Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

angelous91Avatar border
TS
angelous91
Story From Heart - Kumpulan Cerita dengan POV 'Aku'.
Selamat Siang agan-agan kaskuser yang ter-cendol!!

Melalui thread ini, ane mau coba share cerita-cerita ane.
Cerita ane rata-rata menggunakan POV(Point Of View) aku.

Ane baru punya 1 thread novel panjang dan Insya Allah rencananya akan diterbitkan. Kalau berkenan boleh dibantu review

# A Girl from My Dream #
Spoiler for Picture :


Book 1 di atas udah tamat..
Book 2 lagi on progress..
Klau mau baca boleh juga di sini
A Girl from My Dream - Book 2
Free Cendol kalau mampir dan comment.
emoticon-Cendol Ganemoticon-Cendol Ganemoticon-Cendol Gan  



Any way.. di Thread ini ane mau share beberapa cerita ane. 
Mungkin beberapa Cerpen ane akan ane taruh di sini buat dibaca-baca juga sama agan-agan pecinta cerita pendek.
Genre cerita ane sih rata-rata : Romance Fiction . Tapi kalau agan-agan ada mau request cerita dari ane untuk genre Horror, ane juga bisa bikinin. Tergantung request juga.


Link Cerita sebagai berikut:
1.Kisah SMAku
2.Vele's Story

Kedua cerita di atas merupakan bagian dari cerita novel panjang ane di atas..😎


Enjoy!! emoticon-Leh Uga
Diubah oleh angelous91 27-03-2019 16:56
2
3.2K
21
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
angelous91Avatar border
TS
angelous91
#1
Kisah SMAku
note: *Cerita ini adalah Bagian 18 dari Novel ane berjudul A Girl from My Dream
Bagi para pembaca yang malas baca novel panjang, cerita ini bisa dibaca sebagai side story saja.


Genre :Romance ; Comedy ; Fiction ; Sad-Ending

Kisah SMAku


Saat ini aku sedang duduk di bangku SMA kelas 3 (Kelas 12). Aku tinggal di rumah ini bersama dengan orangtuaku dan kakak laki-laki serta adik perempuanku.

Liveo, kakak laki-lakiku. Ia merupakan anak sulung dari 3 bersaudara. Awalnya kupikir ia sangat disayangi oleh kedua orangtuaku karena ia merupakan anak laki-laki pertama di keluarga kami. Tetapi ternyata tidak demikian. Liv memang jauh lebih baik daripada aku dalam segala hal. Ia selalu mendapatkan ranking 1 dalam pelajaran sekolahnya, jago olahraga dan sangat fashionable. Liveo sangat menyukai photography. Ia dihadiahkan sebuah kamera oleh orangtuaku saat ia mendapatkan juara umum di sekolah. Saat ini ia sedang menjalani kuliah semester 3 jurusan photography.

Berbeda denganku, seorang Angelo yang semasa sekolah selalu mendapatkan nilai rata-rata. Aku selalu mencoba melakukan sesuatu sebaik mungkin dan sekeras yang aku bisa, namun Liveo selalu lebih baik daripadaku. Dalam hal fashion, apalah dayaku yang hanya seorang anak kedua. Aku lebih sering mendapatkan baju 'warisan' dari Liveo daripada mendapatkan baju baru. Hah. aku cuma bisa pasrah. Sepertinya yang kualami ini memang merupakan derita anak kedua di keluarga mana pun. Atau mungkin memang cuman di keluargaku yang demikian.

Sky, Adik perempuanku yang unyu, saat ini masih duduk di bangku SD. Jarak umurku dengan Sky memang terpaut cukup jauh. Sebenarnya Sky merupakan anak yang 'dicetak' secara tidak sengaja oleh kedua orangtuaku. Namun, siapa yang dapat menyangka? Sky ternyata menjadi anak yang paling disayangi oleh orang tuaku. Terutama oleh Pak Rudi, ayahku. Mungkin karena ia merupakan anak perempuan satu-satunya dan juga anak paling bungsu.

Nama kami bertiga sangat unik dan menurutku tidak terlalu pasaran. Liveo, Angelo dan Sky. Nama kami ini diberikan oleh ayah kami dengan aksen sedikit kebarat-baratan hanya karena sebuah alasan yang klise. Ayah kami hanya tidak ingin nama kami seperti namanya, Rudi. Nama yang sangat pasaran dan terlalu umum.

Liveo,kakakku sangat terkenal sejak saat ia masih sekolah. Selain karena pintar dan jago olahraga, ia juga memiliki sifat SKSD (Sok kenal sok dekat) pada siapapun. Sifatnya yang satu ini malah membuatnya semakin dilirik oleh para gadis. Tak heran ia mendapatkan julukan tambahan yaitu Playboy. Sampai sekarang, sudah tak terhitung jumlah cewek yang sudah dipacari oleh Liveo sangking banyaknya. Begitu juga denganku. Sampai sekarang, sudah tidak terhitung jumlah cewek yang sudah kupacari sangking tidak adanya. Yaah, aku memang belum pernah berpacaran sama sekali.

Hubunganku dengan Liveo cukup dekat. Kami memiliki hobi yang sama, olahraga yang sama, bahkan game yang sama. Untungnya Liveo tidak menyukai gadis yang sama dengan gadis yang kusukai. Ros, Si gadis berambut merah. Aku sering sekali curhat pada Liveo tentang Ros. Aku ingin sekali memacari Ros. Entah kenapa, sejak duduk di bangku SMP hingga sekarang, aku selalu saja sekelas dengan Ros. Aku sudah menyukai Ros sejak pertama kali bertemu di negeri tetangga dulu. Tetapi sampai sekarang, aku tidak pernah sekalipun berani mengungkapkan perasaanku pada Ros. Setiap kali berhadapan dengan Ros, aku selalu salah tingkah.

Waktu kelulusan sekolah hanya tinggal beberapa bulan lagi. Aku ingin merasakan yang namanya Pacaran. Tentu saja gadis yang ingin kujadikan pacar adalah Ros. Aku akan meminta Liv mengajariku cara mendapatkan hati Ros. Seorang Liveo gampang sekali mendapatkan pacar. Tidak ada salahnya ia membagi sedikit ilmunya padaku. Sudah kuputuskan, aku akan menyatakan perasaanku pada Ros.

Aku langsung masuk ke dalam kamar Liv tanpa mengetuk pintu.
"Kak Liv!" Panggilku.
Pemandangan yag kulihat pertama kali cukup membuatku kaget. Aku melihat Liv sedang berciuman dengan seorang gadis di atas kasurnya. Gadis tersebut membelakangiku. Liv hanya melirik sekilas ke arahku dan memberi kode padaku untuk pergi dengan telapak tangannya. Sepertinya ia sedang asyik bermesra-mesraan.

Aku mengangguk dan mundur perlahan keluar dari kamarnya. Hmm.. apakah kalau sudah punya pacar nanti aku bisa merasakan yang namanya ciuman? Aku mencoba membayangkan diriku sedang berciuman dengan Ros. Wajahku langsung memerah. Aku belum dapat membayangkan hal tersebut terjadi padaku. Seperti apa rasa ciuman itu? ada yang bilang rasa Lemon..ada juga yang bilang rasa strawberry. Entahlah.. aku belum pernah merasakan yang namanya ciuman sebelumnya.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Aku dapat melihat Liv keluar bersama pacarnya. Pacarnya sangat cantik. Entah teknik apa yang digunakan oleh Liv untuk mendapatkan pacar secantik ini. Liv mengantar pacarnya hingga ke pintu depan. Pacarnya hendak pulang.

"Kenapa?" Tanya Liv sambil menutup pintu rumah.
"Kak Liv ga nganterin pacarnya pulang?" tanyaku heran.
"Udah gede juga..bisa pulang sendiri kok dia.." Ujar Liv santai.
"Bagi-bagi dong tekniknya.."
"Teknik apaan?"
"..buat dapatin..cewek.." jawabku.
"Akhirnya lu mau macarin Ros juga?" Ujar Liv sambil tertawa.
Aku mengangguk sambil tersenyum tipis.
"Bentar-bentar.. gue kasih lu salah satu jurus rahasia.." Ujarnya sambil berlari ke kamarnya.
"Jurus? Emangnya Naruto?" Ledekku.

Liv keluar dari kamarnya dan mengeluarkan beberapa lembar amplop berisi surat.
"Nah..lu pakai ini.." Ujar Liv sambil menyodorkan surat-surat tersebut padaku.
"Apaan ini?" Tanyaku heran.
"Lu coba buat surat cinta.. isinya contek dari sini aja..." Jelas Liv.
"Ini punya siapa emangnya?"
"Coba baca aja.."
Aku membuka surat tersebut dan membaca isinya. Kalimat-kalimat gombal tertulis di dalamnya. Di bagian bawah surat tersebut, aku melihat sebuah nama yang tidak asing. Rudi.
"Punya Papa?" tanyaku.
Liv memainkan alisnya sambil tersenyum licik. "Yap..dari papa buat mama dulu.."
"Emangnya bisa berhasil pake ginian?"
"Seratus persen!" Ujar Liv dengan semangat.
"Okei..boleh dicoba.." Aku pun kembali ke kamarku sambil membawa surat tersebut.

Aku duduk di meja belajarku, menarik selembar kertas dan mulai menulis. Aku memilih surat yang isinya tidak terlalu memalukan menurutku. Mudah-mudahan surat ini akan membuat Ros jatuh hati padaku,pikirku.

--

Keesokan harinya, Aku sengaja datang pagi-pagi sekali. Aku berharap belum ada seorangpun teman sekelasku yang sudah datang. Aku berencana untuk menyelipkan surat cinta yang sudah kubuat semalam ke laci meja Ros.
Benar saja.. Belum ada seorangpun murid yang datang ke sekolah. Aku berhasil menjalankan misiku. Surat cinta yang kubuat sudah berhasil kuselipkan ke laci meja Ros.

Selama pelajaran berlangsung, aku terus menerus mencuri pandang ke arah Ros. Beberapa kali pandangan kami bertemu. Kejadian tersebut membuatku panik dan spontan membuang muka atau bahkan berpura-pura menjatuhkan bolpenku ke lantai.

Aku melihat Ros menemukan selembar surat di mejanya. Jantungku langsung berdegub kencang. Ros memandang ke arahku. Aku langsung berpura-pura melihat ke arah buku pelajaranku. Aku kembali melirik ke arah Ros. Ros sedang membaca surat cinta tersebut.
'Dia membacanya...dia membacanya...' gumamku dalam hati. Aku mulai panik. Apakah Ros akan marah? Apakah Ros malah akan menganggapku aneh? Aku mulai menyesali perbuatanku. Kenapa aku mendengarkan kata-kata dari Liv untuk membuat surat cinta? Aduuh..bagaimana ini? pikirku.

Ros langsung tertawa begitu selesai membaca surat tersebut. Terang saja guru kami yang sedang mengajar langsung menegur Ros. Suasana belajar kami yang sebelumnya tenang dipecahkan oleh suara tawa Ros.
"Yang di meja sana! Bapak lagi mengajar..tolong dikondisikan suaranya!!" Ujar Guru kami dengan suara yang agak medok.
"Maaf,pak.." Ujar Ros sambil menahan tawa.
Aku menatap Ros dengan heran. Kenapa Ros malah tertawa? Apakah surat yang kubuat begitu lucu hingga membuatnya tertawa? Aku melihat Ros melirik ke arahku sambil menyengir dan menjulurkan lidahnya.

Setelah pelajaran, Ros menghampiriku.
"Gel.."Panggilnya.
"Eh..Iya,Ros?" Aku cukup syok melihat Ros menyapaku. Kami jarang sekali berbicara. Sejak aku menyadari perasaan sukaku pada Ros, aku mulai menjaga jarak dengannya. Aku takut dianggap aneh oleh Ros.
"Soal tadi..." ujar Ros. "..aku..bikin malu ya di kelas?" tanyanya.
"Soal apaan ya?" tanyaku heran.
"..aku tadi habis dapat surat cinta.."

'DEG!' jantungku berdegub semakin kencang. Sepertinya benar dugaanku, Ros akan membahas soal surat tersebut. Wajahku mulai memerah sangking malunya. Aduuh.. bagaimana reaksi Ros? Aku harus menjawab bagaimana? Apa aku coba pungkiri aja soal surat tersebut? Aku terus menanyakan pertanyaan tersebut berulang-ulang di benakku.

"..suratnya lucu deh.. Gombal banget isinya..." Ujar Ros.
"..Ah..Eh..Lucu? ehmm..Gombal ya?" ujarku gelagapan.
Ros menatapku sambil tersenyum.
"..Kamu tau ga dari siapa?" Tanyanya.
Aku tidak berani menjawab. Yang ada di pikiranku saat ini hanya apakah Ros akan menolakku atau bahkan mungkin menganggapku aneh?
"..Kamu kenal Rudi ga?" tanya Ros lagi.
"Hah?" Aku kaget mendengar pertanyaan Ros. "Rudi?"
"Iya..ini coba kamu lihat.." Ros menyodorkan surat cinta yang ia baca tadi kepadaku.

Aku membaca surat tersebut dan melihat nama pengirim di bagian bawah surat tersebut. 'Oh,Tidak!' gumamku. Aku melakukan hal bodoh. Aku memang menyalin puisi dan gombalan dari surat ayahku. Tetapi kenapa aku juga menyalin nama pengirimnya juga??? Aku mencantumkan nama ayahku,Rudi. Bukan namaku. Ya ampun, Angelo..kenapa kau begitu bodoh, pikirku.

"Ehmm..aku nggak tahu di sekolah kita ada yang namanya Rudi..." ujarku.
"Oh gitu ya?" Ros kembali membaca surat tersebut sambil tersenyum.
"..Kamu kenapa tadi ketawa pas baca surat itu?"
"..iya..soalnya lucu sih.. isi suratnya gombal banget..terus bahasanya sedikit...kuno.." Ujar Ros sambil tertawa.
"..kuno ya?" Aku hanya menyengir.
Entah kenapa aku merasa sangat senang saat melihat Ros tertawa lepas seperti ini. Sepertinya membuat surat cinta seperti ini tidak ada salahnya juga. Sudah lama sekali aku tidak mengobrol dengan Ros. Selama ini aku selalu takut untuk memulai suatu percakapan dengan Ros.

--

Sesampainya di rumah, Aku melihat Liv sedang berjalan di ruang tamu dan hanya berbalutkan handuk di pinggangnya. Sebuah sikat gigi berbusa masih bergelantungan di mulutnya. Liv memang sudah terbiasa berbuat semaunya di dalam rumah. Ia sering bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana boxernya saat berada di dalam rumah. Sifatnya ini sangat bertolak belakang dengan saat ia membawa teman-teman atau pacarnya datang. Ia masih menjaga imagenya sebagai cowok cool, keren dan fashionable di depan teman-temannya. Padahal kesehariannya ya seperti ini.

"Gimana? Suratnya udah lu kasih?" Tanyanya santai.
"Udah..tapi..."
"Tapi?" Liv mengernyitkan dahinya.
"Gue malah nyalin nama papa juga sebagai pengirimnya.." Ujarku sambil menunduk.
"APA? Lu gimana??" Liv tertawa terbahak-bahak. "Lu nyalin semuanya bahkan sampai nama pengirimnya juga???"
Aku hanya mengangguk pelan sambil tersenyum pahit.
"Bodoh ya?" Ujarku pelan.
"..Itu bukan bodoh lagi.. itu IDIOT!!" Ujarnya sambil tertawa terbahak-bahak.
"Bodoh ah.." Aku langsung meninggalkan Liv di ruang tamu dan pergi menuju kamarku.

Sky membuka pintu kamarnya. Ia dapat melihat Liv yang sedang dalam keadaan setengah telanjang.
"Iiih..Kak Liv pornoooo!!" Teriaknya sambil menutup matanya dengan kedua tangannya. Liv hanya tertawa sambil berlalu menuju kamar mandi tanpa memperdulikan teriakan Sky.

--

Aku merebahkan tubuhku di atas kasur sambil melihat ke arah handphoneku. Aku dapat melihat nama Ros di kontak nomorku. Tiba-tiba Liv membuka pintu kamarku. Sepertinya ia baru selesai mandi. Ia hanya mengenakan celana boxer dan selembar handuk yang menggantung di lehernya.
"Gel.. Lu coba ajak Ros jalan ke mall deh.." Ujarnya tiba-tiba.
"Ngajakin Ros ke mall terus ngapain?" Tanyaku.
"Ya.. lu bisa ajak dia makan atau nonton.." Jawab Liv santai.
Aku mengernyitkan dahi. Hmm..sepertinya bukan ide yang buruk. Aku akan mencobanya.
"Boleh juga tuh.." Ujarku.

Aku langsung menekan tombol call di handphoneku. Aku menelepon Ros.
'Halo,Gel?' Ros langsung mengangkat teleponku. Aku tidak menyangka Ros menjawab teleponku secepat ini.
Aku mulai panik. Aku menatap Liv seolah meminta petunjuk. Apa yang harus kulakukan?
"Ajak dia jalan! Ajak dia nonton!" Bisik Liv.
Aku mengangguk.

'..Kamu...mau nonton kita jalan-jalan ga?' Ujarku tiba-tiba di telepon.
'Hah? Maksudnya?'
Liv langsung menepuk jidatnya.
"Bukan nonton kita jalan-jalan!! ajak dia jalan..nonton gitu!!" bisiknya lagi.
Aku mengangguk lagi.

"..eh..maksudku..kamu mau jalan nonton kita ga?" Ujarku dengan cepat.
Liv kembali menepuk jidatnya.
'Hah?' Suara Ros terdengar bingung. Wajar saja, caraku berbicara tadi sangat belepotan. 'Kamu sebenarnya mau ngomong apa sih,Gel?' Tanya Ros sambil tertawa.

Liv menyuruhku menarik nafas panjang dan menghempaskannya. Aku menghela nafas panjang.
'Ehmm..itu.. kamu..hari minggu nanti...sibuk nggak?' Tanyaku.
'Nggak sih harusnya..kenapa?'
'..kita jalan-jalan sama nonton yuk..' Ujarku. Akhirnya aku berhasil mengutarakan maksudku dengan benar.
'Boleeeh..jam berapa?'
'..Jam 9!!' Seruku

Liv langsung menepuk kepalaku.
"Jam 9 Mall belum buka!!" bisiknya lagi. "Jam 12 aja!! Bioskop juga buka-nya jam 12!"
Aku mengangguk sambil mengusap kepalaku yang ditepuk Liv.
'.eh..maksudku jam 12..iya..jam 12..' Ujarku di telepon.
'Oke deh..jam 12 ya..sampai ketemu,Gel' Ujar Ros di telepon.

Aku mematikan teleponku dan menatap Liv sambil tersenyum senang.
"Dia mau!!" Teriakku.
"Baguslah.." Ujar Liv sambil tertawa menyeringai. Liv pun berjalan keluar dari kamarku.
Aku berjoget-joget kegirangan sambil memainkan gulingku layaknya bermain gitar.

--


...To Be Continued..
Part 2 - End
Diubah oleh angelous91 12-03-2019 05:36
2