Gua dan Ketu saling pandang. Lalu sama-sama berpaling ke arah lembaran kertas berisi kontrak yang harus ditandatangani. Kontrak yang berisi perjanjian kerjasama antara studio kami dengan publisher terkenal dari luar negeri. Kontrak yang sebelumnya nggak kami sangka-sangka bakal kami terima. Kontrak
Beberapa hari berikutnya, gua mendapat kabar dari Aldina. Kabar yang membuatnya begitu girang bukan kepalang. Girang karena Jeje dan Lady akhirnya memutuskan untuk menyerahkan perawatan Sere kepada Lian. Perawatan akan dilakukan di salah satu rumah sakit Swasta di Singapore tempat Dokter Lian jug...
Gua menghela nafas sebentar, lalu melambatkan laju kendaraan, kemudian berbelok ke salah satu pom bensin terdekat. Bukan, bukan untuk mengisi bensin, melainkan untuk bicara dengan nyokap melalui sambungan telepon. Nada sambung terdengar beberapa kali, lalu suara nyokap menyambut kami berdua. “Hal
Aldina melipat kembali kertas berisi surat dari Poppy lalu menyerahkannya. Gua menggeleng. “Surat itu kan emang buat lo…” ucap gua lirih. Sejak awal, Poppy memang nggak menujukan surat tersebut buat gua, melainkan buat siapapun yang akan bersama gua. Hanya saja gua yang memang lancang memba...
Karena merasa jarak yang ditempuh tanggung dengan taksi online, gua sengaja memilih tujuan langsung ke stasiun Cisauk, tempat dimana mobil Aldina terparkir. Biar Aldina bisa sekalian beristirahat di dalam mobil nanti. Nyatanya, begitu sudah berada di dalam taksi online, Aldina langsung jatuh tert...
Bokap menghentikan langkahnya saat tengah menaiki anak tangga menuju ke atas. Ia menatap Aldina yang masih berdiri mematung dan memanggilnya; “Aldina…” Yang dipanggil lantas mendongak ke arah bokap. “... Besok ke rumah sakit ya, check up” Tambahnya. Aldina mengangguk; “Iya, Om…” I...
Selesai dengan urusan luka di kakinya, kami lalu berkumpul di meja makan. Sementara nyokap menyiapkan lauk-pauk, Bokap kembali ke atas, menuju ke kamarnya. Nggak seberapa lama ia kembali turun, kini sudah berganti pakaian. Aldina yang duduk tepat di sebelah gua masih belum selesai dengan rasa cemas
Setelah Aldina masuk ke dalam kamar untuk tidur, gua yang masih duduk di sofa lantas berdiri, membuka jendela besar yang mengarah ke balkon dan duduk di bawah. Sambil merokok, gua meraih ponsel dan mulai menghubungi nyokap. Nada sambung terdengar beberapa kali, lantas suara nyokap menyambut gua; ...
Setelah puas, barulah kami bersiap untuk pergi. Seperti biasa, gua langsung merasa gugup dan takut. Padahal sebelumnya, gua merasa baik-baik saja, merasa happy dan tenang. “Kenapa?” Tanya Marshall yang kini tengah menyetir. “Gapapa” Gua menjawab singkat; berbohong. Gua lalu menoleh ke Mar...
Masih sambil menutupi wajah dengan kedua tangan, gua lantas berdiri, dan berjalan menuju ke sofa. Tentu saja sambil sesekali mengintip melalui sela-sela jari. Nggak mau Marshall menyadari kalau saat ini kedua pipi gua mulai merona akibat kata-katanya barusan. Gua duduk di sofa, meraih bantal keci...
Besoknya, sementara Marshall berangkat ke studio, gua tinggal di apartemennya; sendirian. Kali ini gua nggak merasa kesepian walau sendiri, karena tau kalau nanti Marshall bakal kembali pulang ke dalam pelukan gua. Gua tengah asyik berbaring di sofa sambil ngemil keripik pisang dingin dan menonto...
Sudah hampir lebih dari seminggu, gua sama sekali nggak keluar dari apartemen. Hanya berdiam diri dalam kegelapan, duduk menatap kosong ke arah layar televisi yang mati. Sementara, beberapa porsi makanan tersedia diatas meja di depan gua. Baru tadi Reni datang untuk mengecek kondisi gua. Ia membe...
Cukup lama Aldina tertidur di pangkuan gua, mungkin merasa nyaman. Saking nyamannya, ia bahkan sempat berbalik dan merubah posisi beberapa kali. Mengabaikan gua yang kini mulai terasa pegal dan kesemutan. Perlahan gua mengangkat kepalanya dengan kedua tangan lalu memindahkannya ke atas bantal kecil
https://s.kaskus.id/images/2024/06/10/6448808_20240610092150.jpg Ia lalu berdiri, masuk ke dalam kamarnya. Lalu kembali beberapa saat berikutnya. Kemudian melemparkan sebuah kartu ke arah gua. Gua meraih kartu yang kini tergeletak di lantai, kartu dengan sebuah tulisan ‘access card’ berwarna ...
“... Kalau nggak ingin merasakan kehilangan, jangan memiliki” Gua menggumam pelan, tanpa menatap ke arah Aldina yang jadi lawan bicara. Sementara Aldina hanya terdiam, sambil menundukan kepala. Ia mendengus kesal, meletakkan cangkir kopi di lantai, kemudian berdiri, meraih tas yang tergeletak...
Tiba di apartemen, gua melempar tas ke sudut ruangan kemudian menjatuhkan diri di atas sofa. Duduk dalam kegelapan yang pekat, sengaja nggak ingin menyalakan lampu. Ingin merenung dan meratapi diri sambil terus mengingat ucapan Marshall tadi; ‘Kalau nggak ingin merasakan kehilangan, jangan memi...
Gua yang sejak tadi nggak begitu peduli dengan film termasuk jalan cerita beserta aktor-aktornya, kini merasa terlalu nyaman bersandar di bahu Marshall, lalu tanpa sadar gua pun jatuh tertidur. Sorot lampu yang menyilaukan mata membuat gua terbangun. Kondisi studio sudah terang benderang, layar b...
Di parkiran, gua langsung membuka pintu mobil sisi penumpang, masuk dan langsung duduk. Sementara, Marshall lalu memutari mobil dan masuk melalui pintu sisi pengemudi. “Gua yang bawa?” Tanyanya. “Iya, kan lo yang ngajak” Jawab gua singkat. “Kan tadinya lo nggak mau” Ucapnya seraya mul...