“Mobil lo dimana?” Tanya gua sambil melihat sekeliling. “Gak bawa…” Jawabnya. “Trus lo naik apa kesini?” “Naik kaki…” Jawabnya sambil menepuk lututnya. “Hah, jalan?” Tanya gua nggak percaya. Jarak dari rumahnya di Bintaro ke sini mungkin sekitar 30 km. Dan nggak mungkin di...
Gua berdiri di beranda lobi kantor, tepat di sebelah standing ashtray yang sudah dipenuhi puntung rokok. Sesekali gua mengangguk sambil menaikan alis mata saat ada teman sekantor yang lewat dan menyapa. Gua melirik ke arah jam tangan yang menunjukan pukul 7 lewat 15 malam, kemudian meraih ponsel ...
Bekerja di dunia teknologi seperti sekarang memiliki banyak plus-minus. Kadang traffic pekerjaan sangat tinggi, sampai-sampai hampir nggak ada waktu buat kami, para IT Support untuk duduk bersantai sambil ngopi dan ngerokok. Namun, ada kalanya saat perangkat-perangkat teknologi tengah ‘bersahab...
Agak sulit memang untuk menghindari seseorang, terlebih orang itu berada di ekosistem yang sama dengan gua; kantor. Sejauh apapun gua menghindar, kejadian-kejadian yang berbau ‘kebetulan’ kerap terjadi. Apalagi yang menyangkut profesi gua sekarang ini, sering wara-wiri dari lantai ke lantai, ...
Gua menoleh ke arahnya yang tengah berjalan mendekat ke gua, sementara cangkir kopi masih berada dalam genggamannya. “Dari kapan?” Tanyanya. “Apanya?” Gua balik bertanya. “Dari kapan lo kerja disini?” “Baru 2 hari…” Jawab gua singkat. “Oh…” ‘Ting’ Pintu lift terbuka. G...
Dalam satu minggu terakhir ini dua orang asing, yang sama-sama memiliki profesi sebagai penjaga makam, memberikan gua banyak pelajaran. Tentang keikhlasan dalam menjalani sesuatu, tentang makam sebagai simbol kematian. Beberapa hari kebelakang hidup juga menguak banyak hal yang selama ini tak ban...
Gua berniat untuk mengejarnya, sebelum ia menjauh dan benar-benar pergi. Namun, apa daya kaki gua bergeming, tetap diam, tak menuruti perintah tuannya. Akhirnya, gua hanya bisa menatap punggungnya yang semakin menjauh dan perlahan hilang. Sepertinya kedua kakinya memilih keputusan yang tepat. Dari
Sementara dosen penguji masih membahas perihal revisi yang harus gua kerjakan pada bab kesimpulan, mata gua mencoba mencari-cari sosok Larissa yang sepanjang gua sidang terlihat di sudut ruangan. Sosoknya kini telah pergi. Bukan, bukan benar-benar ‘pergi’. Kata pergi hanya digunakan bagi sesu...
Gua berdiri tepat di depan gerbang rumah Sekar, memandang ke arah jendela kamarnya. Dimana Sekar terlihat menatap gua dengan matanya yang berlinang. Gua meraih ponsel dari saku celana, dan mulai menghubunginya. “Jangan nangis, kar…” Ucap gua pelan. Seandainya saat ini gua berada disampingny...
Sekar dengan cepat menarik lengan, membuat gua kembali duduk di sebelahnya. Gua menatapnya, matanya yang berlinang seakan mengharapkan sesuatu dari gua. Sementara gua, yang merasa sudah cukup ‘patah hati’ akan perkataan bokapnya hanya mampu menggelengkan kepala sambil tersenyum. Pelan, gua me...
Tepat setelah kami menyelesaikan makan malam yang sedikit terlambat, sosok pria setengah baya berjalan mendekat, menghampiri kami. Perbincangan singkat terjadi antara Mas Karlan dengan pria tersebut, yang kemudian diakhiri dengan penyerahan kunci Ruko beserta Surat Perintah Kerja ke Mas Karlan. Beg
“Dot…” Panggil gua begitu turun dari motor. Sementara yang dipanggil tetap acuh dan berjalan cepat menjauh. Gua berlari, bergegas menyusulnya. “Dot…” Gua kembali memanggilnya, kali ini sambil menarik ransel di punggungnya. Edi menghentikan langkahnya kemudian menoleh ke arah gua; “A...
“Tapi cinta lo masih terbagi kan?” Tanyanya, masih dalam pelukan, ia mendongak menatap gua sambil tersenyum. “Nggak tau deh…” Jawab gua. “Atau gw cuma pelarian aja?” Ia kembali bertanya. Gua tersenyum mendengar pertanyaannya barusan, nggak punya jawaban. Bisa aja hal itu benar, atau...
Sekar menatap gua lama, kemudian mulai buka suara. “Masa iya, gw harus ngalah terus sama Sasa…” Ucapnya pelan sambil membetulkan posisi kacamatanya. Gua nggak menggubris ucapannya barusan, enggan membesar-besarkan masalah. Sekar punya sifat yang ‘to the point’, nggak mau berbelit-belit ...
Gua membolak-balik lembaran catatan milik Larissa; kosong. Catatan Larissa berakhir hingga saat Ia memberitahu gua tentang diagnosa penyakitnya. Gua memeluk catatan bergambar Hello kitty tersebut, sambil kembali menangis sejadi-jadinya. Selama ini Gua selalu merasa menjadi sosok yang paling menge...
Beberapa bulan yang lalu, Bian sempat jadi ‘hot topic’ diantara para gadis di sekolah, alasannya apalagi kalau bukan karena sosoknya yang rupawan. Dan tentu saja sifat pendiam dan misterius yang jadi daya tarik tersendiri. So, buat para cowok-cowok diluar sana, stop deh cari perhatian ke para...
Saat ini gw terlelap di atas sofa ruang keluarga rumah Bian. Terdengar samar suara Resti memanggil. Sepertinya ia datang untuk menjemput gw. Namun, rasa kantuk yang luar biasa memaksa gw mengabaikan panggilannya. Selain itu, gw masih ingin menghabiskan waktu lebih lama lagi bersama Bian. Saat ter...
Baru gw bersiap untuk menelpon Bian, pesawat telepon di ruang keluarga berdering. Gw bergegas menjawabnya. Surprisingly, suara Bian terdengar dari ujung sana. Duh, kangen deh denger suaranya! Hati gw semakin berdebar kala mendengar jawaban Bian saat gw tanya; “lo kangen ya sama gw? “Ya..” D...
Hari pertama gw masuk SMA. Udah keburu BT duluan karena harus bawa ini itu dan yang paling nggak masuk akal; kenapa sih harus pake kaos kaki bola yang tingginya sampai paha gw! Jadi, gw lipet dong tuh kaos kaki supaya nggak tinggi banget kayak stoking. Eh, ujung-ujungnya malah kena tegur senior. Ke