- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
[Hebat Gansis] Kadiyono, Tukang Tambal Ban yang Kejar Gelar Doktor


TS
ibnutiangfei
[Hebat Gansis] Kadiyono, Tukang Tambal Ban yang Kejar Gelar Doktor
Quote:
SELAMAT DATANG DI TRIT ANE YG SEDERHANA
Quote:
INSYAALLAH NO REPOST, SILAHKAN CEK REPOST
Spoiler for Cek Repost:
![[Hebat Gansis] Kadiyono, Tukang Tambal Ban yang Kejar Gelar Doktor](https://s.kaskus.id/images/2015/05/14/3371901_20150514032423.jpg)
![[Hebat Gansis] Kadiyono, Tukang Tambal Ban yang Kejar Gelar Doktor](https://s.kaskus.id/images/2014/05/07/5289377_20140507050526.png)
Quote:
Prakata dari TS
Quote:
Hebat dan luar biasa...mungkin dua kata ini cukup mewakilkan sosok seorang bapak berikut ini gansis...bagaimana tidak...seorang bapak dgn profesi tukang tambal ban menempuh kuliah dgn biaya sendiri...juga pernah nyambi ngajar...trus kuliah S2 juga pake biaya sendiri...dan sekarang jadi kepala sekolah di sebuah SLB juga lagi ngejar S3 gansis
...semoga bisa jadi motivasi kita semua gansis agar tetap semangat mencari ilmu...meski tidak melalui bangku kuliah gansis...ilmu bisa didapat dari mana saja gansis...ayo tetep semangat

Quote:
Kadiyono, Tukang Tambal Ban yang Kejar Gelar Doktor
Quote:
![[Hebat Gansis] Kadiyono, Tukang Tambal Ban yang Kejar Gelar Doktor](https://s.kaskus.id/images/2015/05/14/3371901_20150514025342.jpg)
Sumber Gambar : brilio.net
Quote:
Sekilas tidak ada yang istimewa dari penampilannya. Rambut berantakan, kaos lusuh dan tangan menghitam serta peluh mengucur terlihat dari sosok bapak yang sibuk menambal ban tersebut.
Dialah Kadiyono (46) seorang tukang tambal ban dari Kecamatan Boja, Kendal, Jawa Tengah. Lapak kecilnya yang berisi peralatan tambal dan kompresor tua yang berada di Jalan Pemuda memang tidak berbeda dengan lapak milik tukang tambal ban lainnya.
Namun siapa sangka. Dibalik rambut acak-acakannya tersimpan otak yang cerdas. Walau hanya seorang tukang tambal ban, Kadiyono adalah lulusan pascasarjana dengan gelar Master Komunikasi.
Luar biasanya Kadiyono bukan berasal dari keluarga berada. Sejak kecil dia sudah terbiasa kerja keras membantu kedua orangtuanya. Berbeda dengan teman-temannya, Kadiyono kecil sepulang sekolah tidak bermain seperti anak lelaki pada umumnya. Dia membantu di lapak kecil ayahnya untuk menambal ban.
"Biaya kuliah S1 saya itu 100 persen murni dari menabung sebagai tukang tambal ban sejak zaman sekolah," ujarnya kepada brilio.net Rabu (12/5).
Kadiyono mendapatkan gelar Stratra-1 nya setelah menyelesaikan kuliahnya di Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi, Semarang. Gelar tersebut tidak dia dapatkan dengan mudah. Kadiyono mengisahkan pahitnya masa-masa berjuang di perguruan tinggi tersebut.
Dia harus menempuh perjalanan dari rumah ke kampusnya yang berjarak 35 kilometer, sehingga dia harus menempuh pulang pergi sejauh 70 kilometer setiap harinya. Dengan modal motor Bentley tua menjalani hari-harinya tersebut dengan tekad untuk mengubah nasib.
Penghasilannya dari menambal ban tersebut tersebut pula harus dibagi untuk biaya kuliah dan rumah tangga karena pada saat itu Kadiyono sudah menikah. Keadaan ekonomi yang tidak stabil tersebut membuat Kadiyono memutuskan untuk cuti kuliah untuk beberapa tahun.
Setelah ekonominya dirasa membaik, Kadiyono memutuskan untuk kembali ke bangku kuliah pada tahun 2000 dan berhasil di wisuda pada tahun 2001 setelah selama 11 tahun masa studinya yang diselingi cuti.
"Walaupun mungkin saat itu saya mahasiswa paling tua sendiri ya nggak apa-apa, masak mau maju kok malu," ujar bapak tiga anak tersebut
Usai lulus dari S1, Kadiyono sebenarnya ingin langsung melanjutkan S2. Namun, lagi-lagi tersandung kendala biaya. Sembari menabung dan kembali menjalani usahanya sebagai tukang tambal ban, Kadiyono diterima sebagai guru di SD Muhammadiyah Boja. Setelah dua tahun, Tuhan menjawab doanya. Kadiyono mendapat uang tunjangan sertifikasi guru sebesar Rp 17 juta. Dana tersebutlah yang dia gunakan untuk melanjutkan studi S2 di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
Kadiyono sengaja mengambil kelas karyawan yang kuliahnya pada hari Sabtu dan Minggu saja, sehingga dia tetap bisa menjalankan tugasnya sebagai guru dan tentu saja sebagai tukang tambal ban.
Saat ini pria yang telah bergelar Master tersebut menjalani hari-harinya sebagai kepala sekolah di Sekolah Luar Biasa Surya di Limbangan, Boja. Semua kegiatan tersebut dilakukannya tanpa meninggalkan pekerjaan yang telah membesarkannya yaitu tukang tambal ban. "Saat ini saya lagi berusaha cari beasiswa untuk kuliah S3, doakan ya!" pungkasnya. Sumber
Dialah Kadiyono (46) seorang tukang tambal ban dari Kecamatan Boja, Kendal, Jawa Tengah. Lapak kecilnya yang berisi peralatan tambal dan kompresor tua yang berada di Jalan Pemuda memang tidak berbeda dengan lapak milik tukang tambal ban lainnya.
Namun siapa sangka. Dibalik rambut acak-acakannya tersimpan otak yang cerdas. Walau hanya seorang tukang tambal ban, Kadiyono adalah lulusan pascasarjana dengan gelar Master Komunikasi.
Luar biasanya Kadiyono bukan berasal dari keluarga berada. Sejak kecil dia sudah terbiasa kerja keras membantu kedua orangtuanya. Berbeda dengan teman-temannya, Kadiyono kecil sepulang sekolah tidak bermain seperti anak lelaki pada umumnya. Dia membantu di lapak kecil ayahnya untuk menambal ban.
"Biaya kuliah S1 saya itu 100 persen murni dari menabung sebagai tukang tambal ban sejak zaman sekolah," ujarnya kepada brilio.net Rabu (12/5).
Kadiyono mendapatkan gelar Stratra-1 nya setelah menyelesaikan kuliahnya di Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi, Semarang. Gelar tersebut tidak dia dapatkan dengan mudah. Kadiyono mengisahkan pahitnya masa-masa berjuang di perguruan tinggi tersebut.
Dia harus menempuh perjalanan dari rumah ke kampusnya yang berjarak 35 kilometer, sehingga dia harus menempuh pulang pergi sejauh 70 kilometer setiap harinya. Dengan modal motor Bentley tua menjalani hari-harinya tersebut dengan tekad untuk mengubah nasib.
Penghasilannya dari menambal ban tersebut tersebut pula harus dibagi untuk biaya kuliah dan rumah tangga karena pada saat itu Kadiyono sudah menikah. Keadaan ekonomi yang tidak stabil tersebut membuat Kadiyono memutuskan untuk cuti kuliah untuk beberapa tahun.
Setelah ekonominya dirasa membaik, Kadiyono memutuskan untuk kembali ke bangku kuliah pada tahun 2000 dan berhasil di wisuda pada tahun 2001 setelah selama 11 tahun masa studinya yang diselingi cuti.
"Walaupun mungkin saat itu saya mahasiswa paling tua sendiri ya nggak apa-apa, masak mau maju kok malu," ujar bapak tiga anak tersebut
Usai lulus dari S1, Kadiyono sebenarnya ingin langsung melanjutkan S2. Namun, lagi-lagi tersandung kendala biaya. Sembari menabung dan kembali menjalani usahanya sebagai tukang tambal ban, Kadiyono diterima sebagai guru di SD Muhammadiyah Boja. Setelah dua tahun, Tuhan menjawab doanya. Kadiyono mendapat uang tunjangan sertifikasi guru sebesar Rp 17 juta. Dana tersebutlah yang dia gunakan untuk melanjutkan studi S2 di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
Kadiyono sengaja mengambil kelas karyawan yang kuliahnya pada hari Sabtu dan Minggu saja, sehingga dia tetap bisa menjalankan tugasnya sebagai guru dan tentu saja sebagai tukang tambal ban.
Saat ini pria yang telah bergelar Master tersebut menjalani hari-harinya sebagai kepala sekolah di Sekolah Luar Biasa Surya di Limbangan, Boja. Semua kegiatan tersebut dilakukannya tanpa meninggalkan pekerjaan yang telah membesarkannya yaitu tukang tambal ban. "Saat ini saya lagi berusaha cari beasiswa untuk kuliah S3, doakan ya!" pungkasnya. Sumber
Quote:
Kadiyono Juga Abdikan Diri di SLB
Quote:
![[Hebat Gansis] Kadiyono, Tukang Tambal Ban yang Kejar Gelar Doktor](https://s.kaskus.id/images/2015/05/14/3371901_20150514025726.jpg)
Sumber Gambar : brilio.net
Quote:
Di tengah maraknya pemberitaan menurunnya minat menjadi kepala sekolah apalagi di sekolah berkebutuhan khusus, Kadiyono (46), tampil sebagai pembeda. Dia malah dengan senang hati menjadi kepala sekolah di salah satu sekolah luar biasa (SLB) di Kendal, Jawa Tengah.
Kadiyono mengaku, menjadi kepala sekolah SLB tersebut adalah bentuk pengabdiannya terhadap dunia pendidikan. Baginya anak berkebutuhan khusus juga perlu mendapatkan pendidikan
"Kita nggak boleh membeda-bedakan. Mereka juga berhak mendapat pendidikan. Walau memang untuk praktiknya lebih susah dan kami para pengajar dituntut untuk lebih sabar menghadapi mereka," ujarnya kepada brilio.net Rabu (12/5).
Setiap harinya Kadiyono harus dihadapkan dengan berbagai macam anak dengan Kebutuhan khusus. Tapi semua itu dijalaninya dengan ikhlas dan senang hati tanpa ada beban walau tanggungan perkerjaannya sudah banyak.
"Mengajar anak-anak yang autis, tuna netra, down syndrome, tuna daksa, grahita, tuna wicara, tuna rungu harus sabar. Saya anggap mereka anak sendiri. Saya kadang terharu sampai menangis melihat penderitaan mereka," katanya lagi.
Kadiyono juga sering mendampingi anak-anak SLB tersebut dalam ajang kreativitas untuk meningkatkan kemampuan dan kecerdasan serta memotivasi anak-anak tersebut. Harapannya suatu saat nanti SLB yang dipimpinnya tersebut dapat semakin maju dan dapat membantu banyak anak berkebutuhan khusus. Sumber
Kadiyono mengaku, menjadi kepala sekolah SLB tersebut adalah bentuk pengabdiannya terhadap dunia pendidikan. Baginya anak berkebutuhan khusus juga perlu mendapatkan pendidikan
"Kita nggak boleh membeda-bedakan. Mereka juga berhak mendapat pendidikan. Walau memang untuk praktiknya lebih susah dan kami para pengajar dituntut untuk lebih sabar menghadapi mereka," ujarnya kepada brilio.net Rabu (12/5).
Setiap harinya Kadiyono harus dihadapkan dengan berbagai macam anak dengan Kebutuhan khusus. Tapi semua itu dijalaninya dengan ikhlas dan senang hati tanpa ada beban walau tanggungan perkerjaannya sudah banyak.
"Mengajar anak-anak yang autis, tuna netra, down syndrome, tuna daksa, grahita, tuna wicara, tuna rungu harus sabar. Saya anggap mereka anak sendiri. Saya kadang terharu sampai menangis melihat penderitaan mereka," katanya lagi.
Kadiyono juga sering mendampingi anak-anak SLB tersebut dalam ajang kreativitas untuk meningkatkan kemampuan dan kecerdasan serta memotivasi anak-anak tersebut. Harapannya suatu saat nanti SLB yang dipimpinnya tersebut dapat semakin maju dan dapat membantu banyak anak berkebutuhan khusus. Sumber
Quote:
Kadiyono, Tukang Tambal Ban Lulusan S2
Quote:
![[Hebat Gansis] Kadiyono, Tukang Tambal Ban yang Kejar Gelar Doktor](https://s.kaskus.id/images/2015/05/14/3371901_20150514041541.jpg)
Kadiyono, tukang tambal ban lulusan S2 (VIVA.co.id/Dody Handoko)
Quote:
Kota Boja adalah kota kecamatan di kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Kota yang berhawa sejuk itu dapat dilalui dari kota Semarang ke arah selatan kira-kira 25 kilometer.
Di Jalan Pemuda, sekitar 1 kilometer setelah masuk Kota Semarang, di sebelah kanan jalan terdapat tukang tambal ban bernama Kadiyono. Lapak tambal bannya hanya bedeng sederhana di pinggir jalan. Di depan yang terlihat sebuah kompresor tua.
Sepintas tak ada yang istimewa dari sosok tambal ban berbadan bogel dengan rambut acak-acakan. Dia mengenakan kaos lusuh. Namun ketika ngobrol panjang lebar baru terlihat hal yang berbeda dari seorang tambal ban itu.
Bapak tiga anak ini ternyata lulusan program pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo. Sebelumnya, dia memperoleh gelar sarjana Strata-1 dari Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang.
Saat ini pun dia tercatat sebagai tutor di Universitas Terbuka Semarang. “Saya dari kecil sudah jadi tukang tambal ban, membantu ayah," kata Kadiyono kepada VIVA.co.id.
Dia mengaku, usaha tambal ban inilah membuat dia bisa bersekolah hingga S2. "Saya bisa kuliah 100 persen, biayanya dari hasil tambal ban," katanya.
"Walau kuliah saya di STIK pernah terputus, namun akhirnya lulus setelah 11 tahun dari tahun 1990-2001,” ujar Kadiyono sambil menerawang.
Kadiyono mengisahkan pahitnya berjuang di bangku perguruan tinggi. Ia harus membagi waktu antara menambal ban dan kuliah. Apalagi jarak rumahnya dan kampus STIK sekitar 35 kilometer, berarti setiap hari dia harus menempuh jarak pulang pergi 70 km. Saat itu ia punya motor Bentley tua, yang menemaninya ke kampus. Meski biaya pas-pas an, ia bertekad ingin mengubah nasib lebih baik.
Meski dengan modal semangat baja, ia sempat pontang-panting ketika menikah. Penghasilannya harus dipecah menjadi dua, antara kuliah dan rumah tangga.
Karena hasil menambal hanya sekitar Rp50 ribu tiap hari membuatnya limbung. Ia akhirnya memutuskan untuk cuti kuliah dulu beberapa tahun.
Setelah merasa keuangannya membaik pada 2000 ia melanjutkan kuliah. Ia berhasil wisuda pada 2001, setelah 11 tahun. Kadiyono tukang tambal ban resmi sarjana.
Usai berhasil meraih gelar sarjana, dia ingin kuliah S2, namun biaya tak ada. Keinginannya itu dipendam sambil menjadi guru di SD Muhamadiyah Boja. Keberuntungan rupanya berpihak padanya, ia mendapat tunjangan sertifikasi guru selama 2 tahun sebesar Rp17 juta.
Pucuk dicinta ulam tiba, demikian kata pepatah. Dana itu ia gunakan untuk kuliah S2 di UMS kelas karyawan, yang masuk hari Sabtu-Minggu.
Di sela-sela kuliah, ia diminta menjadi kepala sekolah SLB Surya di Limbangan, Boja. Meski bayaran tidak seberapa, hanya Rp300-400 ribu, dia menjalani dengan tulus.
”Mengajar anak-anak yang autis, tuna netra, down syndrome, tuna daksa, grahita, tuna wicara, tuna rungu harus sabar. Saya anggap mereka anak sendiri. Saya kadang terharu sampai menangis melihat penderitaan mereka,” katanya, lirih.
Kini gelar sarjana S2 telah digenggam, Kadiyono masih punya keinginan melanjutkan ke jenjang lebih tinggi, yakni doktor. Namun ia terbentur biaya kuliah yang mahal.
“Saya sudah coba mencari beasiswa tapi belum berhasil. Saya juga telah mencoba mendaftar menjadi dosen di beberapa Perguruan tinggi tapi ditolak alasannya karena usia sudah 46 tahun,” ujarnya. Sumber
Di Jalan Pemuda, sekitar 1 kilometer setelah masuk Kota Semarang, di sebelah kanan jalan terdapat tukang tambal ban bernama Kadiyono. Lapak tambal bannya hanya bedeng sederhana di pinggir jalan. Di depan yang terlihat sebuah kompresor tua.
Sepintas tak ada yang istimewa dari sosok tambal ban berbadan bogel dengan rambut acak-acakan. Dia mengenakan kaos lusuh. Namun ketika ngobrol panjang lebar baru terlihat hal yang berbeda dari seorang tambal ban itu.
Bapak tiga anak ini ternyata lulusan program pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo. Sebelumnya, dia memperoleh gelar sarjana Strata-1 dari Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang.
Saat ini pun dia tercatat sebagai tutor di Universitas Terbuka Semarang. “Saya dari kecil sudah jadi tukang tambal ban, membantu ayah," kata Kadiyono kepada VIVA.co.id.
Dia mengaku, usaha tambal ban inilah membuat dia bisa bersekolah hingga S2. "Saya bisa kuliah 100 persen, biayanya dari hasil tambal ban," katanya.
"Walau kuliah saya di STIK pernah terputus, namun akhirnya lulus setelah 11 tahun dari tahun 1990-2001,” ujar Kadiyono sambil menerawang.
Kadiyono mengisahkan pahitnya berjuang di bangku perguruan tinggi. Ia harus membagi waktu antara menambal ban dan kuliah. Apalagi jarak rumahnya dan kampus STIK sekitar 35 kilometer, berarti setiap hari dia harus menempuh jarak pulang pergi 70 km. Saat itu ia punya motor Bentley tua, yang menemaninya ke kampus. Meski biaya pas-pas an, ia bertekad ingin mengubah nasib lebih baik.
Meski dengan modal semangat baja, ia sempat pontang-panting ketika menikah. Penghasilannya harus dipecah menjadi dua, antara kuliah dan rumah tangga.
Karena hasil menambal hanya sekitar Rp50 ribu tiap hari membuatnya limbung. Ia akhirnya memutuskan untuk cuti kuliah dulu beberapa tahun.
Setelah merasa keuangannya membaik pada 2000 ia melanjutkan kuliah. Ia berhasil wisuda pada 2001, setelah 11 tahun. Kadiyono tukang tambal ban resmi sarjana.
Usai berhasil meraih gelar sarjana, dia ingin kuliah S2, namun biaya tak ada. Keinginannya itu dipendam sambil menjadi guru di SD Muhamadiyah Boja. Keberuntungan rupanya berpihak padanya, ia mendapat tunjangan sertifikasi guru selama 2 tahun sebesar Rp17 juta.
Pucuk dicinta ulam tiba, demikian kata pepatah. Dana itu ia gunakan untuk kuliah S2 di UMS kelas karyawan, yang masuk hari Sabtu-Minggu.
Di sela-sela kuliah, ia diminta menjadi kepala sekolah SLB Surya di Limbangan, Boja. Meski bayaran tidak seberapa, hanya Rp300-400 ribu, dia menjalani dengan tulus.
”Mengajar anak-anak yang autis, tuna netra, down syndrome, tuna daksa, grahita, tuna wicara, tuna rungu harus sabar. Saya anggap mereka anak sendiri. Saya kadang terharu sampai menangis melihat penderitaan mereka,” katanya, lirih.
Kini gelar sarjana S2 telah digenggam, Kadiyono masih punya keinginan melanjutkan ke jenjang lebih tinggi, yakni doktor. Namun ia terbentur biaya kuliah yang mahal.
“Saya sudah coba mencari beasiswa tapi belum berhasil. Saya juga telah mencoba mendaftar menjadi dosen di beberapa Perguruan tinggi tapi ditolak alasannya karena usia sudah 46 tahun,” ujarnya. Sumber
Quote:
![[Hebat Gansis] Kadiyono, Tukang Tambal Ban yang Kejar Gelar Doktor](https://s.kaskus.id/images/2015/05/14/3371901_20150514042644.jpg)
Sumber Gambar : berita.suaramerdeka.com
Quote:
![[Hebat Gansis] Kadiyono, Tukang Tambal Ban yang Kejar Gelar Doktor](https://s.kaskus.id/images/2015/05/14/3371901_20150514042805.jpg)
Sumber Gambar : radarpekalonganonline.com
Quote:
Wah...ane benar-benar salut sama bapak yg satu ini...meski berprofesi sbg tukang tambal ban...semangat utk menempuh pendidikan tetap ada
...teruslah berjuang pak...semoga impian gelar doktor dapat tercapai...amin

![[Hebat Gansis] Kadiyono, Tukang Tambal Ban yang Kejar Gelar Doktor](https://dl.kaskus.id/oi42.tinypic.com/11raaok.jpg)
Quote:
JIKA TRIT INI BAGUS DAN BERMUTU...BANTU REKOMENDASI HOT THREADYA GAN...BIAR BANYAK KASKUSER YANG IKUT AMBIL MANFAAT DARI TRIT INI...
Quote:
Mampir ke trit ane yg lain:
Spoiler for Trit ane yg lain:
Meme Lucu Lemparan ke Dalam Iker Casillas
Anime Baru Dragon Ball Super Dijadikan Bacaan Manga
Beberapa Peran Alm. Didi Petet yang Tak Terlupakan
Jackie Chan dan Aamir Khan Bakal Bermain dalam Satu Film Gansis!
5 Pekerjaan Paling Kesepian Di Dunia
Foto Langka Bung Karno ini Memiliki Banyak Arti
Lukisan Ini Dibuat dengan Menggunakan Mesin Ketik Tua
[Koplak Gan!] Pria Ini Jadi Buron karena Angkut Mobil Pakai Motor
[Ngeri Gan!] Virus Baru ini Hancurkan Komputer Saat Terdeteksi!
Terobsesi Jadi Hulk, Pria Ini Suntik Tubuhnya Dengan Cairan Berbahaya
Nyata! Sebuah Mobil Sanggup Membelah Diri
Penampakan "Kuburan" Mobil Klasik di Berbagai Negara
Kisah Mumi Curian Berakhir di Tempat Sampah
'BILU MELA', Animasi Indonesia Siap Bersaing di Internasional
Maskot Android Kencingi Logo Apple Nongol di Google Maps
Kontingen Garuda Juara Satu Lomba Menembak Unifil di Lebanon
Ini Dia 10 Aplikasi Penghasil Uang Secara Gratis
Robot Humanoid Mulai Bekerja di Toserba Jepang
Video Heboh Para TKI Indonesia Hancurkan Gadget Mahal Miliknya
Mini Racing Adventures, Game Anak Bangsa yang Berhasil Mendunia
10 Makanan Paling Berbahaya di Dunia
Kumpulan Graffiti yang akan Membuat Anda Sadar Arti Lingkungan
Kenali Lebih Dekat Penyebab dan Gejala Buta Warna
10 Lukisan Yang Bisa Mempermainkan Mata Dan Pikiran Anda
Cerita Personel Band Kotak Didapuk Untuk Isi Soundtrack Serial Anak Boboiboy
10 Makhluk Dasar Laut yang Membuat Anda Kagum
Kisah Nyata 5 Hewan Paling Setia pada Majikannya di Dunia
5 Hal Unik yang Hanya ada pada Tukang Parkir Indonesia
9 Senjata Canggih Terbaru Paling Mematikan di Dunia Saat ini
Turtle Taxi, Inilah Layanan Taksi Paling Lambat di Dunia
Bencana Wahana Permainan Terburuk Dalam Sejarah
Kurusetra, Game Perang Baratayuda Karya Anak Bangsa
[Alamak] Komputer Terkecil Di Dunia Hanya Sebesar Bulir Beras
[WOW] Rekor Dunia Ibu Melahirkan Anak Terbanyak
[ALAMAK] Layang-layang Sepanjang 6 Km Pecahkan Rekor Dunia
Lima Kisah Orang Paling Lama Terapung di Lautan
Bisnis Cokelat Bikin Mahasiswi Ini Jadi Jutawan
10 Ide Teknologi Aneh dan Gila Pada Perang Dunia ke 2 yang Gagal Total
Hueso, Restoran Unik Terbuat Dari 1.000 Tulang Hewan
Negara Pemilik Teknologi Rudal Tercanggih dan Terbaik di Dunia
[INFO UNIK] Warga ini Bangun Rumah Dengan Pondasi Ban Bekas
Anime Baru Dragon Ball Super Dijadikan Bacaan Manga
Beberapa Peran Alm. Didi Petet yang Tak Terlupakan
Jackie Chan dan Aamir Khan Bakal Bermain dalam Satu Film Gansis!
5 Pekerjaan Paling Kesepian Di Dunia
Foto Langka Bung Karno ini Memiliki Banyak Arti
Lukisan Ini Dibuat dengan Menggunakan Mesin Ketik Tua
[Koplak Gan!] Pria Ini Jadi Buron karena Angkut Mobil Pakai Motor
[Ngeri Gan!] Virus Baru ini Hancurkan Komputer Saat Terdeteksi!
Terobsesi Jadi Hulk, Pria Ini Suntik Tubuhnya Dengan Cairan Berbahaya
Nyata! Sebuah Mobil Sanggup Membelah Diri
Penampakan "Kuburan" Mobil Klasik di Berbagai Negara
Kisah Mumi Curian Berakhir di Tempat Sampah
'BILU MELA', Animasi Indonesia Siap Bersaing di Internasional
Maskot Android Kencingi Logo Apple Nongol di Google Maps
Kontingen Garuda Juara Satu Lomba Menembak Unifil di Lebanon
Ini Dia 10 Aplikasi Penghasil Uang Secara Gratis
Robot Humanoid Mulai Bekerja di Toserba Jepang
Video Heboh Para TKI Indonesia Hancurkan Gadget Mahal Miliknya
Mini Racing Adventures, Game Anak Bangsa yang Berhasil Mendunia
10 Makanan Paling Berbahaya di Dunia
Kumpulan Graffiti yang akan Membuat Anda Sadar Arti Lingkungan
Kenali Lebih Dekat Penyebab dan Gejala Buta Warna
10 Lukisan Yang Bisa Mempermainkan Mata Dan Pikiran Anda
Cerita Personel Band Kotak Didapuk Untuk Isi Soundtrack Serial Anak Boboiboy
10 Makhluk Dasar Laut yang Membuat Anda Kagum
Kisah Nyata 5 Hewan Paling Setia pada Majikannya di Dunia
5 Hal Unik yang Hanya ada pada Tukang Parkir Indonesia
9 Senjata Canggih Terbaru Paling Mematikan di Dunia Saat ini
Turtle Taxi, Inilah Layanan Taksi Paling Lambat di Dunia
Bencana Wahana Permainan Terburuk Dalam Sejarah
Kurusetra, Game Perang Baratayuda Karya Anak Bangsa
[Alamak] Komputer Terkecil Di Dunia Hanya Sebesar Bulir Beras
[WOW] Rekor Dunia Ibu Melahirkan Anak Terbanyak
[ALAMAK] Layang-layang Sepanjang 6 Km Pecahkan Rekor Dunia
Lima Kisah Orang Paling Lama Terapung di Lautan
Bisnis Cokelat Bikin Mahasiswi Ini Jadi Jutawan
10 Ide Teknologi Aneh dan Gila Pada Perang Dunia ke 2 yang Gagal Total
Hueso, Restoran Unik Terbuat Dari 1.000 Tulang Hewan
Negara Pemilik Teknologi Rudal Tercanggih dan Terbaik di Dunia
[INFO UNIK] Warga ini Bangun Rumah Dengan Pondasi Ban Bekas
Quote:
TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGANNYA
NANTIKAN TRIT ANE BERIKUTNYA
NANTIKAN TRIT ANE BERIKUTNYA
Diubah oleh ibnutiangfei 17-05-2015 19:02
0
62.6K
Kutip
566
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan