- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Penemuan Satwa-satwa Purba di Sulawesi


TS
kangjati
Penemuan Satwa-satwa Purba di Sulawesi

WOW! Jejak-jejak hewan purba ditemukan di Sulawesi..



Gak nyangka, zaman dulu ada juga hewan purba yang mampir ke Indonesia gan..

Quote:

Kerangka babi besar (Celebochoerus heekereni) yang direkonstruksi dengan keaslian fosil 70 persen temuan tim peneliti yang beranggotakan antara lain Gert van Den Berg dan Iwan Kurniawan yang kini menjadi Kepala Museum Geologi.Beritagar.id / Anwar Siswadi
Sepasang taring yang mencuat itu seperti tanduk kerbau di ujung moncong. Sedangkan dua taring kecil di bawahnya bagaikan pisang tanduk yang tertancap. Taring itu menyatu dengan yang permukaannya agak kasar.
Sosok kerangka fosil babi purba itu sangar.
Lebar tubuh kerangka babi jantan itu setengah meter. Tingginya semeteran dengan panjang hampir dua meter.
Itu baru kerangkanya, belum ditambah daging, kulit, dan organ lain. “Ukurannya sedikit lebih besar dari babi rusa,” kata ahli paleovertebrata Fachroel Aziz, Rabu (15/8/2018) di Museum Geologi Bandung.
Fosil itu kini tengah dipamerkan di ruang sayap timur museum sejak 11 Agustus hingga 11 November 2018.
Kerangka babi besar yang jenisnya diidentifikasi dengan nama Celebochoerus heekereni itu baru sebagian kecil temuan di Lembah Wallanae, Sulawesi Selatan.
Selain babi purba, juga ada dua fosil tengkorak gajah kerdil berspesies Stegodon sampoensis dan gajah bergading empat “Elephas” celebensis. Di sudut ruangan ada fosil bagian bawah atau perut kura-kura raksasa Geochelone atlas. “Ukuran aslinya yang lengkap dengan batok kira-kira sebesar mobil VW kodok,” ujar peneliti kelahiran Siak Sri Indrapura, Riau, 31 Maret 1946 itu.
Ribuan fosil aneka jenis hewan darat mamalia vertebrata atau menyusui dan bertulang belakang yang endemik Sulawesi itu tersimpan di Museum Geologi. Sebagian fosil yang lengkap direkonstruksi ulang seperti Celebochoerus itu. Selebihnya menjadi bahan peneliti fosil dari dalam dan luar negeri.
Selain tengkorak, ada juga geligi, taring, tulang kaki dan jemari. “Umur semua fosilnya sekitar dua juta tahun,” kata Fachroel.
Fosil purba itu ditemukan saat dirinya memimpin ekspedisi riset ke lembah yang berada di Kabupaten Soppeng dan Bone pada kurun 1986-1988 dan dilanjutkan 1989-1992.
Selama di lokasi, tim belum pernah menemukan temuan fosil utuh dan lengkap di satu tempat. Keberadaan fosil-fosil itu berserakan. Ada yang terpendam atau di dinding tebing lembah yang dialiri Sungai Wallanae.
Seperti merakit sepeda modifikasi, rekonstruksi Celebochoerus dibuat dengan cara memasang komponen fosil yang masih bagus dan cocok. Itu pun fosil yang asli hanya 70 persen, sisanya polesan bahan imitasi.
***
Awal riset ia sangat penasaran apa saja sebenarnya ada di lembah itu. Dibantu tiga orang dari kantornya, mereka mulai melakukan survei.
Lokasinya antara lain Paroto dan Calio. Di sana mereka memunguti fosil yang terlihat di tanah juga di tebing sungai Wallanae. Perolehan fosil saat itu terhitung banyak, tapi jumlah spesiesnya terbatas. Fosil babi besar sudah mulai didapat, pun elephas (gajah). “Cuma kita baru dapat giginya, perlu lengkap,” kata Fachroel.
Lembah Wallanae merupakan situs paleolitik atau zaman batu. Lokasi itu bisa dibilang kuburan makhluk purba, baik yang menetap maupun akibat terbawa aliran sungai dan mengendap. “Luas situs di lembah itu sekitar 5 x 10 kilometer persegi,” kata Iwan yang kini menjadi Kepala Museum Geologi, Sabtu, (11/8/17).
Pemilihan lokasi lembah Wallanae dilakukan karena riset soal keberadaan fosil di sana masih sepi jika dibanding di Jawa. Modal mereka meneliti adalah temuan Hendrik Robert van Heekeren (ahli ekspedisi prasejarah Indonesia berkebangsaan Belanda) yang khusus mengumpulkan fosil makhluk bertulang belakang (vertebrata) di Sulawesi pada 1947. Saat itu ia tengah melakukan survei arkeologi di Desa Beru dan Sompoh di Kecamatan Cabenge sekarang, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan.
Temuan itu menyingkap kekayaan fosil makhluk purba di Lembah Wallanae. Koleksi aneka fosilnya itu kemudian diperiksa dan diteliti Dirk Albert Hooijer di Belanda. Sepotong taring buntung mencuri perhatiannya.
Taring itu kata Fachroel, ditemukan di permukaan tanah. Hooijer mempublikasikan riset taring buntung itu pada 1948. Benda itu lantas dinyatakan sebagai bagian dari babi purba. Hooijer pun menamakan spesies itu Celebochoerus heekereni.
Selanjutnya dalam serial publikasi antara 1948-1972, Hooijer mendeskripsi fosil lain yang dikelompokkan sebagai Fauna Cabenge atau juga dikenal sebagai Archidiskodon-Celebochoerus Fauna. Kedatangan tim Bandung pada 1986-1988 itu melanjutkan temuan fosil di Cabenge.
Menempuh jarak sekitar 100 kilometer di utara Makassar, Fachroel cs ingin mencari kelengkapan fosil serta kejelasan seperti umur dan pada lapisan tanah seperti apa temuan fosilnya. Hasil riset itu selanjutnya menjadi bahan tesisnya untuk meraih gelar doktor di Kyoto University Jepang pada 1990.

***
Studi dan temuan Fachroel itu menarik minat rekan kuliahnya di Belanda, Gert Van den Berg yang kini menjadi ahli gajah purba. Dosen mereka, P.Y. Sondaar dan John de Vos pun tertarik. Kerjasama riset kemudian melibatkan Museum Geologi, University of Utrecht, dan National Museum of Natural History yang kini bernama The Biodiversity Centre alias Naturalis di Leiden, Belanda.
Jika sebelumnya hanya memunguti, riset yang kedua (1989-1992) mulai melakukan penggalian.
Anggota tim Iwan Kurniawan mengatakan, pilihan lokasi ekskavasi berdasarkan referensi bukan asal menggali. Tempatnya seperti di daerah Lonrong, Panrung Laratu, dan Lakibong, karena konsentrasi fosil berada di sana.
“Sudah diketahui ada fosil babi, gajah, buaya, dalam satu periode. Tapi tidak selalu begitu, bisa beda periode juga tergantung lokasi terkuburnya di dalam tanah.”
Total ada tujuh lubang galian pencarian fosil. Kedalaman dan ukurannya beragam, mulai dari satu, empat, juga ada yang lima meter persegi. Rata-rata tim bekerja di tiap lubang itu selama dua hingga tiga bulan. Berdasarkan stratigrafi atau lapisan tanah dan batuannya, fosil vertebrata ditemukan pada lapisan batu pasir formasi Wallanae anggota Beru.
Merekapun mendapat ribuan fosil aneka satwa; babi, gajah, kura-kura, hiu, dan buaya purba. Ada juga peralatan batu dan perkakas semacam pisau. Alat batu itu, kata Fachroel, berumur sekitar 200 ribu tahun.
Umur alat itu lebih muda dibanding usia satwanya yang diperkirakan berusia 300-400 ribu tahun. Hubungan alat batu dengan fosil itu jadi belum jelas untuk menjadi sebuah cerita.
Apalagi, sejauh ini belum ada temuan sebutir fosil manusia purba di Lembah Wallanae itu. Karenanya, sosok fosil manusia itu merupakan target dari penelitian ini.
***
Beberapa fosil satwa purba endemik temuan di Lembah Wallanae, Sulawesi Selatan, berupa gigi geraham gajah pendek (Stegodon sampoensis), gajah bergading empat ("Elephas" celebensis), dan temuan di Bumiayu, Jawa Tengah. | Anwar Siswadi /Beritagar.id
Pulau Sulawesi yang bentuknya seperti huruf F dan K yang menyatu, menarik secara geologi, fauna, dan floranya. Ahli biologi berkebangsaan Inggris, Alfred Russel Wallace pada 1836 yang menyadari keunikan itu lalu membuat garis pemisah berdasarkan asal fauna di Nusantara.
Garis itu membentang dari Selat Makassar yang memisahkan Sulawesi dengan Kalimantan. Sampai ke selatan, garis itu menyekat Pulau Bali dan Lombok. Garis pemisah itu dikenal sebagai Garis Wallace.
Fauna di sebelah barat atau kiri garis itu disebut sebagai Indo-Malayan Region. Sedangkan sisi timurnya disebut Austro-Malayan Region. Kecenderungannya, kata Fachroel, migrasi fauna ke Sulawesi lebih mudah dari Asia dibandingkan dari Australia.
Migrasi itu antara lain didorong oleh kondisi iklim. Waktunya ditaksir sekitar 2-3 juta tahun silam. Beberapa satwa yang tak tahan oleh suhu dingin, bergerak mencari tempat yang lebih hangat. Rombongan gajah salah satunya, kecuali mamooth yang berbulu tebal.
Menurut Fachroel, nenek moyang fauna di Indonesia umumnya berasal dari daerah Siwalik di India. Sebagian satwa lainnya menyeberang dari Cina, lewat Indocina, lalu sampai ke Paparan Sunda yang dulu menyatukan daratan antara lain Sumatera, Jawa, dan Kalimantan.
Untuk sampai ke Sulawesi yang terisolir pada zaman lampau, hanya satwa jenis tertentu yang sukses. Beberapa fauna seperti gajah, babi, kura-kura, merupakan perenang andal. Mereka harus mengarungi lautan, kemungkinan juga dari Filipina atau Jawa lewat Madura.
Anggota tim yang juga pakar gajah purba, Gert Van den Berg mengatakan, gajah walaupun gendut bisa mengandalkan belalai sebagai cerobong pernafasan. Sistem metabolisme tubuhnya yang dapat menghasilkan gas membuatnya bisa mengapung di perairan.
Gajah purba penghuni Sulawesi, menurut Gert, diperkirakan punah sebelum 500 ribu tahun lalu. Karena belum ada data, faktor penyebab punahnya baru bisa diduga. “Seperti perubahan iklim, atau persaingan dengan jenis gajah baru yang adaptasi lingkungannya lebih baik,” kata peneliti yang kini mengajar di University of Wollongong Australia itu, Jumat (17/8/18).
Aneka satwa yang masuk Sulawesi zaman lampau itu kemudian juga terisolir. Adaptasi dan mutasi gen kemudian membuat satwa negeri Celebes menjadi unik dan endemik atau khas wilayah tertentu. Faktor itu membuat garis keturunan atau nenek moyangnya sulit dilacak.
Celebochoerus misalnya, berdasarkan tengkorak dan taring sebagai komponen utama pembeda spesies, berbeda dengan babi rusa (Babyrousa babyrussa) walaupun secara fisik hampir mirip. “Bentuk gerahamnya sama tapi taringnya berbeda,” ujarnya.
Dicocokkan dengan babi hutan Afrika, Celebochoerus punya kemiripan taring. Tapi geraham dan bentuk tengkoraknya tak sama. Fachroel menduga Celebochoerus dan babi rusa merupakan keturunan babi di Afrika yang hidup sekitar 10 juta tahun silam di zaman miosen.
Sejauh ini sebaran Celebochoerus di Sulawesi baru ditemukan fosilnya di Lembah Wallanae. Masa hidupnya panjang, mulai sekitar dua juta hingga 300-400 ribu tahun lalu. Faktor penyebab punahnya bisa jadi akibat perburuan atau letusan gunung api. Lembah Wallanae masih menyimpan banyak misteri untuk disingkap para peneliti.
Gimana gan??
Keren banget kan..
Semoga artikelnya bermanfaat ya..



Quote:


Jangan lupa rate bintang 5, tinggalin komentar dan bersedekah sedikit cendol buat ane dan ane doain agan makin ganteng dan cantik deh

SUMUR :
Beritagar.id
Quote:
Jangan lupa kunjungi thread ane yang lain gan 

Penemuan mengejutkan ! Ternyata robot bisa memiliki orientasi sosial
AWAS! Kambing Suka Manusia Yang Tersenyum
Sudah nonton The Nun ? Inilah kisah nyata di balik seramnya Valak
Waspadai percobaan bunuh diri oleh orang sekitar Anda
Planet ke-sembilan yang selama ini dicari ternyata ngumpet di balik neptunus
Tes CPNS 2018 diujung tanduk...
Tip Mengatur Waktu Agar Lebih Efisien
Ini lho gan 5 tanda kalo ente boros, tapi terkadang gak ente sadari
Asal muasal Dolar AS jadi acuan nilai tukar dunia
Xiaomi melirik dunia otomotif


Penemuan mengejutkan ! Ternyata robot bisa memiliki orientasi sosial
AWAS! Kambing Suka Manusia Yang Tersenyum
Sudah nonton The Nun ? Inilah kisah nyata di balik seramnya Valak
Waspadai percobaan bunuh diri oleh orang sekitar Anda
Planet ke-sembilan yang selama ini dicari ternyata ngumpet di balik neptunus
Tes CPNS 2018 diujung tanduk...
Tip Mengatur Waktu Agar Lebih Efisien
Ini lho gan 5 tanda kalo ente boros, tapi terkadang gak ente sadari
Asal muasal Dolar AS jadi acuan nilai tukar dunia
Xiaomi melirik dunia otomotif

0
10.3K
Kutip
65
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan