Gua dan Resti duduk di teras tepi kolam renang, halaman belakang rumahnya. Sambil membubuhi obat merah di sudut bibir gua yang luka, ia bicara; “Duduk disini, bareng lo bikin gw jadi inget hal paling memalukan seumur hidup gw?” Ucapnya pelan. “Pas lo nyanyi sambil megang botol?” Tanya gua...
Pelajaran berharga yang bisa gua petik dari pengalaman dengan Resti belum lama ini adalah; Jangan pernah bercanda dengannya saat ia tengah bicara serius. Setelah kejadian semalam; dimana Resti menanggapi serius ajakan gua untuk foto prewedding, pagi ini ia sudah meneror gua; “Gw udah di lobby b...
Resti berdiri sambil bersandar pada mobil, sementara tangannya ia silangkan di dada. Mengetahui kehadiran gua dan mulai menatap tajam; “Lama banget” Ucapnya. Gua nggak menjawab, lalu buru-buru masuk kedalam pintu bagian kemudi. “Lama banget” Ucap Resti, mengulang kata-kata sebelumnya. Sea...
Kami berdua bersandar pada dinding sebelah pintu dengan nafas tersengal-sengal, setelah menggotong box container besar dari lift barusan. Resti berdiri membuka kunci pintu apartemennya kemudian masuk; membiarkan gua duduk bersandar sendirian. Nggak seberapa lama ia kembali keluar, kali ini dengan...
Gua duduk di beranda rumah lama, sementara Resti duduk tepat di sebelah gua, sibuk dengan ponsel di tangannya. Dengan diantar Mas Bobi, Mas Karlan turun dari boncengan sepeda motor. Ia menggeser pagar, masuk dan menghampiri kami. Sudah beberapa bulan sejak gua dan Resti menjenguk Mas Karlan. Kali
Buat gua yang sudah dua kali menjalani percintaan, hubungan gua dengan Resti terbilang yang paling ‘lain’. Hubungan kami berdua jauh dari kata romantis; kami bahkan nggak saling bilang cinta, kita berdua hanya saling menghidupi. Tak ada kata-kata lumrahnya orang pacaran, seperti; ucapan selam...
Si berandal yang main-main :wakaka :wakaka :wakaka :wakaka gw penasaran bagaimana cerita ini sampai ditulis oleh lu bang, apakah Bian sendiri yang minta apa Resti yang mau bikin lu cemburu karena bisa dapetin bule? Tunggu aja ntar diceritain. Waktu bian udh mulai deket sama resti, apa bian masih r
Tebakan ane ada sekitar 200 jutaan Kedikitan Sampe resti trauma nanik motor nih cing boni Emang lenjeh aja bocahnya
“Gw pengen ke kosan lo dong…” Ucap Resti sambil memeluk lengan gua. “Ngapain?” Tanya gua sambil berusaha mengeluarkan lembaran uang dari saku belakang celana. “Pengen tau aja…” Jawabnya. “Di Kosan gua nggak ada apa-apa” Ucap gua, seraya menyerahkan selembar uang pecahan 20 rib...
Suasana pas, gerimis tipis-tipis... Kopi pait ada, cangcimen ada...ditemenin sama update dari Ban Boni....sedaaapppp Kacang, Kuaci, Permen makasih updatenya bang berandal ini gimana ekspresi lu nulis diri lu sendiri sebagai berandal bang? Kesel
Gua duduk diatas sepeda motor, memandang ke arah rumah bergaya mediterania yang kini tampak lebih megah daripada ingatan gua sebelumnya. Rumah yang dulu kerap gua kunjungi, salah satu tempat yang mungkin paling banyak menyimpan memori bahagia gua selama hidup. Saat ini, gua tenggelam dalam kebimba
Gua meninggalkan apartemen Resti dan berangkat ke kantor saat jam menunjukkan pukul 8 tepat. Biasanya, gua bangun pagi-pagi buta dan mulai berangkat kerja saat matahari bahkan belum sepenuhnya bersinar. Sengaja berangkat pagi-pagi sekali, untuk menghindari macet yang pada prakteknya; sama sekali ...
Malam itu setelah menghabiskan dua mie instan cup, gua kembali duduk di balkon apartemen Resti sambil merokok. Sementara, Resti masuk kedalam kamarnya dan belum keluar lagi sampai sekarang. Setelah obrolan barusan, gua merasa lebih lega. Lega karena sudah mengungkapkan perasaan dan lega karena Rest
Bang bon anaknya icad aka ilham punya chanel yousup and istagram ya ? Biar banyak followers nya and endorse suruh share di mari bang sapa tau bisa jadi yousuper or influencer. FYI, Icad bukan Lawe yah :mewek
Gua duduk sambil bertopang dagu dengan kedua tangan sambil menatap nanar ke arah dua kotak makan diatas meja kerja. Kotak makan plastik dengan tutup berwarna merah di sebelah kiri; dari Resti. Sementara, kotak makan melamin bermotif pinguin berada tepat di sebelahnya baru saja diberikan oleh Feli.
“Makan dimana?” Tanya gua pelan, sambil mengikutinya dari belakang. “Di tempat gw!” jawabnya ketus. “...” “... Kenapa? nggak mau? Yaudah sana kalo nggak mau… makan sama Seli sana…” “Feli…” Gua meralatnya karena salah menyebut nama Feli. Namun gua tak kuasa menolak, engga...
Gua berdiri dan mendekat ke arahnya. “Thank You…” Ucap gua sambil mengusap pelan kepalanya, kemudian bergegas pergi. Diluar ruang apartemennya, gua menyandarkan tubuh di dinding, seraya menatap kosong ke arah langit-langit koridor. Ada pergolakan batin di diri gua, satu sisi diri gua amat s...
Dingin angin malam menusuk daging menembus kulit dan kemeja gua yang basah. Gua berjalan diatas trotoar tepi jalan Jakarta yang lengang. Hanya sesekali terdengar suara sedan mewah yang memacu mesinnya, memanfaatkan suasana jalanan yang kosong. Angka di jam tangan gua menunjukkan nyaris pukul 3 dini