glitch.7Avatar border
TS
glitch.7
Sonne Mond und Stern
die SONNE der MOND und der STERN




Cerita ini tak lagi sama
Meski hatimu selalu di sini
Mengertilah bahwa ku tak berubah
Lihat aku dari sisi yang lain
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku


Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku

Waktu yang telah kita lalui
Buatmu jadi lebih berarti
Luluhkan kerasnya dinding hati
Engkaulah satu yang aku cari
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku


Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku

Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu menemaniku
Kau menenangkanku,Kau melegakan aku.


Tak Lagi Sama - Noah


Spoiler for Cover Stories:


JAGALAH SOPAN-SANTUN ANDA DALAM BERKOMENTAR, KARENA 95% TOKOH DISINI IKUT MEMBACA


Masa ini adalah lanjutan dari sebuah Masa yang Paling Indahdan lanjutan dari sebuah cerita Love in Elegy yang pernah Gua tulis di Forum ini.


Quote:


Versi PDF Dua Thread Sebelumnya :

Masa yang Paling Indah
Credit thanks to Agan njum26

Love in Elegy
Credit thanks to Agan redmoon97



*mulustrasi karakter dalam cerita ini


Quote:

*thanks to my brother in law yang bantu index dan update selama gua mudik
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 239 suara
Siapakah pendamping Eza sebenarnya ?
Sherlin Putri Levanya
55%
Franziska Luna Katrina
17%
Giovanna Almira
28%
Diubah oleh glitch.7 08-01-2022 02:16
junti27
masadam123
snf0989
snf0989 dan 123 lainnya memberi reputasi
120
1.9M
8.8K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
guesiapayah17Avatar border
guesiapayah17
#5747
PART 24


"Kok tumben kamu mampir ke rumah temen sampe malem gini, Mas ?".

"Hehe iya, tadi ke rumah Ryo dulu sebenernya, ngomongin soal temennya Ibu itu, sayang".

Gua rebahkan tubuh diatas kasur setelah sebelumnya mengganti pakaian.

Istri gua berjalan menghampiri dan duduk di sisi ranjang dekat gua yang sedang berbaring.

"Ryo ? Mmm.. Kakaknya Anna maksud kamu ?".

Gua tersenyum. "Iya".

Wajahnya merengut, gua terkekeh sebentar lalu merangkul pinggangnya dari posisi yang masih berbaring.

"Tenang, aku cuma nemuin kakaknya, ngomongin soal Ibu, temennya Ibu yang namanya Teguh itu. Kenapa aku gak cerita duluan ke kamu, karena aku tau kamu bakalan gak setuju soal rencana aku ini..", lanjut gua menjelaskan.

"Terus masa cuma ketemu Ryo doang ? Bo'ong banget kamu!", ucapnya dengan mata yang sinis kali ini.

"Ya ketemu sama Anna, pas dia bukain pintu rumah doang kok, gak macem-macem aku, beneran deh sumpah".

Nona Ukhti berdiri dan berjalan kearah sisi ranjang di samping kiri gua, lalu dia berbaring dan memunggungi gua yang berada di samping kanannya ini.

Gua mendekatinya, memeluknya secara meyamping.

"Aku tau kamu gak suka, tapi aku gak pernah mikir untuk selingkuh dari kamu dengan Anna, Ve.. Aku gak ada perasaan apapun sama dia, apa yang buat aku tertarik sama dia cuma sebatas karena dia gadis, itu aja, paham kan maksud aku ?", ucap gua mencoba memberi pengertian untuk sang istri tercinta.

Istri gua menoleh. "Gadis ? Maksud kamu karena dia lebih muda dari aku ? Anak abg ? Gitu ?!", tembaknya dengan emosi yang sudah gak bisa dia tahan lagi.

Waduh...

"Bukan itu maksud aku, Ve... Gini gini, biar aku jelasin sama kamu.. Kayaknya emang aku yang salah udah salah ngasih penjelasan tadi, jadi kita salah paham..".

Gua merubah posisi jadi duduk diatas ranjang, sedangkan Nona Ukhti masih berbaring, tapi kali ini dia menghadap kearah gua, menatap wajah gua lekat-lekat, menunggu penjelasan suaminya ini.

"Gini loch, normalnya laki-laki bukannya kayak gitu, Ve ? Termasuk perempuan juga begitu kan ?. Persepsinya mungkin yang beda", gua mulai menjelaskan.

"Maksudnya gimana ?", tanyanya malas.

"Aku liat Anna mungkin sama seperti kebanyakan laki-laki diluar sana, atau jangankan Anna deh, perempuan lain yang cantik, atau mungkin yang punya tubuh seksi, misal Mba Yu, apa yang ada dipikaran laki-laki itu ? Macem-macem kan, tapi yang pasti satu, ada ketertarikan, nah ketertarikan macem apa yang mereka liat ? Kalo kamu tanya aku, aku tertarik sama Anna karena emang dia gadis yang cantik, that's itgak lebih, Ve. Normal kan ? Bukan tertarik karena suka, cinta, apalagi pingin milikin dia, bukan itu", ucap gua panjang lebar menjelaskan kepada wanita yang mengenakan pakaian tidur berwarna biru langit dengan bahan satin itu.

Sesaat kami terdiam, saling pandang, lalu bibirnya menyungging tersenyum.

"Iya iya aku paham, ngerti... Aku percaya kamu gak punya perasaan lebih untuk Anna..", ucapnya pada akhirnya.

Kemudian tangan kanannya menyentuh pipi kiri gua, membelai lembut, dan pada akhirnya bibir manisnya itu pun mengeluarkan pertanyaan yang cukup sulit untuk gua jawab...

"Terus ketertarikan macem apa yang buat kamu ngelirik Mba Yu yang seksi itu, Mas ?", tanyanya dengan tersenyum lebar.


*
*
*


Gua sudah mengenakan pakaian yang cukup formal hari ini. Kemeja putih lengan panjang, dasi, celana bahan berwarna gelap, dan sepatu pantofel yang warnanya senada dengan jas hitam yang akan gua kenakan nanti.

Setelah bercermin dan menata rambut yang sudah gua potong sedikit pendek, gua berbalik untuk mengambil jas yang tergeletak diatas ranjang. Tapi ternyata istri tercinta gua sudah membawakannya untuk gua dan berjalan menghampiri.

Gua mengenakan jas yang dibantu oleh Nona Ukhti, kemudian kedua tangannya menepuk pelan kedua sisi bahu gua.

"Kamu ganteng, Mas..", ucapnya dengan tersenyum manis sekali.

"Kamu cantik, Ve..", balas gua dengan memegang dagunya.

"Bo'ong...", balasnya sambil manyun menggemaskan.

Gua terkekeh dan menggelengkan kepala.

"Iya, kok tau aku bo'ong ?", tanya gua menggodanya.

Wajahnya langsung masam dan lagi-lagi gua terkekeh.

"Ck, iya aku gak cantik.. Enggak.. Gak kayak mantan-mantan kamu!", ucapnya yang kali ini diiringi dengan tubuhnya yang berbalik.

Gua masih terkekeh. Gila apa gua gak nganggep istri gua cantik ? Gua sadar dia cantik hari ini dengan balutan kebaya dan hijab yang berwarna biru muda itu, make-up yang pas dan perhiasan apa adanya membuat perempuan ini terlihat cantik, ya gua yakin di acara nanti banyak laki-laki yang akan melirik kearahnya.

Dan sebelum dia berjalan keluar kamar, gua buru-buru menahannya.

"Hey, kamu gak cantik, tapi kamu manis, dan bagi aku hal itu yang gak buat aku bosen untuk selalu ada di samping kamu, Ve.. hal itu juga yang buat aku jatuh cinta sama kamu. Karena kecantikan kamu yang asli bukan berada disini...", gua pegang wajahnya sesaat. "Tapi jauh di dalem sini", lalu gua meletakkan tangan kanan gua diatas dadanya.

Istri gua tersipu, malu-malu dia menundukkan wajahnya dan mencuri pandang untuk melirik suaminya ini.

"Gombaall..", jawabnya dengan masih tersipu malu.

"Kenapa sih, kalo cowok muji ceweknya selalu dikatain gombal lah, bo'ong lah, tapi kalo cowoknya gak muji ceweknya dianggep gak perhatian lah.. Aneh cewek tuh", balas gua.

Sebelum istri gua menjawab, suara perempuan dari luar kamar membuat kami berdua menengok kearahnya.

"Hey, ayo berangkat... Lama banget sih ?".

"Eh iya, ayo Kak.. Ayo Mas buruan ah", ajak istri gua.

"Wew, beda banget kamu hari ini, Kak ?", ucap gua setelah berjalan mendekati Tante gua itu.

"Wajar dong, hari penting buat Mba ku nih, jadi pasti harus dandan abis-abisan lah, hehehe..", jawabnya.

"Cantik kamu, Kak.. Kebayanya bagus, bikin ya ?", tanya istri gua kali ini.

"Heu'eum, Ve.. Bahannya dibeliin sama Mba Laras, kamu mau ?".

Ya gua hanya menjadi pendengar diantara mereka berdua yang asyik ngebahas soal kebaya, sampai akhirnya kami turun ke ruang tamu.

Setelah dirasa semua sudah siap, kami pun berangkat ke sebuah masjid yang berada di jalan protokol.

Saat itu gua duduk bersama istri di bangku belakang, sedangkan Kinanti duduk dibangku depan dengan pacarnya yang mengendarai mobil ini. Sedangkan Ibu bersama Nenek gua dan kedua orangtuanya ada di mobil lain.

Hari Jum'at, pukul delapan pagi, di masjid ini lah seorang wanita yang sudah gua anggap Ibu gua sendiri akhirnya melepas status jandanya.

Ya akhirnya dia, Ibu gua yang bernama Larasati dipinang oleh seorang lelaki yang bernama Teguh. Lelaki yang sebelumnya membuat gua keposampai harus minta tolong ke Ryo satu bulan lalu untuk lebih tau siapa laki-laki tersebut. Dan gua rasa enggak ada yang perlu gua takuti lagi.

Lelaki bernama Teguh itu memang pantas menjadi pendamping Ibu. Dia lelaki yang baik, secara personal atau di lingkungan kerjanya. Pergaulannya pun jelas jauh lebih baik dari gua emoticon-Big Grin

Seenggaknya informasi itulah yang gua dapatkan dari Ryo tentang suami Ibu yang juga menjadi Bapak gua.

Selesai ijab qobul di masjid ini, kami semua akhirnya pergi ke tempat resepsi. Sebuah gedung yang sering disebut Begawan oleh orang-orang di kota kami letaknya tidak jauh dari acara akad, hanya beberapa meter akhirnya rombongan pun sampai di tempat resepsi.

Tamu undangan mulai berdatangan, karena memang waktu dibatasi hanya sampai pukul sebelas siang, sebelum waktu ibadah jum'at acara pun selesai.

Ah iya, Mba Yu tentunya hadir. Sayangnya dia hanya datang sendiri tanpa pasangan, selain bersama kedua orang tua dan adiknya maksud gua.

"Mas, Mba Laras cantik ya hari ini", ucap wanita yang masih berstatus janda itu.

"Iya, Ibu emang cantik dari dulu, Mba.. Ngomong-ngomong kalo istri ku gimana ? Hehehe", tanya gua balik sambil melirik kepada istri tercinta yang sedang ngobrol di sisi lain gedung dengan orangtuanya.

"Cantik kok dan kayaknya cantiknya itu beda, mungkin karena perutnya udah makin gede ya, Mas.. Cantiknya perempuan hamil kan emang beda", jelasnya.

"Yoi, kayaknya kerasa banget loch inner beauty dia, ya bener kata kamu, karena lagi hamil itu", ucap gua mengamini.

"Dua bulan lagi ya ?".

"Iya insya Allah dua bulan lagi, Mba..".

"Duh gak sabar deh pingin nimang ponakan gemes, mudah-mudahan cewek deh, Mas.. Ngeri soalnya kalo cowok..", ucap Mba Yu lagi.

"Kok perasaan aku gak enak ya", timpal gua sinis.

"Hahahah.. Emang bener tapi kan ? Kalo cowok takut kayak bapaknya ah, petakilan, playboy juga lagi", jelasnya sambil terkekeh.

"Amit-amit, jangan atuh.. Do'a in yang bae-bae kek, Mba.. Hadeuh..".

...
...
...

Setelah pernikahan Ibu, akhirnya rumah gua pun menjadi semakin rame, karena kehadiran Bapak baru gua itu lah suasana rumah sekarang sedikit berbeda, atmosfernya lebih enak. Seenggaknya bagi gua ada temen ngerokok dan ngopi bareng, dan tentunya setelah itu gua gak akan lagi kena ceramah sendirian dari Ibu, karena Bapak baru gua itu juga sudah pasti kena 'ceramah no jutsu' nya Ibu... emoticon-Big Grin

"Bapak takut sama Ibu ?", tanya gua disaat kami sedang duduk berdua di gazebo halaman belakang.

Beliau menghembuskan asap rokok dari mulutnya sebelum menjawab pertanyaan gua, lalu tersenyum simpul sambil menggelengkan kepala.

"Enggak, Za..", jawabnya singkat.

"Wow, patut dibuktikan ini...", timpal gua menyindirnya.

"Hehehe, gak ada yang perlu dibuktiin kok. Dimana-mana suami itu bukan takut sama istrinya, tapi..", ucapannya terpotong.

Gua melirik kemana matanya memandang, dan ternyata seorang wanita yang sama-sama kami sayangi sudah berjalan cepat kearah gazebo ini.

"Nah disini kan, lagi ngerokok kan, ckckckck... Daritadi dicariin juga! Udah buruan pasangin Tv nya dulu, Mas!", ucap Ibu kepada lelaki yang dicintainya itu.

"Sebentar lah, Dek. Aku lagi ngerokok ini dikit lagi abis tuh", jawab sang suami sembari menunjukkan sebatang rokok yang tinggal sedikit lagi habis itu.

Hening sesaat diantara mereka berdua. Gua hanya menjadi penonton.

"Se-Ka-Rang!", perintah Ibu sambil melotot dan melipat kedua tangannya didepan dada.

"Okey-okey, De.. Ayo kita pasang Tv nya..", jawab sang suami cepat dengan gerakan yang kerepotan melipat sarung yang ia kenakan.

Gua terkekeh pelan.

"Tadi maksud Bapak itu karena kita sayang sama istri, Za. Bukan takut loch, beda loch ya Za.. Inget... Sa-Yang... Pahamkan ?", bisikinya sebelum beliau benar-benar pergi untuk menyusul sang istri tercinta.

...

Di lain hari, usia kandungan istri gua sudah memasuki bulan ketujuh dan saat itu ruko yang kami sewa untuk prakteknya juga sudah selesai di renovasi. Sebentar lagi dia akan membuka praktek sendiri. Bahagia rasanya, apa yang diimpikannya sebentar lagi terwujud, hampir bersamaan dengan hadirnya si buah hati.


*
*
*


Tapi Kenapa gua harus meletakkan kalimat yang sama seperti di cerita sebelumnya disini ? Entahlah, biar waktu yang menjawab.

Terkadang manusia memang banyak berharap. Berharap dengan segala keinginannya yang baik untuk diri mereka sendiri ataupun keluarganya. Dan gua rasa itu bukanlah hal yang salah, itu wajar, itu normal, dan hal itu sudah menjadi sifat dasar manusia memang seperti itu.

Tapi sekali lagi, dan lagi

Terkadang apa yang kita harapkan, apa yang kita inginkan belum tentu menjadi hal yang akan dikabulkan oleh-Nya. Manusia penuh harap dan ALLAH SWT lah yang lebih mengetahui apa yang kita butuhkan.

Walaupun saat itu gua tidak mengerti kenapa menjadi seperti ini saat itu, gua hanya bisa menekan ego gua, mencoba ikhlas dengan segala apa yang sudah terjadi.

Dia, yang gua takuti.
Dia, yang mungkin sebagian orang juga takuti.
Sedang menunggu.
Menunggu apa yang berharga diambil lagi.
Dia Sang Tuan Duka itu mulai tersenyum kepada gua dan seolah-olah, rasanya gua seperti mendengar dia menyapa dari kejauhan.



Sadness and Sorrow (Violin Version) - Instruments of Anime Naruto


Quote:



°
°
°



Gua baru saja keluar dari sebuah mall dan menuju parkiran mobil. Sambil berjalan melumati es krim cone yang mulai mencair.

Gua masuk kedalam mobil sedan berwarna hitam, duduk di bangku depan.

"Iih.. Makan es krim nya belepotan sih, Mas! Kayak anak kecil aja kamu tuh!".

Protes wanita yang duduk di bangku kemudi itu membuat gua tersenyum lebar, kemudian dia mengambil tissue dan mengelap es krim di dekat bibir gua.

Gua menatap wajahnya yang serius, sampai akhirnya dia sadar sedang diperhatikan.

"Apa ?".

"Enggak apa-apa, seneng aja liat kamu".

"Idih tumben ngomongnya gitu".

"Mmm.. Emangnya aku gak pernah muji kamu ya ?", tanya gua sambil memegang lengan tangannya agar berhenti mengelap bibir dan pipi gua dari sisa es krim.

Matanya sedikit terkejut melihat tingkah gua. Lalu dia memundurkan tubuhnya sedikit menjauh.

"Kenapa ? Aku salah ya ?", tanya gua sambil melepaskan genggaman tangan.

Dia menoleh kearah lain lalu membetulkan juntaian rambut yang berada di sisi wajahnya.

"Aku... Aku cuma gak enak sama dia, Mas. Baru berapa lama dari kejadian kemarin ?", tanyanya merasa canggung.

Gua menghela nafas. "Kamu tau ? Aku sendiri gak ada kepikiran apapun soal kejadian kemarin-kemarin itu, Mba..", jawab gua. "Maaf kalo apa yang kamu rasain dari kejadian itu ngebuat kamu gak nyaman sama hubungan kita sekarang", lanjut gua.

"Oh bukan, maksud aku tuh, mmm... Aku ngerasa terlalu cepet aja kalo kita...".

Jujur gua terkejut mendengar kalimat yang terpotong itu walaupun dia tidak menyelesaikan ucapannya tapi gua paham arahnya kemana.

"Mba ? Maksud kamu ?", tanya gua kaget.

"Aduuuh.. Gimana ya ngejelasinnya, bukan gitu, Mas.. Aku tuh ngerasa ini gak pas gitu loch, gak tepat, ya coba kasih waktu biar kita bisa terbiasa dulu gitu...", jawabnya terdengar panik.

"Cukup, nyatanya kamu mau..", ucap gua sebelum keluar dari mobil barunya itu dan berjalan meninggalkannya.

"Mas.. Mass.. Tungguu.. Hey..", teriaknya dari arah belakang sana.

Gua hanya mendengar derap langkah kakinya yang terburu-buru mengejar gua, sampai akhirnya dia berhasil menarik tangan gua dan membalikan tubuh gua.

"Kamu tuh egois! Gak bisa denger penjelasan aku dulu!", ucapnya dengan emosi.

"Enggak enggak.. Enggak usah berbelit-belit, maksud kamu apa ngomong kayak tadi ?", tanya gua malas.

"Selama ini aku yang selalu ditanya, sekarang aku gak mau cuma jadi objek, aku pingin tau jawaban kamu dulu!", sentaknya yang semakin emosi.

"Ma.. Maksud kamu ?", tanya gua sedikit gugup.

Dia menghela nafasnya sambil memejamkan mata untuk sesaat.

"Apa kamu cinta aku ?", tanya wanita yang bernama Gendisa itu.


'Hey, I'm done. It's your turn'
Diubah oleh guesiapayah17 19-03-2018 14:14
dany.agus
fatqurr
oktavp
oktavp dan 2 lainnya memberi reputasi
3