- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Ini penyebab orang mudah percaya hoax


TS
kangjati
Ini penyebab orang mudah percaya hoax

Berita bohong atau hoax menjadi suatu yang biasa di zaman serba modern ini.
Kebebasan dalam informasi bikin gampang banget hoax beredar di media sosial dan parahnya banyak orang yang gitu aja percaya terus ngeshare berita bohong tersebut.

Baru-baru ini peneliti menemukan penyebab mengapa orang sangat mudah percaya dengan berita bohong atau hoax

Quote:

Ilustrasi percaya hoax. | Dean Drobot /Shutterstock
Menurut psikolog, cara anak mengatasi situasi di masa kecil adalah alasan mengapa saat dewasa ia jadi mudah percaya kabar bohong atau hoax. Namun, para ahli punya solusi dan sejumlah saran untuk menghindarinya.
Derasnya arus informasi, apalagi di media sosial, membuat fenomena hoax semakin sulit dihindari. Jika tak waspada, Anda pun bisa jadi korban.
Penelitian besar yang digagas para peneliti di Massachusetts Institute of Technology di Cambridge menganalisis informasi di Twitter untuk melihat apa yang mendapatkan lebih banyak perhatian: kebenaran atau kebohongan?
Para peneliti mengamati 126 ribu berita yang dibagikan tiga juta pengguna selama satu dekade. Mereka menemukan, "kabar bohong" menjangkau lebih banyak orang dan menyebar jauh lebih cepat daripada informasi akurat.
Lebih mengerikan lagi, dominasi kabar bohong membuat orang tidak memercayai sius berita. Banyak yang melaporkan bahwa mereka tidak tahu bagaimana membedakan kebenaran dari kebohongan.
Sebuah survei yang diterbitkan awal tahun 2018 menemukan, tujuh dari 10 orang takut kabar bohong digunakan sebagai 'senjata', dan lebih dari 60 persen responden tidak merasa yakin mereka bisa mengetahui perbedaan antara kabar bohong dan fakta.
Sebenarnya apa yang membuat orang rentan terhadap kabar bohong? Lalu, adakah strategi yang bisa dikembangkan untuk melindungi diri dari kebohongan?
Penelitian baru yang dipresentasikan pada konvensi tahunan American Psychological Association (APA), di San Francisco, California, Amerika Serikat menjelaskan mekanisme di balik daya tarik hoax. Temuan ini juga telah dipublikasikan di jurnal Science.
Mark Whitmore, Ph.D., asisten profesor manajemen dan sistem informasi di Kent State University di Ohio, yang maju untuk presentasi pada konvensi APA tahun ini, menunjuk bias konfirmasi sebagai alasan utama di balik daya tarik hoax.
Bias konfirmasi mengacu pada kecenderungan orang untuk menerima informasi yang menegaskan keyakinan mereka yang sudah ada sebelumnya, dan mengabaikan informasi yang menentang keyakinan mereka. Jadi mengonfirmasi, tapi bias.
"Pada dasarnya adalah kebutuhan otak untuk menerima informasi konfirmasi yang selaras dengan pandangan dan keyakinan yang sudah ada pada individu," jelas Whitmore dalam rilis penelitian.
Faktanya, menurut Whitmore, orang bisa mengatakan bahwa otak sudah dari sananya diatur untuk bisa menerima, menolak, salah mengingat, atau mendistorsi informasi berdasarkan apakah informasi itu dilihat sebagai konfirmasi keyakinan yang sudah ada atau malah mengancamnya.
Dijelaskan Eve Whitmore, Ph.D., seorang psikolog perkembangan di Western Reserve Psychological Associates, bias ini terbentuk di awal kehidupan. Khayalan masa kecil mungkin membuat orang mudah percaya narasi palsu saat beranjak dewasa.
Dunia khayalan dan permainan pura-pura selama ini dianggap memperkuat anak-anak. Saat pura-pura jadi pahlawan pembela kebenaran, anak punya rasa kendali untuk menertibkan dunia yang kacau.
Ternyata, memercayai teori konspirasi dan hoax di kemudian hari punya efek yang kurang lebih sama. Ide-ide di dalamnya memberikan keteraturan di dunia yang sering tidak sesuai dengan dunia seharusnya, menurut cara berpikir seseorang--yang belum tentu benar.
Ketika anak-anak belajar cara bermain di dunia khayalan, mereka juga terpapar sistem kepercayaan dari orang tua. Mereka belajar membedakan kebenaran dari kebohongan.
Ketakutan para peneliti adalah, permainan pura-pura bisa mengacaukan proses belajar itu. Konsekuensinya pun dirasakan saat anak beranjak dewasa.
Mereka mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan mulai mempertanyakan orang tua mereka atau figur otoritas lain. Fase ini sering dapat menyebabkan konflik dan kecemasan yang tidak nyaman pada tingkat psikologis.
Di sinilah terjadi rasionalisasi bias. Untuk menghindari konflik dan kecemasan, orang mengembangkan mekanisme penanggulangan seperti bias konfirmasi.
Karena menantang keyakinan yang salah bisa memicu konflik, remaja belajar untuk merasionalisasi dan menerima kebohongan sebagai gantinya.
Salah satu cara untuk mengurangi daya tarik hoax adalah mengurangi kecemasan yang membuat bias konfirmasi jadi jalan keluar mudah. Humor adalah opsi untuk mengurangi kecemasan.
Menonton tayangan komedi atau sindiran politik, meski tidak benar-benar mengubah atau mengganti sumber pemicu stres, dapat membantu mengurangi stres dan kecemasan yang berhubungan dengannya.
"Yang lainnya adalah sublimasi, Anda menyalurkan perasaan negatif menjadi sesuatu yang positif. Misal mencalonkan diri jadi caleg, ikut demo, atau menjadi sukarelawan untuk tujuan sosial," urai Whitmore.
Secara sadar berusaha untuk mendengarkan sudut pandang lain dapat membantu memoderasi opini, membuatnya jadi tidak terlalu ekstrem. Belajar dari semua itu, para peneliti menekankan pentingnya pengembangan awal keterampilan berpikir kritis.
Mereka menulis, "Mengembangkan tingkat skeptisisme yang lebih besar pada anak-anak, dengan mendorong mereka untuk bertanya mengapa dan mempertanyakan banyak hal, mengurangi bias konfirmasi."
Dengan mengetahui hal ini, para peneliti bisa menyoroti cara-cara untuk melindungi orang dewasa, agar tak termakan narasi serupa. Terutama karena hoax menjadi semakin sulit untuk dihindari.
Derasnya arus informasi, apalagi di media sosial, membuat fenomena hoax semakin sulit dihindari. Jika tak waspada, Anda pun bisa jadi korban.
Penelitian besar yang digagas para peneliti di Massachusetts Institute of Technology di Cambridge menganalisis informasi di Twitter untuk melihat apa yang mendapatkan lebih banyak perhatian: kebenaran atau kebohongan?
Para peneliti mengamati 126 ribu berita yang dibagikan tiga juta pengguna selama satu dekade. Mereka menemukan, "kabar bohong" menjangkau lebih banyak orang dan menyebar jauh lebih cepat daripada informasi akurat.
Lebih mengerikan lagi, dominasi kabar bohong membuat orang tidak memercayai sius berita. Banyak yang melaporkan bahwa mereka tidak tahu bagaimana membedakan kebenaran dari kebohongan.
Sebuah survei yang diterbitkan awal tahun 2018 menemukan, tujuh dari 10 orang takut kabar bohong digunakan sebagai 'senjata', dan lebih dari 60 persen responden tidak merasa yakin mereka bisa mengetahui perbedaan antara kabar bohong dan fakta.
Sebenarnya apa yang membuat orang rentan terhadap kabar bohong? Lalu, adakah strategi yang bisa dikembangkan untuk melindungi diri dari kebohongan?
Penelitian baru yang dipresentasikan pada konvensi tahunan American Psychological Association (APA), di San Francisco, California, Amerika Serikat menjelaskan mekanisme di balik daya tarik hoax. Temuan ini juga telah dipublikasikan di jurnal Science.
Mark Whitmore, Ph.D., asisten profesor manajemen dan sistem informasi di Kent State University di Ohio, yang maju untuk presentasi pada konvensi APA tahun ini, menunjuk bias konfirmasi sebagai alasan utama di balik daya tarik hoax.
Bias konfirmasi mengacu pada kecenderungan orang untuk menerima informasi yang menegaskan keyakinan mereka yang sudah ada sebelumnya, dan mengabaikan informasi yang menentang keyakinan mereka. Jadi mengonfirmasi, tapi bias.
"Pada dasarnya adalah kebutuhan otak untuk menerima informasi konfirmasi yang selaras dengan pandangan dan keyakinan yang sudah ada pada individu," jelas Whitmore dalam rilis penelitian.
Faktanya, menurut Whitmore, orang bisa mengatakan bahwa otak sudah dari sananya diatur untuk bisa menerima, menolak, salah mengingat, atau mendistorsi informasi berdasarkan apakah informasi itu dilihat sebagai konfirmasi keyakinan yang sudah ada atau malah mengancamnya.
Dijelaskan Eve Whitmore, Ph.D., seorang psikolog perkembangan di Western Reserve Psychological Associates, bias ini terbentuk di awal kehidupan. Khayalan masa kecil mungkin membuat orang mudah percaya narasi palsu saat beranjak dewasa.
Dunia khayalan dan permainan pura-pura selama ini dianggap memperkuat anak-anak. Saat pura-pura jadi pahlawan pembela kebenaran, anak punya rasa kendali untuk menertibkan dunia yang kacau.
Ternyata, memercayai teori konspirasi dan hoax di kemudian hari punya efek yang kurang lebih sama. Ide-ide di dalamnya memberikan keteraturan di dunia yang sering tidak sesuai dengan dunia seharusnya, menurut cara berpikir seseorang--yang belum tentu benar.
Ketika anak-anak belajar cara bermain di dunia khayalan, mereka juga terpapar sistem kepercayaan dari orang tua. Mereka belajar membedakan kebenaran dari kebohongan.
Ketakutan para peneliti adalah, permainan pura-pura bisa mengacaukan proses belajar itu. Konsekuensinya pun dirasakan saat anak beranjak dewasa.
Mereka mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan mulai mempertanyakan orang tua mereka atau figur otoritas lain. Fase ini sering dapat menyebabkan konflik dan kecemasan yang tidak nyaman pada tingkat psikologis.
Di sinilah terjadi rasionalisasi bias. Untuk menghindari konflik dan kecemasan, orang mengembangkan mekanisme penanggulangan seperti bias konfirmasi.
Karena menantang keyakinan yang salah bisa memicu konflik, remaja belajar untuk merasionalisasi dan menerima kebohongan sebagai gantinya.
Salah satu cara untuk mengurangi daya tarik hoax adalah mengurangi kecemasan yang membuat bias konfirmasi jadi jalan keluar mudah. Humor adalah opsi untuk mengurangi kecemasan.
Menonton tayangan komedi atau sindiran politik, meski tidak benar-benar mengubah atau mengganti sumber pemicu stres, dapat membantu mengurangi stres dan kecemasan yang berhubungan dengannya.
"Yang lainnya adalah sublimasi, Anda menyalurkan perasaan negatif menjadi sesuatu yang positif. Misal mencalonkan diri jadi caleg, ikut demo, atau menjadi sukarelawan untuk tujuan sosial," urai Whitmore.
Secara sadar berusaha untuk mendengarkan sudut pandang lain dapat membantu memoderasi opini, membuatnya jadi tidak terlalu ekstrem. Belajar dari semua itu, para peneliti menekankan pentingnya pengembangan awal keterampilan berpikir kritis.
Mereka menulis, "Mengembangkan tingkat skeptisisme yang lebih besar pada anak-anak, dengan mendorong mereka untuk bertanya mengapa dan mempertanyakan banyak hal, mengurangi bias konfirmasi."
Dengan mengetahui hal ini, para peneliti bisa menyoroti cara-cara untuk melindungi orang dewasa, agar tak termakan narasi serupa. Terutama karena hoax menjadi semakin sulit untuk dihindari.
Emang sih manusia itu mempunyai keingintahuan yang besar
Tapi hati-hati juga yah gan, jangan sampai niat menambah informasi, eh malah dibikin linglung ama yang bikin informasinya karena tau-taunya itu hoax
Kan malu kalo udah dishare eh taunya hoax

Quote:


Jangan lupa rate bintang 5, tinggalin komentar dan bersedekah sedikit cendol buat ane dan ane doain agan makin ganteng dan cantik deh

SUMUR :
Beritagar.id
Quote:
Jangan lupa kunjungi thread ane yang lain gan 

Daftar ponsel yang masuk sertifikasi YouTube
5 Kebiasaan yang membuat Agan terlihat lebih tua
Ikan ini tumbuh dewasa dalam 14 hari, kok cepet banget yak ?
Mantab soul ! Si Doel tembus 1,16 juta penonton !
Porsi olahraga yang pas untuk menjaga kewarasan
Manusia purba punah karena malas
Keajaiban dunia ke-8 hilang untuk selamanya
Saat marah orang cenderung sok pintar
Kenapa kita gemar duduk di tempat yang sama
Fakta mengejutkan ! Korea Selatan gak masuk top 10 negara suka operasi plastik


Daftar ponsel yang masuk sertifikasi YouTube
5 Kebiasaan yang membuat Agan terlihat lebih tua
Ikan ini tumbuh dewasa dalam 14 hari, kok cepet banget yak ?
Mantab soul ! Si Doel tembus 1,16 juta penonton !
Porsi olahraga yang pas untuk menjaga kewarasan
Manusia purba punah karena malas
Keajaiban dunia ke-8 hilang untuk selamanya
Saat marah orang cenderung sok pintar
Kenapa kita gemar duduk di tempat yang sama
Fakta mengejutkan ! Korea Selatan gak masuk top 10 negara suka operasi plastik

1
1K
Kutip
7
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan