- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Sonne Mond und Stern
TS
glitch.7
Sonne Mond und Stern
die SONNE der MOND und der STERN
Cerita ini tak lagi sama
Meski hatimu selalu di sini
Mengertilah bahwa ku tak berubah
Lihat aku dari sisi yang lain
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Waktu yang telah kita lalui
Buatmu jadi lebih berarti
Luluhkan kerasnya dinding hati
Engkaulah satu yang aku cari
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu menemaniku
Kau menenangkanku,Kau melegakan aku.
Cerita ini tak lagi sama
Meski hatimu selalu di sini
Mengertilah bahwa ku tak berubah
Lihat aku dari sisi yang lain
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Waktu yang telah kita lalui
Buatmu jadi lebih berarti
Luluhkan kerasnya dinding hati
Engkaulah satu yang aku cari
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu menemaniku
Kau menenangkanku,Kau melegakan aku.
Tak Lagi Sama - Noah
Spoiler for Cover Stories:
JAGALAH SOPAN-SANTUN ANDA DALAM BERKOMENTAR, KARENA 95% TOKOH DISINI IKUT MEMBACA
Masa ini adalah lanjutan dari sebuah Masa yang Paling Indahdan lanjutan dari sebuah cerita Love in Elegy yang pernah Gua tulis di Forum ini.
Quote:
Catatan:
1. Mengacu pada aturan main forum H2H dan SFTH
2. 95% Semua tokoh/karakter di cerita ini sudah memberikan izin
3. Sikapi dengan bijak apa yang tertuang disini
4. Jangan meminta lebih dari apa yang sudah diberikan
5. Sopanlah dalam berkomentar
6. Saling menghargai TS, penulis dan sesama kaskuser disini
1. Mengacu pada aturan main forum H2H dan SFTH
2. 95% Semua tokoh/karakter di cerita ini sudah memberikan izin
3. Sikapi dengan bijak apa yang tertuang disini
4. Jangan meminta lebih dari apa yang sudah diberikan
5. Sopanlah dalam berkomentar
6. Saling menghargai TS, penulis dan sesama kaskuser disini
Versi PDF Dua Thread Sebelumnya :
*mulustrasi karakter dalam cerita ini
Quote:
BAB I & BAB II
BAB III & BAB IV
***
Tralala_Trilili
PROLOG
BAB V
PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
PART 12
PART 13
PART 14
PART 15- continues
PART 16
PART 17
PART 18
PART 19
PART 20
***
SEBELUM CAHAYA
PART I
PART II
PART III - The Ghost of You
PART IV
PART V
PART VI
PART VII
PART VIII
Cooling Down
PART IX
PART X - continues
PART XI
PART XII
PART XIII
PART XIV
PART XV
PART XVI
PART XVII A
PART XVII B
PART XVIII
PART XIX - continues
PART XX
PART XXI
PART XXII
PART XXIII
PART XXIV
PART XXV
PART XXVI
PART XXVII
PART XXVIII
PART XXIX
PART XXX
PART XXXI
PART XXXII
PART XXXIII
PART XXXIV
PART XXXV
PART XXXVI - continues
PART XXXVII
PART XXXVIII
PART XXXIX
Vor dem Licht XL - Das Ende
***
BAB V
PART 21
PART 22
Tentang Rasa
PART 23
PART 24
PART 25
PART 26
PART 27
Von Hier Wegfliegen
Teils Eins - Vorstellen
Teils Zwei - Anfang
Teils Drei - Der Erbarmer
Teils Vier - Von Hier Wegfliegen
Lembayung Senja
Bagian Satu
Bagian Dua
Bagian Tiga
Bagian Empat
Bagian Lima - continues
Bagian Enam
Bagian Tujuh
Bagian Delapan
Bagian Sembilan
Bagian Sepuluh - continues
Breaking Dawn
One Step Closer
Ascension
Throwback Stories
Life is Not Always Fair
Dusk till Dawn
Awal Semula
Untuk Masa Depan
Terimakasih
Omong Kosong
Kepingan Cerita
Menyerah
Restoe
Rasanya - Rasain
Pengorbanan
Menuju Senja
Kenyataan
Wiedersehen
Cobalah untuk Mengerti
Pengorbanan
Tentang Kita
SIDE STORY
VFA
Daily Life I
Daily Life II
Maaf NEWS
Tentang MyPI
*thanks to my brother in law yang bantu index dan update selama gua mudik
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 239 suara
Siapakah pendamping Eza sebenarnya ?
Sherlin Putri Levanya
55%Franziska Luna Katrina
17%Giovanna Almira
28%Diubah oleh glitch.7 08-01-2022 02:16
snf0989 dan 123 lainnya memberi reputasi
120
1.9M
Kutip
8.8K
Balasan
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
TS
glitch.7
#8293
Side Story
Daily Life II
Quote:
"Beybii saakk doo doo doo doo doooo.. Ayaah saakk doo doo doo doo doooo.. Mamah saakk doo doo doo doo doooo...".
Gadis kecil itu bergoyang mengikuti video musik yang ia lihat di layar televisi di depan kami. Tapi liriknya jelas ia rubah.
"Ayah.. Ayah.. Beybi sak tuh, Yah", ucapnya kali ini menengok kepada gua lalu menunjuk televisi.
"Orenz sak mana ?", tanya gua menggodanya.
"Iiihh.. Kakak! Aku Kakak Orenz!", ralatnya sambil bertolak pinggang.
"Hahahaha.. Lupa ya Kak Ayahnya. Marahin Kak marahin..", timpal Nyonya yang duduk di samping gua.
"Emang nih ci Ayah lupaeun terus! Aku Kakak Orenz sekarang! Yunow ?!", ucap Orenz seraya memiringkan kepalanya sedikit ke kiri.
"Hehehe.. Iya lupa iya. Maaf atuh ya Kakak cantik, Kakak pinter, sini cium dulu atuh sama Ayah", jawab gua sambil memintanya untuk mendekat.
Orenz langsung berlari menghampiri dan menubruk gua yang masih duduk di sofa ruang tamu. Kemudian gua cium cukup lama pipinya yang tembem itu.
"Udah iihh! Bauuuu...", protesnya dengan menggelengkan kepalanya berulang-ulang. Gua lepas pelukan lalu dia tertawa meledek. Kemudian Orenz menengok kepada Nyonya. "Mamah Uhti Mamah Uhti. Bunda manah ?", tanyanya dengan polos.
'Nah loch!'ucap gua tanpa suara kepada Nyonya.
Nyonya tersenyum lalu menyuruh Orenz untuk mendekat. "Kan Bunda lagi cek dede bayi ke dokter sama Mamih. Kakak lupa yaa hayooo", jawab Nyonya yang kini sudah memeluk Orenz dalam dekapannya dan menggoyangkan tubuh ke kanan-kiri dengan perlahan.
Orenz memundurkan kepalanya sedikit untuk menatap wajah Mamah Uhti nya itu. "Ooo.. Lagi periksa debay ya, Mah ? Di periksa perutnya ya, Mah ? Disuntik ga Bunbun nya, Mah ?", tanyanya beruntun dengan wajah yang kepo.
"Engga dong, kan Bunbun nya gak lagi sakit. Cuma dipegang-pegang ama Bu dokter perutnya. Kayak gini, nih..", jawab Nyonya seraya menarik gaun yang Orenz kenakan keatas lalu menggelitiknya.
"Ahahahaha.... Heuheuheu... Amppuuunn.. Ahahaha.. Heuheuheu.. Ampuunn Mama iih udaaahh.. Hahaha...".
Gua mendekati mereka berdua, lalu memegangi tangan kanan Orenz. "Kalo Kakak sakit, baru disuntik disini nih...", ucap gua kemudian menekan pelan ujung jari telunjuk ke lengannya. "Cuusss... Di suntik deh", lanjut gua.
Nyonya sudah melepas kelitikannya dan sekarang tinggal gua yang masih berpura-pura menyuntik lengan Orenz. Disisa tawa dan senyuman gadis kecil itu dia menatap gua sambil seolah-olah mengingat sesuatu.
"Ayah-Ayah.. Liat sini-sini.. Gigi Kakak Orenz udah bagus tuh ya Yah ya..", ucap Orenz kemudian menunjukkan giginya yang mulai kembali rapih.
Gua hanya tersenyum sambil mengangguk. Tapi perasaan gua kok gak enak.
"Berarti Kakak Orenz gak ke Tante Awul lagi ya Yah.. Kan udah baguuss..", lanjutnya dengan memonyongkan bibirnya ketika mengucap kata bagus.
Gua menelan ludah. Kena kan gua. Aduh Aing ma.
"Tante Awul ?", ucap Nyonya seraya melirik kepada gua dengan penuh tanya.
"Eh.. Itu.. Hehehe.. dokter gigi itu loch.. Waktu Orenz giginya berlobang, Yang", jawab gua sedikit gugup.
"Iya Tante Awul.. Yang itu teaaa.. Mamah gak taueun siii ya Yah ya ? Hihihi...", timpal Orenz sambil cengar-cengir.
Duh kacau.
"Yang mana Kak ? Mamah Uhti belom tau. Cantik gak ?", tanya Nyonya kepada Orenz tapi mata sinisnya mengarah kepada gua.
"Iih itu yang itu teaa.. Mamah ma ga taueun. Yang rambutnya pendek kayak si Doraa..", jawabnya tengil.
"Eh Kakak lupa ya, itu si Pony nangis juga ditinggal dikamar hayo loch. Temenin sana buruan", potong gua. Tapi apalah daya dasar mulut sama otak gak sinkron. Lupa gua lupa!.
"Oiya! Si Pony yang dari Tante Awul.. Bentar ya. Orenz ambil dulu. Kasiaan dia nangis dikamar sendirian!", jawab Orenz dengan wajah sok khawatirnya lalu bergegas berlari ke kamar Nyonya untuk mengambil si Pony.
Gua menggeser duduk perlahan sekali. Sangat perlahan. Menjauh sedikit demi sedikit dari seorang wanita cuantik yang sore ini mengenakan hijab berwarna merah maroon.
"Ehm!".
"Eh! Hehehe.. Iii.. Iya. Hehe.. Maaf atuh maaf gak cerita.. Hehehe.. Hampura atuh Neng geulis..", ucap gua sedikit tersentak kaget menjawab dehamannya itu.
(Maaf atuh Neng cantik).
"Jadi Tante Awul itu yang ngasih kuda Pony ke Orenz ?", tanyanya dingin.
Gua mengangguk pelan tanpa berani menatap wajahnya.
"Tante Awul... Hmmm..", ucapnya pelan.
Gua lirik sedikit Nyonya yang kini sudah melipat kedua tangan di depan dada.
"Tante Awul yang berarti dokter gigi. Dokter gigi nya si Orenz. Berarti temen SMP kamu sama Bunbun kan ?".
"Iii.. Iya.. Itu.. Ehm..".
"Nama panggilannya siapa, Mas ?".
"Kenapa ?", gua pura-pura tidak mendengar dan memintanya mengulang pertanyaan.
"Nama panggilannya siapa ?!", ulangnya dengan nada tegas.
"Sssshh.. Ituuu... Yang ituuu.. Ya pokoknya itulah, Yang. Udah ya udah aku gak mau berantem nih..", jawab gua mulai stress. Takut sih sebenernya.
"Siapa yang mau berantem ?. Aku tanya siapa panggilannya ? Tinggal jawab doang kok susah".
"Duuuh.. Kamu kan tau. Pokoknya dia lah. Siapa lagi atuh..".
"Mas...".
"Iya iya iya iya! Aku jawab aku jawab! Sabar Yang sabar. Tenang ya tenang..".
".....".
".....".
".....".
"......".
"Satu...".
"Iya iya! Aduuuuhh...".
"Dua...".
"Iya namanya Wulan, Yang. Wulan namanyaaa..".
"Tiga!".
"Neng Wulan! Panggilannya Neng Wulan! Astagfirulloh hal adzim! Toubat ya Allah! Gak lagi lagi beneran, Yang! Sumpah aku gak ada bohong! Aku kan udah jujur! bilang anterin Orenz ke dokter gigi! Aku gak bohong kan ?! Cuma gak ngomong siapa dokternya.. Sumpah gak macem-macem. Demi Allah demi Rasulullah!".
Pluk! bantal sofa mendarat ke wajah gua. Lalu Nyonya yang cantik itu berdiri dan meninggalkan gua di ruang tamu ini.
"Kakaaaaaakkk! Kita jalan-jalan yuuu...", teriaknya sambil berjalan kearah kamar di mana Orenz berada.
Gua mengusap-usap wajah. Meratapi nasib hari ini yang sepertinya akan panjang...
Sebelumnya Bunbun pergi dari siang sama Mamahnya. Yang niatnya ada perlu ke rumah kerabat di Jakarta akhirnya sekalian cek kandungan katanya. Gua, Nyonya dan Orenz memang berada di rumah seharian ini.
Akhirnya Nyonya membawa Orenz main ke rumah Mamah mertua di Sentul. Gua bukannya tidak mau ikut bersama mereka berdua. Melihat keadaan Nyonya yang lagi marah bukan pilihan baik satu mobil dengannya. Mau tidak mau gua akhirnya memilih menggunakan motor Vespa milik Bunbun untuk menyusul Nyonya dan si Blaem ke Sentul sore itu.
Kalau ada yang bertanya kenapa Nona Ukhti alias Nyonya tidak suka dengan drg. Wulan jawabannya bisa dicari sendiri di part sebelum gua menikahi Nyonya atau lebih tepatnya saat gua bertamu ke rumah Wulan untuk menanyakan obat apa yang dikonsumsi Luna.
Beres mengabari sang Bintang, gua langsung tancap gas menuju Sentul. Mengejar Matahari dan Bumi yang meninggalkan sang Bulan.
Sepenggal cerita absurd untuk sekedar menunggu update part terbaru Bab Throwback Stories.
Gadis kecil itu bergoyang mengikuti video musik yang ia lihat di layar televisi di depan kami. Tapi liriknya jelas ia rubah.
"Ayah.. Ayah.. Beybi sak tuh, Yah", ucapnya kali ini menengok kepada gua lalu menunjuk televisi.
"Orenz sak mana ?", tanya gua menggodanya.
"Iiihh.. Kakak! Aku Kakak Orenz!", ralatnya sambil bertolak pinggang.
"Hahahaha.. Lupa ya Kak Ayahnya. Marahin Kak marahin..", timpal Nyonya yang duduk di samping gua.
"Emang nih ci Ayah lupaeun terus! Aku Kakak Orenz sekarang! Yunow ?!", ucap Orenz seraya memiringkan kepalanya sedikit ke kiri.
"Hehehe.. Iya lupa iya. Maaf atuh ya Kakak cantik, Kakak pinter, sini cium dulu atuh sama Ayah", jawab gua sambil memintanya untuk mendekat.
Orenz langsung berlari menghampiri dan menubruk gua yang masih duduk di sofa ruang tamu. Kemudian gua cium cukup lama pipinya yang tembem itu.
"Udah iihh! Bauuuu...", protesnya dengan menggelengkan kepalanya berulang-ulang. Gua lepas pelukan lalu dia tertawa meledek. Kemudian Orenz menengok kepada Nyonya. "Mamah Uhti Mamah Uhti. Bunda manah ?", tanyanya dengan polos.
'Nah loch!'ucap gua tanpa suara kepada Nyonya.
Nyonya tersenyum lalu menyuruh Orenz untuk mendekat. "Kan Bunda lagi cek dede bayi ke dokter sama Mamih. Kakak lupa yaa hayooo", jawab Nyonya yang kini sudah memeluk Orenz dalam dekapannya dan menggoyangkan tubuh ke kanan-kiri dengan perlahan.
Orenz memundurkan kepalanya sedikit untuk menatap wajah Mamah Uhti nya itu. "Ooo.. Lagi periksa debay ya, Mah ? Di periksa perutnya ya, Mah ? Disuntik ga Bunbun nya, Mah ?", tanyanya beruntun dengan wajah yang kepo.
"Engga dong, kan Bunbun nya gak lagi sakit. Cuma dipegang-pegang ama Bu dokter perutnya. Kayak gini, nih..", jawab Nyonya seraya menarik gaun yang Orenz kenakan keatas lalu menggelitiknya.
"Ahahahaha.... Heuheuheu... Amppuuunn.. Ahahaha.. Heuheuheu.. Ampuunn Mama iih udaaahh.. Hahaha...".
Gua mendekati mereka berdua, lalu memegangi tangan kanan Orenz. "Kalo Kakak sakit, baru disuntik disini nih...", ucap gua kemudian menekan pelan ujung jari telunjuk ke lengannya. "Cuusss... Di suntik deh", lanjut gua.
Nyonya sudah melepas kelitikannya dan sekarang tinggal gua yang masih berpura-pura menyuntik lengan Orenz. Disisa tawa dan senyuman gadis kecil itu dia menatap gua sambil seolah-olah mengingat sesuatu.
"Ayah-Ayah.. Liat sini-sini.. Gigi Kakak Orenz udah bagus tuh ya Yah ya..", ucap Orenz kemudian menunjukkan giginya yang mulai kembali rapih.
Gua hanya tersenyum sambil mengangguk. Tapi perasaan gua kok gak enak.
"Berarti Kakak Orenz gak ke Tante Awul lagi ya Yah.. Kan udah baguuss..", lanjutnya dengan memonyongkan bibirnya ketika mengucap kata bagus.
Gua menelan ludah. Kena kan gua. Aduh Aing ma.
"Tante Awul ?", ucap Nyonya seraya melirik kepada gua dengan penuh tanya.
"Eh.. Itu.. Hehehe.. dokter gigi itu loch.. Waktu Orenz giginya berlobang, Yang", jawab gua sedikit gugup.
"Iya Tante Awul.. Yang itu teaaa.. Mamah gak taueun siii ya Yah ya ? Hihihi...", timpal Orenz sambil cengar-cengir.
Duh kacau.
"Yang mana Kak ? Mamah Uhti belom tau. Cantik gak ?", tanya Nyonya kepada Orenz tapi mata sinisnya mengarah kepada gua.
"Iih itu yang itu teaa.. Mamah ma ga taueun. Yang rambutnya pendek kayak si Doraa..", jawabnya tengil.
"Eh Kakak lupa ya, itu si Pony nangis juga ditinggal dikamar hayo loch. Temenin sana buruan", potong gua. Tapi apalah daya dasar mulut sama otak gak sinkron. Lupa gua lupa!.
"Oiya! Si Pony yang dari Tante Awul.. Bentar ya. Orenz ambil dulu. Kasiaan dia nangis dikamar sendirian!", jawab Orenz dengan wajah sok khawatirnya lalu bergegas berlari ke kamar Nyonya untuk mengambil si Pony.
Gua menggeser duduk perlahan sekali. Sangat perlahan. Menjauh sedikit demi sedikit dari seorang wanita cuantik yang sore ini mengenakan hijab berwarna merah maroon.
"Ehm!".
"Eh! Hehehe.. Iii.. Iya. Hehe.. Maaf atuh maaf gak cerita.. Hehehe.. Hampura atuh Neng geulis..", ucap gua sedikit tersentak kaget menjawab dehamannya itu.
(Maaf atuh Neng cantik).
"Jadi Tante Awul itu yang ngasih kuda Pony ke Orenz ?", tanyanya dingin.
Gua mengangguk pelan tanpa berani menatap wajahnya.
"Tante Awul... Hmmm..", ucapnya pelan.
Gua lirik sedikit Nyonya yang kini sudah melipat kedua tangan di depan dada.
"Tante Awul yang berarti dokter gigi. Dokter gigi nya si Orenz. Berarti temen SMP kamu sama Bunbun kan ?".
"Iii.. Iya.. Itu.. Ehm..".
"Nama panggilannya siapa, Mas ?".
"Kenapa ?", gua pura-pura tidak mendengar dan memintanya mengulang pertanyaan.
"Nama panggilannya siapa ?!", ulangnya dengan nada tegas.
"Sssshh.. Ituuu... Yang ituuu.. Ya pokoknya itulah, Yang. Udah ya udah aku gak mau berantem nih..", jawab gua mulai stress. Takut sih sebenernya.
"Siapa yang mau berantem ?. Aku tanya siapa panggilannya ? Tinggal jawab doang kok susah".
"Duuuh.. Kamu kan tau. Pokoknya dia lah. Siapa lagi atuh..".
"Mas...".
"Iya iya iya iya! Aku jawab aku jawab! Sabar Yang sabar. Tenang ya tenang..".
".....".
".....".
".....".
"......".
"Satu...".
"Iya iya! Aduuuuhh...".
"Dua...".
"Iya namanya Wulan, Yang. Wulan namanyaaa..".
"Tiga!".
"Neng Wulan! Panggilannya Neng Wulan! Astagfirulloh hal adzim! Toubat ya Allah! Gak lagi lagi beneran, Yang! Sumpah aku gak ada bohong! Aku kan udah jujur! bilang anterin Orenz ke dokter gigi! Aku gak bohong kan ?! Cuma gak ngomong siapa dokternya.. Sumpah gak macem-macem. Demi Allah demi Rasulullah!".
Pluk! bantal sofa mendarat ke wajah gua. Lalu Nyonya yang cantik itu berdiri dan meninggalkan gua di ruang tamu ini.
"Kakaaaaaakkk! Kita jalan-jalan yuuu...", teriaknya sambil berjalan kearah kamar di mana Orenz berada.
Gua mengusap-usap wajah. Meratapi nasib hari ini yang sepertinya akan panjang...
Sebelumnya Bunbun pergi dari siang sama Mamahnya. Yang niatnya ada perlu ke rumah kerabat di Jakarta akhirnya sekalian cek kandungan katanya. Gua, Nyonya dan Orenz memang berada di rumah seharian ini.
Akhirnya Nyonya membawa Orenz main ke rumah Mamah mertua di Sentul. Gua bukannya tidak mau ikut bersama mereka berdua. Melihat keadaan Nyonya yang lagi marah bukan pilihan baik satu mobil dengannya. Mau tidak mau gua akhirnya memilih menggunakan motor Vespa milik Bunbun untuk menyusul Nyonya dan si Blaem ke Sentul sore itu.
Kalau ada yang bertanya kenapa Nona Ukhti alias Nyonya tidak suka dengan drg. Wulan jawabannya bisa dicari sendiri di part sebelum gua menikahi Nyonya atau lebih tepatnya saat gua bertamu ke rumah Wulan untuk menanyakan obat apa yang dikonsumsi Luna.
Quote:
Percakapan via line telpon :
'Assalamualaikum, Bun'.
'Ya walaikumsalam, Yah. Kenapa ?'.
'Kamu masih lama di dokter ?'.
'Dua antrian lagi. Kenapa gitu, Yah ?'.
'Mmm.. Aku pake Vespa kamu dulu ya. Mau ke Sentul sama Orenz dan Mba'.
'Ke Sentul bertiga naek motor ? Kok tumben ?'.
'Eh itu.. Eeuu.. Maksudnya aku mau nyusul mereka..'.
'Hmmm.. Hayo kenapa lagi ?'.
Nyerah deh gua. Gua ceritain aja akhirnya kejadian apa yang baru aja terjadi tadi.
Gua dengar helaan nafas diujung telpon sana.
'Ck! Aku bilang juga apa! Dari dulu aku bilang jujur aja soal dokter giginya Orenz itu tuh Kak Wulan! Gak percaya sih kamu. Keceplosan juga kan akhirnya!'.
'Yaudah atuh udah. Aku mau nyusul mereka ini. Soalnya Mba udah berangkat duluan, bawa mobil sendiri dia'.
'Yaudah deh. Eh tar dulu! Aku nanti pulang ke rumah gak ada siapa-siapa dong ?!'
'Iya tapi nanti abis maghrib juga aku pulang bareng mereka berdua kok'.
'Beneran loch, Yah ?! Aku lagi hamil nih! Masa ditinggal sendirian di rumah sih! Tar malah pada nginep lagi di Sentul..'.
'Enggak kok, gak akan nginep. Nanti kamu kalo da beres dari dokter tunggu di rumah Mamah aja ya'.
'Hmmm.. Yaudah deh iya. Hati-hati bawa motornya. Awas lecet Vespa ku!'.
'Astagfirulloh ini orang! Kirain khawatir ama lakinya! Malah Vespa yang ditakutin! Ngawur kamu..'.
'Hehehehe... Yaudah sana pergi. Tar kesorean tuh ah. Lama lagi pulangnya nanti. Pokoknya jangan lama-lama! Awas aja!'.
'Iya Bundaaaaa... Yaudah aku berangkat dulu. Wasallamualaikum...'.
'Iya hati-hati, Yah. Walaikumsalam'.
'Assalamualaikum, Bun'.
'Ya walaikumsalam, Yah. Kenapa ?'.
'Kamu masih lama di dokter ?'.
'Dua antrian lagi. Kenapa gitu, Yah ?'.
'Mmm.. Aku pake Vespa kamu dulu ya. Mau ke Sentul sama Orenz dan Mba'.
'Ke Sentul bertiga naek motor ? Kok tumben ?'.
'Eh itu.. Eeuu.. Maksudnya aku mau nyusul mereka..'.
'Hmmm.. Hayo kenapa lagi ?'.
Nyerah deh gua. Gua ceritain aja akhirnya kejadian apa yang baru aja terjadi tadi.
Gua dengar helaan nafas diujung telpon sana.
'Ck! Aku bilang juga apa! Dari dulu aku bilang jujur aja soal dokter giginya Orenz itu tuh Kak Wulan! Gak percaya sih kamu. Keceplosan juga kan akhirnya!'.
'Yaudah atuh udah. Aku mau nyusul mereka ini. Soalnya Mba udah berangkat duluan, bawa mobil sendiri dia'.
'Yaudah deh. Eh tar dulu! Aku nanti pulang ke rumah gak ada siapa-siapa dong ?!'
'Iya tapi nanti abis maghrib juga aku pulang bareng mereka berdua kok'.
'Beneran loch, Yah ?! Aku lagi hamil nih! Masa ditinggal sendirian di rumah sih! Tar malah pada nginep lagi di Sentul..'.
'Enggak kok, gak akan nginep. Nanti kamu kalo da beres dari dokter tunggu di rumah Mamah aja ya'.
'Hmmm.. Yaudah deh iya. Hati-hati bawa motornya. Awas lecet Vespa ku!'.
'Astagfirulloh ini orang! Kirain khawatir ama lakinya! Malah Vespa yang ditakutin! Ngawur kamu..'.
'Hehehehe... Yaudah sana pergi. Tar kesorean tuh ah. Lama lagi pulangnya nanti. Pokoknya jangan lama-lama! Awas aja!'.
'Iya Bundaaaaa... Yaudah aku berangkat dulu. Wasallamualaikum...'.
'Iya hati-hati, Yah. Walaikumsalam'.
Beres mengabari sang Bintang, gua langsung tancap gas menuju Sentul. Mengejar Matahari dan Bumi yang meninggalkan sang Bulan.
*
*
*
*
*
Sepenggal cerita absurd untuk sekedar menunggu update part terbaru Bab Throwback Stories.
Diubah oleh glitch.7 28-11-2018 14:31
oktavp dan 35 lainnya memberi reputasi
36
Kutip
Balas
Tutup