- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
EKSPEDISI SUMUR PARIGI


TS
Si.G3ndut
EKSPEDISI SUMUR PARIGI

Spoiler for Bukti no Repsol diantara kita ::


Cerita ini asli ane yang buat berdasarkan ceritaan dari siswa ane tahun 2000 lalu Gan, jadi kalau untuk nama tempat itu mang bener ada, dulu ane pernah tinggal juga gak jauh dari TKP gan, sedangkan untuk nama tokoh ane samarin jadi kalau sama itu cuman kebetulan doang gan. Inget ya Gan ini cuma cerita doang jangan terlalu di pikirin ama di ambil ati!

Spoiler for Alhamdulillah HT!:

Spoiler for Ceritanye:
LELAKI muda itu memandang bintang berkelip di langit dengan tatap hampa. Sesekali terdengar helaan nafas berat dari hidungnya. Bulan muncul sepenggal dari sisi langit sebelah timur, menyimak awan dan perlahan bergerak ke atas, menuju puncak malam. Sinar redupnya menyinari hamparan sawah yang kering kerontang. Ardi, lelaki muda itu, tak juga bergeming dari tempatnya berpijak. Dengan gerakan kaku ia mengambil sebatang rokok dari kantong, lalu menyalakannya. Pijar api rokoknya menghiasi pekat malam. Asapnya menguap diserap udara malam yang dingin. Ardi beringsut lalu mengambil posisi menjongkok, kemudian melemparkan pandangan ke depan sawah di belakang rumah sederhananya terlihat begitu merana. Kemarau panjang telah menyebabkan sebagian besar padi itu, adalah tempat kehidupan segenap keluarganya bergantung. Ia sendiri, yang cukup beruntung mengenyam pendidikan tinggi dibandingkan kedua adik perempuannya yang hanya tamat SLTA, merasa memiliki “hutang” yang teramat besar pada 1 hamparan sawah itu.
Kini, ia berhasil “ menebus” hutang tersebut dengan menyelesaikan study pada Fakultas Manajemen bisnis di sebuah universitas swasta. Sebuah masa yang sangat pendek bagi aktivitasnya sebagai tokoh mahasiswa terkemuka di kampus yang sangat dicintainya. Sebentuk keharuan dan kebanggaan mendadak menggelepar, namun bersamaan itu ada kesedihan menohok di hatinya. Ia sedih karena kegiatannya sebagai aktivis kampus mesti ditinggalkan. Sebuah ironi yang menyesakkan. Meski ini berlangsung secara alamiah, sebagaimana target akhir yang ada di benak setiap mahasiswa di kampus, tak urung membuat batinnya tak rela. Sepak terjang legendaris yang telah dilakukannya di kampus selama ia menyandang atribut sebagai tokoh mahasiswa itu, tak hanya menjadi wujud eksistensinya tetapi juga adalah catatan emas dan referensi yang selalu dikenang kapan saja. Ardi menghirup dalam-dalam rokok kreteknya.
Bulan di atas sana sudah menampakkan bentuknya secara keseluruhan. Bulat bundar dengan sepotong awan tipis mengait pinggirnya. Lalu kenangan kembali berlari di benaknya.
Waktu itu, ia dengan mata menyala-nyala, setelah mendapat kabar dari Raka bahwa dana Ekspedisi Sumur Parigi sudah turun, berangkatlah ia ke esokan harinya ke kampus untuk menemui teman-teman ekspedisinya.
Pembagian tugas sesuai bidang dan keahlian sudah dilakukan, Raka di sepakati oleh rekan-rekanya sebagai ketua kelompok ekspedisi, pengalam dan keahlian dia dalam mengorganisir sudah tidak usah pertanyakan lagi, 9 tahun mengenyam pendidikan pesantren di Riyadul Alfiyah kadukaweung, pondok pesantren tradisional yang mengutamakan pembelajaran Kitab Alfiyah dan beberapa fan ilmu yang juga di ajarkan terutama fan ilmu mantiq yaitu sebuah cabang ilmu yang mempelajari tentang bagaimana cara berpikir yang tepat sehingga melahirkan kesimpulan yang tepat pula. Pesantren yang didirikan oleh Syek Sanja telah menghasilkan beberapa murid yang sudah cukup di kenal seperti salah satunya adalah Syekh Ahmad Bushtomi (Buya Cisantri), maka secara otomatis Raka adalah orang yang paling di segani.
Wakil ketua kelompok ekspedisi adalah Baha, Baha cukup berpengalaman dalam dunia Climbing, terutama dalam hal membuka jalur baru, tekhnik pembukaan jalur tradisional dan modern (fix rope technique) sudah cukup ia kuasai. Pernah ikut dalam aktivitas pembukaan jalur baru bersama Wanadri (Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung), organisasi tertua yang bergerak dalam kegiatan alam bebas.
Panji bertanggung jawab dalam masalah Logistik, kecerdasan yang di miliki beserta pergaulannya yang supel dan pengalaman selama ini yang sudah ia miliki membuatnya dengan mudah menangani bidang ini.
Maya adalah anggota undangan dari tim Geology Bandung, penguasaan dalam bidangnya sudah bisa diakui, Juara umum Geology Case Comptetition Se Asia Tenggara pernah dia raih. dan yang terakhir tak lain adalah Ardi sendiri, seorang pria yang memiliki daya ingat kuat, keahliannya dalam menulis adalah bakat alami yang ia miliki, penguasaan dalam bidang photography membuat dia mengemban tugas sebagai dokumentasi.
Malam semakin dingin, Ardi menarik sarungnya keatas dengan harapan dia bisa mendapatkan sedikit kehangatan, rokok kretek kedua kembali ia nyalakan. Sambil kembali menerawang, ingatan kuat akan masa lalu kembali menyeruak tajam.
Mobil Kijang Super berwarna Silver metalic melaju dengan kencang diatas jalan tol menuju Serang Timur, hempasan debu dan terik mentari tidak membuat mobil tersebut melambat. Kami berlima mengisi kekosongan dengan membicarakan masalah rundown setiba kami di Parigi nanti.
“Konsep rundown sementara sudah saya buat, di dalamnya sudah tertera P.I.C untuk tugas dan tanggung jawabnya masing-masing” ujar Ardi sambil membalik-balikan kertas.
“Oke, kita sudah membuat janji dengan Bapak Lurah setempat, saya minta Baha untuk menenami saya langsung dalam menindaklanjuti perihal laporan dan perijinannya, sementara kalian langsung mempersiapkan segala sesuatunya” ucap Raka dengan tangan tetap sibuk diatas setir dan matanya tidak lepas melihat kearah jalan, hanya sesekali saja melirik rekan wanitanya melalui spion dalam.
Obrolan ringanpun kerap mengisi kekosongan selama perjalanan, obrolan ringan yang membuat mereka semakin mengakakrabkan diri dengan Maya tentu saja. Hingga tak terasa akhirnya Mobil sudah melewati daerah Goyang Lidah yang notabene sudah memasuki daerah Parigi. Semua sudah terogranisir dengan baik apa yang tertera dalam rundown berjalan tepat waktu.
Kepala daerah dan sesepuh disana hanya meminta kami mengikuti cara mereka sebagai tanda kami menghormati apa yang sudah menjadi ketentuan selama ratusan tahun, ketentuan-ketentuan yang kami mesti ta’ati, ketentuan yang menjadi pantangan dan tidak boleh di langgar sama sekali!
Hari pertama kedatangan kami hanya di isi dengan pengurusan ijin, silaturahmi dengan para tetua kampung dan menggali beberapa informasi penting dari penduduk setempat mengenai keberadaan sumur Parigi. Cerita penduduk cukup simpang-siur, sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa para penunggu sumur Parigilah penyebab sering terjadinya kecelakaan di jalan raya Goyang Lidah, Jalan raya kecil berlikuk tajam dengan jembatan yang berdiri kokoh diatas sungai yang berbatu terjal dan besar, musim kemarau yang panjang membuat air sungainya mengalir tidak begitu deras. Di ujung bagian barat masih terlihat banyak pepohonan lebat dan tinggi dengan tonjolan-tonjolan akarnya terlihat di tepian sungai.
Berdasarkan cerita penduduk yang kami dapatkan sudah ratusan kecelakaan terjadi disana, Kecelakaan motor yang terjun ke jurang sungai, mobil truk bahkan bus yang sarat akan penumpang pun pernah.
Ke esokan harinya hanya sedikit dari kami yang ikut berangkat menuju tempat tujuan utama ekspedisi. Kami berlima berjalan membawa semua peralatan lengkap bersama tetua dan pemimpin adat, jalan menanjak ke arah bagian dalam desa, menjauh dari bagian jalan, terletak sedikit berada diatas bukit kecil yang di kelilingi pepohonan dan rumput liar, terlihat dari sana hamparan sawah yang kering. Desa Parigi bagian dari Kecamatan Saketi terletak di kaki gunung Pulo Sari, dengan kondisi infarastruktur jalan yang bisa dibilang sangat sulit untuk dilalui oleh sarana transportasi, Mayoritas penduduk desa Parigi 70% adalah petani.
Sumur Parigi adalah sumur tua yang terletak persis di atas bukit kecil di tepi bantaran sungai, sumur tua berdiameter kurang lebih 4 meter dengan kedalaman hampir 7 meter, terlihat kering karena kemarau panjang. 3 buah tenda dome dan 1 buah tenda flysheet kita dirikan sedikit jauh dari sumur.
Bersambung ...
Kini, ia berhasil “ menebus” hutang tersebut dengan menyelesaikan study pada Fakultas Manajemen bisnis di sebuah universitas swasta. Sebuah masa yang sangat pendek bagi aktivitasnya sebagai tokoh mahasiswa terkemuka di kampus yang sangat dicintainya. Sebentuk keharuan dan kebanggaan mendadak menggelepar, namun bersamaan itu ada kesedihan menohok di hatinya. Ia sedih karena kegiatannya sebagai aktivis kampus mesti ditinggalkan. Sebuah ironi yang menyesakkan. Meski ini berlangsung secara alamiah, sebagaimana target akhir yang ada di benak setiap mahasiswa di kampus, tak urung membuat batinnya tak rela. Sepak terjang legendaris yang telah dilakukannya di kampus selama ia menyandang atribut sebagai tokoh mahasiswa itu, tak hanya menjadi wujud eksistensinya tetapi juga adalah catatan emas dan referensi yang selalu dikenang kapan saja. Ardi menghirup dalam-dalam rokok kreteknya.
Bulan di atas sana sudah menampakkan bentuknya secara keseluruhan. Bulat bundar dengan sepotong awan tipis mengait pinggirnya. Lalu kenangan kembali berlari di benaknya.
Waktu itu, ia dengan mata menyala-nyala, setelah mendapat kabar dari Raka bahwa dana Ekspedisi Sumur Parigi sudah turun, berangkatlah ia ke esokan harinya ke kampus untuk menemui teman-teman ekspedisinya.
Pembagian tugas sesuai bidang dan keahlian sudah dilakukan, Raka di sepakati oleh rekan-rekanya sebagai ketua kelompok ekspedisi, pengalam dan keahlian dia dalam mengorganisir sudah tidak usah pertanyakan lagi, 9 tahun mengenyam pendidikan pesantren di Riyadul Alfiyah kadukaweung, pondok pesantren tradisional yang mengutamakan pembelajaran Kitab Alfiyah dan beberapa fan ilmu yang juga di ajarkan terutama fan ilmu mantiq yaitu sebuah cabang ilmu yang mempelajari tentang bagaimana cara berpikir yang tepat sehingga melahirkan kesimpulan yang tepat pula. Pesantren yang didirikan oleh Syek Sanja telah menghasilkan beberapa murid yang sudah cukup di kenal seperti salah satunya adalah Syekh Ahmad Bushtomi (Buya Cisantri), maka secara otomatis Raka adalah orang yang paling di segani.
Wakil ketua kelompok ekspedisi adalah Baha, Baha cukup berpengalaman dalam dunia Climbing, terutama dalam hal membuka jalur baru, tekhnik pembukaan jalur tradisional dan modern (fix rope technique) sudah cukup ia kuasai. Pernah ikut dalam aktivitas pembukaan jalur baru bersama Wanadri (Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung), organisasi tertua yang bergerak dalam kegiatan alam bebas.
Panji bertanggung jawab dalam masalah Logistik, kecerdasan yang di miliki beserta pergaulannya yang supel dan pengalaman selama ini yang sudah ia miliki membuatnya dengan mudah menangani bidang ini.
Maya adalah anggota undangan dari tim Geology Bandung, penguasaan dalam bidangnya sudah bisa diakui, Juara umum Geology Case Comptetition Se Asia Tenggara pernah dia raih. dan yang terakhir tak lain adalah Ardi sendiri, seorang pria yang memiliki daya ingat kuat, keahliannya dalam menulis adalah bakat alami yang ia miliki, penguasaan dalam bidang photography membuat dia mengemban tugas sebagai dokumentasi.
Malam semakin dingin, Ardi menarik sarungnya keatas dengan harapan dia bisa mendapatkan sedikit kehangatan, rokok kretek kedua kembali ia nyalakan. Sambil kembali menerawang, ingatan kuat akan masa lalu kembali menyeruak tajam.
Mobil Kijang Super berwarna Silver metalic melaju dengan kencang diatas jalan tol menuju Serang Timur, hempasan debu dan terik mentari tidak membuat mobil tersebut melambat. Kami berlima mengisi kekosongan dengan membicarakan masalah rundown setiba kami di Parigi nanti.
“Konsep rundown sementara sudah saya buat, di dalamnya sudah tertera P.I.C untuk tugas dan tanggung jawabnya masing-masing” ujar Ardi sambil membalik-balikan kertas.
“Oke, kita sudah membuat janji dengan Bapak Lurah setempat, saya minta Baha untuk menenami saya langsung dalam menindaklanjuti perihal laporan dan perijinannya, sementara kalian langsung mempersiapkan segala sesuatunya” ucap Raka dengan tangan tetap sibuk diatas setir dan matanya tidak lepas melihat kearah jalan, hanya sesekali saja melirik rekan wanitanya melalui spion dalam.
Obrolan ringanpun kerap mengisi kekosongan selama perjalanan, obrolan ringan yang membuat mereka semakin mengakakrabkan diri dengan Maya tentu saja. Hingga tak terasa akhirnya Mobil sudah melewati daerah Goyang Lidah yang notabene sudah memasuki daerah Parigi. Semua sudah terogranisir dengan baik apa yang tertera dalam rundown berjalan tepat waktu.
Kepala daerah dan sesepuh disana hanya meminta kami mengikuti cara mereka sebagai tanda kami menghormati apa yang sudah menjadi ketentuan selama ratusan tahun, ketentuan-ketentuan yang kami mesti ta’ati, ketentuan yang menjadi pantangan dan tidak boleh di langgar sama sekali!
Hari pertama kedatangan kami hanya di isi dengan pengurusan ijin, silaturahmi dengan para tetua kampung dan menggali beberapa informasi penting dari penduduk setempat mengenai keberadaan sumur Parigi. Cerita penduduk cukup simpang-siur, sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa para penunggu sumur Parigilah penyebab sering terjadinya kecelakaan di jalan raya Goyang Lidah, Jalan raya kecil berlikuk tajam dengan jembatan yang berdiri kokoh diatas sungai yang berbatu terjal dan besar, musim kemarau yang panjang membuat air sungainya mengalir tidak begitu deras. Di ujung bagian barat masih terlihat banyak pepohonan lebat dan tinggi dengan tonjolan-tonjolan akarnya terlihat di tepian sungai.
Spoiler for Letak Parigi:

Berdasarkan cerita penduduk yang kami dapatkan sudah ratusan kecelakaan terjadi disana, Kecelakaan motor yang terjun ke jurang sungai, mobil truk bahkan bus yang sarat akan penumpang pun pernah.
Ke esokan harinya hanya sedikit dari kami yang ikut berangkat menuju tempat tujuan utama ekspedisi. Kami berlima berjalan membawa semua peralatan lengkap bersama tetua dan pemimpin adat, jalan menanjak ke arah bagian dalam desa, menjauh dari bagian jalan, terletak sedikit berada diatas bukit kecil yang di kelilingi pepohonan dan rumput liar, terlihat dari sana hamparan sawah yang kering. Desa Parigi bagian dari Kecamatan Saketi terletak di kaki gunung Pulo Sari, dengan kondisi infarastruktur jalan yang bisa dibilang sangat sulit untuk dilalui oleh sarana transportasi, Mayoritas penduduk desa Parigi 70% adalah petani.
Sumur Parigi adalah sumur tua yang terletak persis di atas bukit kecil di tepi bantaran sungai, sumur tua berdiameter kurang lebih 4 meter dengan kedalaman hampir 7 meter, terlihat kering karena kemarau panjang. 3 buah tenda dome dan 1 buah tenda flysheet kita dirikan sedikit jauh dari sumur.
Spoiler for Ilustrasi Sumur Parigi:

Bersambung ...

Silahkan mampir ke thread ane yang lain gan :
Cinta bertepuk sebelah tangan (The Lounge)
Metode belajar yang menyenangkan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi (the Lounge)
si gendut yang banyak gaya (Stand Up Comedy)
Cinta bersemi di gunung Pulosari (HTH-Poetry)
Mengenal Lebih dekat komedian Bobby Lee (The Lounge)
SIAPA BILANG DI rudapaksa SAMA WANITA ITU ENAK GAN (The Lounge)
aLL aBouT KUMIS – update terusss (Jokes & Cartoon)
Metode belajar yang menyenangkan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi (the Lounge)
si gendut yang banyak gaya (Stand Up Comedy)
Cinta bersemi di gunung Pulosari (HTH-Poetry)
Mengenal Lebih dekat komedian Bobby Lee (The Lounge)
SIAPA BILANG DI rudapaksa SAMA WANITA ITU ENAK GAN (The Lounge)
aLL aBouT KUMIS – update terusss (Jokes & Cartoon)
Diubah oleh Si.G3ndut 27-05-2016 02:59
0
7.9K
Kutip
53
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan