- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Saat marah orang cenderung sok pintar


TS
kangjati
Saat marah orang cenderung sok pintar

Ente setuju gak sih kalo orang yang lagi marah biasanya nganggep dirinya lebih pinter dari orang laen ? Ya contohnya kayak pengendara motor di Jakarta yang naek trotoar pas di tegor tapi galakan dia

Pengen ane lempar Pokeball aja rasanya

Ente tau dong yang lagi viral itu ? Ibu ojek online yang masuk trotoar diingetin eh malah mukul si pejalan kaki, zzzzz aneh banget dah emang.
Kenapa sih kalo orang pas marah cenderung ngerasa lebih pintar ?
Quote:

Kemarahan atau temperamen adalah bagian kunci dari emosi manusia yang cenderung dikaitkan dengan emosi negatif. Meskipun sebenarnya, ada pula manfaat positif dari sikap temperamental, misal sebagai alat komunikasi, serta pemotivasi.
Fakta baru mengungkap, orang yang sedang marah cenderung berpikir mereka lebih pintar dari yang sebenarnya. Begitu simpulan penelitian psikologi baru di jurnal Intelligence.
Jadi, Anda mungkin harus menenangkan diri sebelum membuat keputusan atau klaim besar saat marah. Terutama jika Anda cenderung bersumbu pendek alias mudah marah dalam berbagai situasi.
“Dalam sebuah proyek baru-baru ini saya meneliti hubungan antara temperamen dan sejumlah fungsi kognitif. Saya melihat dari tinjauan pustaka bahwa temperamen berbeda secara signifikan dari emosi negatif lain, seperti kesedihan, kecemasan, atau depresi. Temperamen lebih berorientasi pada pendekatan dan dikaitkan dengan persepsi risiko yang optimistis dan bias yang optimistis secara umum,” kata penulis studi Marcin Zajenkowski dari University of Warsawa, Polandia, kepada Psypost.
“Saya bertanya-tanya apakah orang dengan sifat temperamen tinggi akan menunjukkan bias dalam persepsi kemampuan dan kompetensi mereka. Secara khusus, saya menguji apakah temperamen yang tinggi mengarah ke ilusi intelijen positif.”
Sifat temperamen, menurut Encyclopedia of Behavioral Medicine, adalah karakteristik kelainan temperamen yang membuat seseorang sering marah. Intensitasnya bervariasi (misalnya, iritabilitas ringan, kemarahan intens), dan sering disertai dengan emosi negatif terkait seperti rasa iri, benci, dan jijik.
Bersama dengan psikolog Gilles Gignac dari University of Western Australia, Perth, Zajenkowski melakukan dua penelitian yang melibatkan total 528 peserta. Para peserta menyelesaikan kuesioner seputar emosi peserta, dan meminta mereka untuk menilai kecerdasan mereka sendiri pada skala 25 poin.
Peserta kemudian ditugaskan untuk menjalankan serangkaian tes kecerdasan berfokus pada kemampuan untuk memecahkan masalah baru, menggunakan logika dalam situasi baru, dan mengidentifikasi pola alih-alih mengandalkan pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya.
Para peneliti juga mengevaluasi neurotisisme dan narsisisme para peserta. Mencari setiap interaksi dan pola.
Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa orang yang mengaku bersumbu pendek juga cenderung melebih-lebihkan kecerdasan mereka.
“Individu dengan sifat temperamen yang tinggi memiliki kecenderungan untuk melebih-lebihkan kemampuan mereka, yaitu berpikir bahwa mereka lebih pintar dari yang sebenarnya. Bagian kemarahan ini dikaitkan dengan ilusi narsistik," kata Zajenkowski.
Meskipun kemarahan dikaitkan dengan melebih-lebihkan kecerdasan seseorang, hal itu tidak berhubungan dengan tingkat kecerdasan yang sebenarnya. Aspek temperamental ini--optimisme kepercayaan diri tinggi--ditemukan dalam bidang terkait dengan narsisisme. Hal itu dikatakan bisa menyebabkan kerusakan hubungan interpersonal.
"Individu dengan narsisisme tinggi tidak membangun ikatan yang mendalam dan intim dengan orang lain, tetapi lebih mengungguli dan mendominasi orang lain. Sejalan dengan itu, sifat temperamental dikaitkan dengan masalah dalam sebuah hubungan," tulis para peneliti dalam makalah mereka.
"Kami berspekulasi bahwa dampak-dampak negatif ini mungkin terkait dengan pemikiran superioritas kepada orang lain, terutama dalam area kemampuan. Sering kali, pengalaman kemarahan dapat menghasilkan pemikiran seperti, 'Saya pintar' dan 'Kamu bodoh', yang mungkin, pada waktunya, menyebabkan masalah dalam menciptakan hubungan positif dengan orang lain."
Meski demikian, studi ini memiliki keterbatasan. Semua peserta adalah mahasiswa universitas Polandia, yang mungkin berada dalam komunitas WEIRD (Western, Educated, Industrialized, Rich, and Democratic). Komunitas ini hanya mewakili 12 persen dari total manusia di dunia.
Selain itu, ukuran kecerdasan dinilai sendiri oleh para peneliti, dan mungkin ada cara yang lebih dapat diandalkan untuk menilai sifat terlalu percaya diri.
Terakhir, studi didasarkan pada survei laporan diri, bukan percobaan. Dalam kasus ini, mungkin penilaian peserta atas perilaku mereka sendiri tidak akurat.
Jadi hubungan sebab-musabab antara korelasi temperamental dan estimasi kecerdasan berlebih tidak dapat ditetapkan pada temuan ini, dan dibutuhkan penelitian lebih lanjut.
“Penelitian kami hanya menguji sifat temperamental, yaitu kecenderungan disposisional untuk mengalami kemarahan. Namun, studi selanjutnya dapat mengeksplorasi apakah pengalaman sementara kondisi kemarahan juga mengarah pada persepsi bias kemampuan mereka,” ujar Zajenkowski.
Menurut National Institute for Clinical Application of Behavioral Medicine, kemarahan memicu pelepasan hormon stres yang benar-benar dapat mengubah cara kerja otak. Sisi lainnya, kemarahan juga dapat berdampak negatif pada sistem kardiovaskular, sistem pencernaan, dan sistem kekebalan. Dengan kata lain, marah tidak begitu bermanfaat bagi pikiran pun tubuh Anda.
Fakta baru mengungkap, orang yang sedang marah cenderung berpikir mereka lebih pintar dari yang sebenarnya. Begitu simpulan penelitian psikologi baru di jurnal Intelligence.
Jadi, Anda mungkin harus menenangkan diri sebelum membuat keputusan atau klaim besar saat marah. Terutama jika Anda cenderung bersumbu pendek alias mudah marah dalam berbagai situasi.
“Dalam sebuah proyek baru-baru ini saya meneliti hubungan antara temperamen dan sejumlah fungsi kognitif. Saya melihat dari tinjauan pustaka bahwa temperamen berbeda secara signifikan dari emosi negatif lain, seperti kesedihan, kecemasan, atau depresi. Temperamen lebih berorientasi pada pendekatan dan dikaitkan dengan persepsi risiko yang optimistis dan bias yang optimistis secara umum,” kata penulis studi Marcin Zajenkowski dari University of Warsawa, Polandia, kepada Psypost.
“Saya bertanya-tanya apakah orang dengan sifat temperamen tinggi akan menunjukkan bias dalam persepsi kemampuan dan kompetensi mereka. Secara khusus, saya menguji apakah temperamen yang tinggi mengarah ke ilusi intelijen positif.”
Sifat temperamen, menurut Encyclopedia of Behavioral Medicine, adalah karakteristik kelainan temperamen yang membuat seseorang sering marah. Intensitasnya bervariasi (misalnya, iritabilitas ringan, kemarahan intens), dan sering disertai dengan emosi negatif terkait seperti rasa iri, benci, dan jijik.
Bersama dengan psikolog Gilles Gignac dari University of Western Australia, Perth, Zajenkowski melakukan dua penelitian yang melibatkan total 528 peserta. Para peserta menyelesaikan kuesioner seputar emosi peserta, dan meminta mereka untuk menilai kecerdasan mereka sendiri pada skala 25 poin.
Peserta kemudian ditugaskan untuk menjalankan serangkaian tes kecerdasan berfokus pada kemampuan untuk memecahkan masalah baru, menggunakan logika dalam situasi baru, dan mengidentifikasi pola alih-alih mengandalkan pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya.
Para peneliti juga mengevaluasi neurotisisme dan narsisisme para peserta. Mencari setiap interaksi dan pola.
Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa orang yang mengaku bersumbu pendek juga cenderung melebih-lebihkan kecerdasan mereka.
“Individu dengan sifat temperamen yang tinggi memiliki kecenderungan untuk melebih-lebihkan kemampuan mereka, yaitu berpikir bahwa mereka lebih pintar dari yang sebenarnya. Bagian kemarahan ini dikaitkan dengan ilusi narsistik," kata Zajenkowski.
Meskipun kemarahan dikaitkan dengan melebih-lebihkan kecerdasan seseorang, hal itu tidak berhubungan dengan tingkat kecerdasan yang sebenarnya. Aspek temperamental ini--optimisme kepercayaan diri tinggi--ditemukan dalam bidang terkait dengan narsisisme. Hal itu dikatakan bisa menyebabkan kerusakan hubungan interpersonal.
"Individu dengan narsisisme tinggi tidak membangun ikatan yang mendalam dan intim dengan orang lain, tetapi lebih mengungguli dan mendominasi orang lain. Sejalan dengan itu, sifat temperamental dikaitkan dengan masalah dalam sebuah hubungan," tulis para peneliti dalam makalah mereka.
"Kami berspekulasi bahwa dampak-dampak negatif ini mungkin terkait dengan pemikiran superioritas kepada orang lain, terutama dalam area kemampuan. Sering kali, pengalaman kemarahan dapat menghasilkan pemikiran seperti, 'Saya pintar' dan 'Kamu bodoh', yang mungkin, pada waktunya, menyebabkan masalah dalam menciptakan hubungan positif dengan orang lain."
Meski demikian, studi ini memiliki keterbatasan. Semua peserta adalah mahasiswa universitas Polandia, yang mungkin berada dalam komunitas WEIRD (Western, Educated, Industrialized, Rich, and Democratic). Komunitas ini hanya mewakili 12 persen dari total manusia di dunia.
Selain itu, ukuran kecerdasan dinilai sendiri oleh para peneliti, dan mungkin ada cara yang lebih dapat diandalkan untuk menilai sifat terlalu percaya diri.
Terakhir, studi didasarkan pada survei laporan diri, bukan percobaan. Dalam kasus ini, mungkin penilaian peserta atas perilaku mereka sendiri tidak akurat.
Jadi hubungan sebab-musabab antara korelasi temperamental dan estimasi kecerdasan berlebih tidak dapat ditetapkan pada temuan ini, dan dibutuhkan penelitian lebih lanjut.
“Penelitian kami hanya menguji sifat temperamental, yaitu kecenderungan disposisional untuk mengalami kemarahan. Namun, studi selanjutnya dapat mengeksplorasi apakah pengalaman sementara kondisi kemarahan juga mengarah pada persepsi bias kemampuan mereka,” ujar Zajenkowski.
Menurut National Institute for Clinical Application of Behavioral Medicine, kemarahan memicu pelepasan hormon stres yang benar-benar dapat mengubah cara kerja otak. Sisi lainnya, kemarahan juga dapat berdampak negatif pada sistem kardiovaskular, sistem pencernaan, dan sistem kekebalan. Dengan kata lain, marah tidak begitu bermanfaat bagi pikiran pun tubuh Anda.
Jadi apakah ente termasuk orang tersebut ? Jujur kalo ane sih...... iya 

Makanya bisa ngerjain soal UN Fisika cuma 5 menit
Quote:


Jangan lupa rate bintang 5, tinggalin komentar dan bersedekah sedikit cendol buat ane dan ane doain agan makin ganteng dan cantik deh 

SUMUR :
Jangan lupa kunjungi thread ane yang lain gan 





Quote:
Kenapa kita gemar duduk di tempat yang sama
Fakta mengejutkan ! Korea Selatan gak masuk top 10 negara suka operasi plastik
PDA Palm bakal bangkit dari "kubur"
Manusia kerdil modern di Flores bukan keturunan hobbit
Demi Lovato masuk fasilitas rehabilitasi narkoba
Kayuh Wooden Bike sepeda kayu listrik pertama di dunia buatan Indonesia
Drax "WWE" Bautista kehilangan semangat ikut Guardian of The Galaxy vol. 3
Kebiasaan cari muka pada atasan bisa hancurkan karier Anda
Tidur kelamaan bisa bikin ente mati cepet gan
Google Maps tunjukkan Bumi itu bulat, bukan datar

Diubah oleh kangjati 10-08-2018 18:33
0
1.7K
Kutip
9
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan