneka monyet dariku kemana-mana.

--

Seminggu kemudian, Aku melihat Liv sedang duduk di ruang tamu sambil mengutak-atik kameranya. Sky duduk di samping Liv. Ia terus memperhatikan kamera yang sedang diutak-atik Liv dengan serius.
"Eh,Sky.." Panggilku. "..Emang kamu ngerti kamera?"
Sky mengangguk
"Mau coba liat keahlianku?" Tantangnya.
"Boleh..Coba buktikan.." Ujar Liv sambil menyodorkan kameranya pada Sky.
"Sini!!" Sky mengambil kamera tersebut dari tangan Liv. "..aku bakal fotoin Kak Liv dengan Kak Gel.."

Liv langsung bangkit berdiri dan berjalan ke sampingku.
"Kak Liv coba nempel sama Kak Gel.." Perintah Sky, "Kurang dekat!! Nempel! Nempel!!" Perintahnya lagi.
Liv langsung merangkulku. Aku pun merangkulnya kembali. Kami menghadap kamera dan 'JEKREK!' terdengar suara pengambilan foto dari kamera yang dipegang oleh Sky.
"Sudah..hasilnya pasti keren.." ujar Sky dengan bangga.

Tak lama kemudian, Ros datang ke rumahku. Mungkin ini pertama kalinya ia datang ke rumahku. Liv kembali memainkan kameranya.
"Hai,Kak Liv!" Sapa Ros.
"Hai,Ros..Cieeee calon adik ipaar.." ledek Liv sambil tertawa.
"Apaan sih.." Ros hanya tertawa menanggapi ledekan Liv.
"Oh iya..kalian coba jadi modelku ya.."Ujar Liv. "..mau kufoto.."
"Boleeh..dimana?"
"Di depan aja..pencahayaan lebih bagus.."

Kami pun menuju ke halaman rumah kami. Ros langsung berdiri di sampingku. Ia mengaitkan tangan kanannya di lenganku.
"Senyum dong,Gel sayang.."Ujar Ros sambil mengangkat tangan kirinya dan membentuk tanda peace dengan dua jari.
"i..Iya..."Aku masih belum terbiasa dipanggil dengan sebutan sayang. Wajahku langsung memerah. Aku masih panik. Foto berdua dengan Ros? Aku belum pernah membayangkannya sebelumnya. Perasaanku mulai campur aduk. Aku terlalu malu namun aku juga terlalu senang. Tangan kananku pun ikut membentuk tanda peace dengan dua jari. Kami menghadap kamera dan 'JEKREK!' Foto kami pun diambil.

"Nanti kalau udah dicetak, bagi fotonya ya,Kak Liv.."Ujar Ros.
"Sudah pasti,Ros" balas Liv sambil memperhatikan hasil gambar di kameranya. "Oke dhe.. kalau gitu kakak pergi dulu." Ujar Liv sambil mengambil ranselnya.
"Kak Liv mau kemana?" Tanyaku.
"Ke gunung.. mau kemping sama teman-teman pecinta alam." Ujarnya santai. "..mau nitip sesuatu?"
"Gunung ya? Hmm..Mungkin bunga Edelweis.." Ujarku.
"..Bunga Edelweis? itu kan dilindungi.. ga bisa dibawa pulang.."
"..Ya..kalau bisa aja.." Ujarku
"..Ya sudah..diusahakan ya..tapi nggak janji ya.." Ujarnya sambil melangkah pergi meninggalkan kami.
"Iyaa.." Jawabku.
"Oh iya,Gel.." Liv berhenti dan berbalik menatapku.
"Ya?"
"..Tolong jaga Sky baik-baik ya.." Ujarnya sambil menyengir.
"..Iya..bawel.. udah sana pergi aja.." balasku.
Liv hanya tertawa sambil berjalan pergi meninggalkan kami.

Ros menatapku.
"Gel sayang..ada yang mau aku omongin.."
"Iya, Ros sa..yang?"
"Aku bakal lanjutin kuliah di luar negeri.." Ujar Ros tiba-tiba.
"Hah?" Aku kaget dan syok mendengarnya.
"Kamu bagaimana? Kamu bakal lanjut kuliah dimana?"
"Aku...aku belum tahu.." Ujarku.
"Kalau misalkan ikut aku kuliah di Eropa, kamu mau ga?"
"Emangnya bisa?"
"Minggu depan papaku balik ke Jakarta, Kalau kamu mau, papaku bisa bantu kamu juga buat urus semuanya.."
"Berarti aku harus temui papa kamu dong"
"Iya.. bagaimana?"
"Baiklah.. aku akan coba ngomong sama papa kamu minggu depan.."
"Tapi..kamu mau kan?"
Aku menangguk sambil tersenyum.
"..soalnya..kalau kamu nggak ngomong sama papaku minggu depan.. aku takutnya kita ga ada kesempatan ketemu lagi setelah ini.." Jelas Ros. "..Papaku udah nyuruh aku langsung berangkat ke Eropa minggu depan..."
"Iya..minggu depan aku ketemu sama papa kamu ya.."
"Janji?"
"Janji.."

---
--

Beberapa hari kemudian.. aku mendapatkan sebuah kabar yang sangat mengejutkan. Telah terjadi hujan badai dan longsor di gunung tempat Liv kemping. Kami sekeluarga tidak dapat menghubungi Liv. Kami berharap tidak terjadi apa-apa pada Liv. Proses evakuasi dan penyelamatan korban dilakukan selama beberapa hari.

Dari pemberitaan di televisi, tim penyelamat hanya menemukan beberapa orang korban yang selamat dari longsor tersebut. Tetapi kami masih belum mendapatkan kabar tentang Liv. Semoga saja dia selamat.

Tiba-tiba, pintu rumah kami diketuk. Salah seorang juru bicara dari tim penyelamat menemui kami. Ia memberitahukan kepada kami kalau Liv sudah ditemukan namun dalam kondisi tidak bernyawa. Tubuhnya sempat tertimbun longsor. Tim penyelamat menemukan identitas Liv dari tanda pengenal di tubuhnya. Mereka juga membawa jenasah Liv ke rumah kami. Orang tuaku tak kuasa menahan tangis melihat jenasah Liv. Bagaikan disambar petir, aku sangat syok mendengar kabar tersebut.

Aku langsung berlari ke kamarku dan mengurung diri di kamar. Aku tidak percaya.. Tidak mungkin Liv telah tiada. Aku tidak dapat membendung air mataku. Aku menangis. Kakak laki-lakiku satu-satunya telah tiada.

Aku teringat akan kata-kata terakhirnya sebelum pergi. 'Tolong jaga Sky baik-baik ya!'. Apakah itu suatu pertanda?
Liveo, kakakku yang suka iseng. Aku teringat saat ia tertawa menyeringai meledekku saat aku bersama dengan Ros di negeri tetangga dulu. Aku teringat dirinya yang suka seenaknya di rumah. Berjalan kesana kemari dan hanya mengenakan boxer.

Liveo, kakak laki-lakiku sekaligus sahabatku.. Kepada siapa aku akan curhat lagi nantinya kalau dia sudah tiada? Kenapa ia pergi begitu cepat? Aku terus menangis dan menangis sepanjang malam.

Beberapa hari berlalu dengan aku yang hanya mengurung diri di kamar. Akhirnya aku keluar dari kamar. Aku memandangi pintu kamar Liv. Aku berharap ia keluar dari kamarnya. Berharap ia keluar dengan hanya mengenakan boxer dan sikat gigi di mulutnya. Aku kangen Liv.

Sky menghampiriku sambil membawa sebuah kamera dengan lensa yang pecah dan sebuah amplop berisi foto-foto.
"Kak Gel.." panggil Sky. "..Ini foto2 dari kamera Kak Liv sudah selesai dicuci.."
"Foto? Kamera?"
"Iya..katanya kamera ini ditemukan sama tim penyelamat." Ujar Sky. "Mereka bilang ini punya Kak Liv"

Aku membuka amplop tersebut dan melihat foto-foto di dalamnya. Aku memperhatikan gambar di foto tersebut satu demi satu. Terlihat sebuah foto diriku yang sedang bersama dengan Ros. Aku teringat akan janjiku dengan Ros. Ini sudah lebih dari seminggu. Ros pasti sudah pergi meninggalkanku. Aku telah ingkar janji.

Aku melihat foto berikutnya. Terlihat foto diriku yang sedang bersama dengan Liv dan saling berangkulan. Aku merasakan kesedihan yang teramat dalam saat melihat foto tersebut. Namun sepertinya air mataku sudah kering. Aku tidak sanggup lagi untuk menangis.

Foto terakhir yang kulihat adalah Foto hamparan bunga Edelweis di pegunungan. Bunga Edelweis dilarang untuk dipetik. Pasti foto ini diambil oleh Liv untukku. Ia pasti ingat akan permintaanku. Aku sempat meminta bunga edelweis sebagai oleh-oleh. Ia tidak memetik bunga tersebut. Ia hanya mengambil foto hamparan bunga tersebut untukku. Foto yang sangat indah sekali. Air mataku langsung mengucur dengan sangat deras. Aku tak kuasa membendung air mataku. Aku tahu foto ini adalah hadiah terakhir dari Liv untukku.

Sky yang melihatku menangis langsung ikut menangis dan memelukku.
"Kak Gel jangan nangis...Sky jadi ikut sediih.." Ujar Sky lirih sambil menangis.
Oh iya.. aku masih punya Sky. Aku kembali teringat dengan ucapan terakhir Liv padaku.
'Tolong jaga Sky baik-baik!'
Aku lansung memeluk Sky. Iya..aku masih punya Sky.. aku akan menjaganya sebagaimana Liv menjaga kami berdua. Aku juga akan mengambil peran Liv sebagai kakak tertua dan menjaga Sky.

-End-
2