J A T I D I R I Disaat itu, disana-sini sering terjadi Tawuran antar Pelajar. Pelajar yang ini dan yang itu saling kejar-mengejar. Apalagi kalau sudah ada yang mati, intensitas ketengannya jadi lebih hati-hati. Naas bagi Pelajar yang hanya pulang sendiri. Tanpa Motor, apalagi naik Metro Mini. Met...
M I M P I S E M A L A M Tatapannya dalam kepada hasil ujian. Tertera disitu angka Delapan. Mengagumkan, namun Ditimur bingung kepada siapa dia harus banggakan. Fikirannya jauh ke rumah, dimana si Bapak sedang sakit dan lemah. Benak si Bapak hanya pada biaya sekolah yang tidak bisa dianggap terser...
Teringat kejadian suatu kisah dimana dulu masa kecil Ditimur begitu banyak meminta. Pada bapaknya yang hanya bekerja di Perusahaan Swasta. Gajinya tidak seberapa, hanya cukup untuk ini-itu keluarganya. Saat temannya sudah pada sepedahan, Ditimur masih senang lari-larian. Saat teman seperlariannya...
Apa yang ada di otak Ditimur akhir-akhir ini harus diperhatikan. Semua tindakannya kebanyakan lewat ego saja. Membiarkan hidupnya terbengkalai berhari-hari sebabkan semakin menonjolnya tulang di pipi. Rambutnya tipis tapi seringan garuk-garuk. Keadaannya buruk, seperti monyet yang sedang dikutuk....
Sesi Kejujuran mereka sudah berlangsung dari Selasa, saat kelas sedang tidak ada gurunya. Roki banyak bercerita, tentang bagaimana dia takut dengan Bapaknya. Seperti Ditimur, Roki pun sering dimarahi dengan alasan yang tidak berarti. Beda hanya dicara menanggapinya saja. Roki lebih kepada diam da...
Kini posisi wanita itu tepat di depan Ditimur 2 bangku. Tampaknya tidak lagi termanggu. Soalnya sudah punya banyak teman baru. Tasnya lucu, gambar 3 anak kucing warna abu-abu. Rambutnya dicepol manja. Tidak kena ikat semua, sehingga menimbulkan poni beberapa helainya. Kalau menulis, pakai tangan ...
Rumah ini terlalu sepi untuk keluarga yang punya 6 anggota. Ada saja alasan untuk jadi bahan pertengkaran. Jiwa nelangsa beserta ragu telah bercampur menjadi satu. Bukan hadiah baju yang mengagumkan, ataupun kue Bolu yang disertai tepuk tangan. Tapi malah dituntut untuk disuruh berfikir, yang bua...
Jum'at itu pulang cepat. Karena Bapak/Ibu Guru pada ingin rapat. Mau langsung pulang, tapi takut terlambat untuk Sholat. Yasudah, jadinya menghabiskan waktu disini. Di Sekolah ini. Bersama Roki, dan beberapa orang lainnya. Bermain Poker sampai ke Ceki. Dari Ceki langsung lanjut ke Minuman, yang k...
Kehidupan rumah Ditimur begitu sederhana. Nongkrong, gitaran, merokok diam-diam, menggoda perempuan, dan kadang-kadang melihat perkelahian. Kalau cuaca sedang tidak buruk, biasanya pada jalan ke Curug. Tujuannya untuk foto, lalu dipamerkan ke Facebook. Tapi pernah juga dapat kenalan disana. Naman...
Siang itu Ditimur telah bercerita kepada Roki tentang perasaan aneh yang berbeda daripada sebelumnya. Kepada satu puan, puan asli dan bukan khayalan. "Yang waktu itu bodoh. Makanya kalau saya sedang bicara itu pasang pendengaran. Jangan masuk kiri keluar kanan". Roki hanya geleng-geleng...
Beberapa minggu pengintaian, Ditimur sudah menemukan jalan masuk sekolahan lewat pagar parkiran. Pagarnya pendek, dipanjat pun tidak akan buat kotor pakaian. Inisiatif menghindar dari pelanggaran. Kalau mau masuk lewat Aula depan, buang tas dulu lah di kuburan. Tidak lupa dikeluarkan dulu itu buk...
Bobi, Bobi Punya Kembaran. Mati, Mati Karena Kelaparan. Begitu Pelitnya Manusia, Hanya Memikirkan Perutnya Saja.
Satu bagian dintara belahan Dunia Ditimur mulai rapih. Di isi Roki, dan juga Bobi. Namun perihal hati masih juga nelangsa. Wajahnya mulai timbul bruntusan. Tentu saja, peristiwa reaksi Hati yang tidak bisa disembunyikan. Ditimur selalu pulang saat sore menjelang. Diujung khatulistiwa yang sudah m...
"Kamu yang dipojok belakang, bercanda terus sedaritadi. Maju cepat kesini!" Didepan sudah tertera soal Matematika. Soal sulit dan juga berbahaya. Ditimur mah malah cengengesan. Gestur tubuh petanda soal mudah baginya. Sesekali dia melirik Roki, seperti ada kata yang mau diujarkan. Tingk...