CINTA BERSEMI DI GUNUNG KECIL PULO SARI
Udara meneduh setelah pohon membungkukan dahan-dahannya, dan setelah serat padi membebani batangnya hingga nyaris terkulai rebah mencium lumpur tanah. Terlihat dari kejauhan beberapa gerombolan pemuda dan pemudi tanggung berjalan dengan pasti menuju gunung kecil Pulo Sari.
Ketika matahari menarik kembali sinar-sinarnya, mereka berdiri diantara jalan dan pepohonan, merenungi suasana alam, menerawangkan pandang ke tamasya malam melalui celah-celah dahan, pada tebaran bintang di kubah langit mereka khusuk dalam do’a.
Tak berapa lama, langkah kecil nan letih telah mengantarkan mereka pada ujung penantian, sayup-sayup terdengar kericik air dari parit kecil di ujung lembah, tak terlihat namun sayup terdengar. Setelah burung-burung berlindung di balik ranting dan dedaunan, bunga bunga mengatupkan wajahnya di sinar bulan hingga keheningan pun turun mengendap diatas malam, kudengar gemeresak langkah menyibak rerumputan. Kuamati dengan tajam dan tampak oleh ku sepasang remaja berjalan perlahan menuju tempatku. Bergandengan tangan, mereka duduk dalam nauangan Relay yang berdiri kokoh di puncak gunung, terlihat mereka enggan melihat ke arahku...
Sesudah si pemuda menengok ke kiri-kanan, kudengar dia berkata :
”Duduklah di dekatku, sayang dan dengarkan debar hatiku, senyumlah sebab kebahagianmu adalah lambang masa depan kita. Jiwaku mengisyaratkan kepadaku tentang kebimbangan dalam dirimu, hatiku tak bisa menyimpan rahasia ini, tiga tahun lamanya kita saling mengenal namun masih sulit rasanya untuk mengungkapkan kata ini... aku tau saat ini aku belum mampu.. namun naluri ku kelak kan berontak, menuntun jiwa dan ragaku tuk berjuang mengarungi hidup.. semua pasti akan aku lakukan untukmu, akan merasa puaskah engkau?”
Beberapa waktu berlalu dalam keheningan bisu, kudengar kata kata kembali yang di tuturkan dengan nada sendu :
”Jangan menangis kekasihku, cinta yang membuka mata kita dan menguasai hati ini, dapat pula memberikan kesejukan dan kesabaran. Tenanglah hati menghadapi penundaan ini karena sumpah telah kita ikrarkan dan mahligai cinta telah kita masuki. Cinta kita akan tetap tumbuh walau kelak jarak akan memisahkan kita, demi cintalah kita akan menahan himpitan kemiskinan serta kepedihan derita, mungkin pula kehampaan rasa pada saat berpisah nanti. Akan kutanggulangi semua cobaan ini sampai menang, dan meletakan ke dalam tanganmu suatu daya kekuatan, yang dapat menunjang kita mengatasi segala rintangan demi pencapaian tujuan kehidupan”
Tak lama kemudian, kulihat mereka bangkit dan berjalan menginjakan kaki diantara batu kerikil dan rerumputan menuju jilatan hangat api unggun, dari jauh wajah mereka kembali terukir guratan kebahagiaan, sayup-sayung terdengar petikan gitar dan di selingi gurauan canda dari para sahabatnya...
Sementara mereka larut dalam kebersamaan, kulanjutkan berfikir dan membuat suatu perkiraan.. kelak mereka pasti akan hidup bahagia bersama mengarungi bahtera rumah tangga, sementara aku masih hanyut dalam pengembaraan sahara luas alam renungan, mencari kekasih laksana bayangan malam yang hanya mengesankan kesedihan saat melewati tempatku ....
( Teruntuk kedua sahabatku yang menemukan cinta sejatinya di saat mereka tersesat menuju arah pulang, semoga kekelan cinta dan kebahagiaan selalau menyelimuti kalian berdua )