Sulit untuk menyukainya. Tapi, ternyata lebih sulit melupakannya. Dan, gua memilih untuk nggak melupakannya. Seandainya takdir mempertemukan kami kembali di situasi yang berbeda dan gua masih menyimpan perasaan yang sama, gua tentu mau mengulang lagi masa itu. Tapi, seandainya nasib mengatakan se...
Begitu turun dari mobil, gua langsung berlari, menyusuri trotoar sempit kembali ke arah gang sekolah. Dari kejauhan terlihat Lian sibuk berbincang dengan para siswa sekolah gua di warung rokok tempat yang biasa digunakan nongkrong. Ia yang menyadari kehadiran gua, lantas berdiri dan berjalan mend...
Gua menggeser pagar dengan perlahan, lalu berjalan mengendap seperti maling, meraih gagang pintu dan memutarnya perlahan. “Kreek…” Kegelapan ruang tamu menyambut gua. Masih dengan mengendap, gua berjalan sambil meraba dinding, berusaha nggak menyenggol apapun yang bisa menghasilkan suara. ...
Terngiang di kepala gua ucapan dari Dokter Ricky tadi, tentang sosoknya. “Dia itu anomali… Sebagai seorang dokter, dia itu terbaik dari yang terbaik di bidangnya. Tapi, sebagai seorang manusia dia justru selalu merasa serendah-rendahnya manusia…” Apa yang bikin sosok yang gua kagumi ini m...
“… Nanti, di pertemuan dokter berikutnya. Minta untuk tes MRI ya. Biar lebih jelas kondisinya. Kondisi yang jelas bikin diagnosa tegak sempurna. Diagnosa yang tegak bikin treatment-nya jadi tepat. Treatment yang tepat bikin kemungkinan sembuh semakin besar…” “Siap, Dok!!” Seru gua. Ob...
Kondisi jalan yang cukup ramai bikin ia nggak perlu pusing mencoba menahan laju mobilnya agar deru-nya nggak mengganggu. Beruntung mall yang kami tuju berlokasi nggak begitu jauh dari rumah sakit. Hanya butuh waktu kurang lebih 10 menit hingga akhirnya kami tiba di salah satu mall mewah di daerah...
Dokter Ricky, beralih ke gua lalu bertanya; “Hi Fira, udah pernah di test EEG sebelumnya?” Tanyanya. Gua menatap ke arah Lian dengan pandangan bingung. ‘Kok dia bisa tau?’. Lian yang seakan bisa membaca ekspresi gua lantas bicara; “Aku tau kok…” Ucapnya lirih. “Anjir!” Gumam gua...
Hari-hari gua berjalan ‘hampir’ normal. Hubungan dengan The Lontongers juga terbilang hampir nggak ada perubahan. Fidel sudah terlihat kembali ke persona aslinya yang tenang, begitu pula dengan Gaby dan Liv. Hanya saja, kami memang sengaja nggak membahas perihal Lian dan hubungannya dengan gu...
Sore itu, di salah satu kedai kopi yang nggak begitu jauh dari rumah. Gua dan Fidel duduk bersisian, sementara Lian berada di seberang kami, dengan meja bundar kecil yang menjadi pemisahnya. Sudah beberapa menit berlalu, dan gua masih belum mendapat penjelasan tentang alasan keduanya bisa saling ...
Emang harus dibaca ulang kan yah https://dl.kaskus.id/media0.giphy.com/media/MUHNdrm3vk7MoyUsCO/giphy.gif?cid=7a97de004sgqlpq9ebiseueo51d2jo73gcx4axoi7mbfcenp&ep=v1_gifs_trending&rid=giphy.gif&ct=g
Bangkeeh.. nungguin update berjam-jam. Selesai baca malah nyesel gegara kentang Fidel dan dr.lian, saling mengenal, misteri macem apa lagi ini.. Aarrrggghhh.... bisa banget boni nanem kentang Tenang. Jawabnya ada di ujung langit, Kita ke sana dengan seorang anak,
Malam itu, gua terjaga. Kembali nggak bisa tidur walau rasa kantuk sudah melanda. Gua hanya duduk sambil bertopang dagu di atas ranjang, masih memikirkan kejadian di gerbang rumah tadi sambil sesekali meraba bibir dengan ujung jemari. Gua sudah berkhianat. Lancung dari prinsip yang selama ini gua j
Sorry ya, kalau plotnya berjalan agak lamban. Karena gua harus mastiin detail-detail kecil yang jadi clue kedepannya nggak tertinggal. Cheers ;)
Gua dengan cepat menjawab panggilan, menempelkan ponsel di telinga dan berlagak bicara; “Halo, geb… Jadilah, Ok sip, sip..” Lalu mengakhiri panggilan. Berpura-pura kalau panggilan tersebut datang dari Gaby agar Nyokap nggak curiga. Yang tentu saja berhasil. Begitu Nyokap sudah pergi, gua la...
“Eh, Sabtu nanti kita nongkrong yuk…” Ajak Liv. “Gue sih ayo aja…” Respon Fidel tanpa berpaling dari buku yang sejak tadi dibacanya. “Yaah, udah janjian lagi sama cowok gue…” Balas Gaby. “…” Sementara, gua hanya bisa terdiam; Bingung. Gua sudah lebih dulu menyetujui ajakan...
Ia tersenyum. Senyum yang masih terasa janggal. Gua masih berbaring. Mencoba memisahkan garis samar antara mimpi dan kenyataan. Gua lalu bangkit dengan perlahan, berpindah, duduk bersandar pada dinding tepat di sebelahnya. Entah dorongan dari mana, gua berani-beraninya merebahkan kepala di bahunya
Itu adalah kali terakhir gua melihatnya. Besoknya, Lusa, Tulat, Tubin, ia nggak lagi terlihat. “Baguslah…” Gumam gua pelan. Dan menceritakan semua yang terjadi ke The Lontongers. Kali ini Gaby, Liv dan Fidel satu suara; sepakat. Mereka ikut merasa lega. Begitu juga seharusnya dengan gua. Ka...
Awalnya, gua menganggap kalau dia hanyalah sosok aneh yang sedikit menjengkelkan. Sosok pria biasa yang nanti juga bakal hilang dalam ingatan, sosok yang bukan siapa-siapa. Tapi, pandangan gua terhadapnya perlahan mulai berubah. Adakalanya kami tanpa sengaja bertemu saat gua tengah pergi berangka...
Buat yang pake Kaskus Desktop dan mau tampilan balik ke Komentar diurutkan berdasar komentar terlama. Bisa masuk ke Profil - Pengaturan Akun - Opsi Pengguna - Pilih 'Urutan Default komentar' jadi 'Komentar Terlama' - Simpan perubahan. https://s.kaskus.id/images/2025/03/07/64488