- Beranda
- Komunitas
- Komunitas Bahasa
Mengenal Sisindiran Dalam Bahasa Sunda


TS
lintangseina
Mengenal Sisindiran Dalam Bahasa Sunda
Sisindiran berasal dari bahasa Sunda yaitu sindir yang artinya omongan yang diibaratkan, tidak secara langsung. Dalam sastra Sunda, sisindiran adalah karya sastra berupa ungkapan/pantun yang disampaikan melalui bahasa yang diibaratkan melalui kiasan sehingga maksud yang ingin disampaikan diutarakan secara tidak langsung. Sisindiran tak hanya diucapkan, namun juga sering dilagukan untuk pentas.
Dilihat dari cara penyampaiannya, sisindiran terbagi menjadi 3 golongan, yaitu :
1. Rarakitan
Rarakitan adalah sisindiran yang dibangun oleh cangkang dan isi. Cangkang dan isi tersebut harus satu suara serta sama purwakanti dalam setiap akhir kalimat. Umumnya jumlah baris rarakitan dibangun oleh 4 garis dimana setiap garis berisi 8 suku kata. Baris pertama dan kedua merupakan cangkang, baris ketiga dan keempat adalah isi. Ciri khas dari rarakitan adalah kata di baris pertama akan memiliki kesamaan suara dengan kata di baris ketiga, lalu kata di baris kedua memiliki kesamaan dengan kata di baris ketiga. Contoh:
Mun teu tulus ka paseukna,
Ka pancirna oge hade.
Mun teu tulus ka lanceukna,
Ka adina oge hade.
Dilihat dari isinya, rarakitan terbagi 3, yaitu :
a) Rarakitan silih asih
Rarakitan silih asih yaitu rarakitan yang isinya tentang kasih sayang, cinta, atau birahi. Contohnya:
Hayang teuing buah hiris,
teu bisa ngasakannana.
Hayang teuing kanu geulis,
teu bisa ngakalannana.
b) Rarakitan piwuruk
Rarakitan piwuruk berisi nasihat atau pepatah, contoh:
Sing getol nginum jajamu,
Nu guna nguatkeun urat.
Sing getol neangan,
Nu guna dunya akhirat.
c) Rarakitan Sesebred
Rarakitan sesebred berisi tentang banyolan (guyonan), lelucon, atau cawad (kritik). Contohnya:
Rarasaan ngala mayang,
teu nyaho cangkeuteuk leuweung.
Rarasaan koneng umyang,
teu nyaho cakeutreuk hideung.
2. Paparikan
Kata paparikan berasal dari kata parek yang artinya dekat. Dilihat dari bangunnya, paparikan hampir sama dengan rarakitan, yang membedakan yaitu paparikan tidak perlu terdapat kata yang sama di baris pertama dan ketiga serta baris kedua dan keempat asal suaranya berdekatan. Contoh:
Boboko ragrag di imah,
ninggang kana pileuiteun.
Mun bogoh mah montong ka semah,
ari anggang sok leungiteun.
3. Wawangsalan
Wawangsalan adalah karangan yang dibangun oleh sindir dan isi. Sindir berisi cangkang dan wangsal. Umumnya isi wawangsalan adalah silihasih, cinta, atau birahi. Yang dibuat wangsal tidak diberi tahu, harus dicari dulu dari bagian isi. Wangsal biasanya memiliki kedekatan suara dengan salah satu kata yang ada pada bagian isi. Wawangsalan dibangun oleh dua baris, dimana setiap baris memiliki jumlah 8 suku kata.
Contoh:
Teu beunang di situ lembur,
Teu beunang diulah-ulah. (Kulah)
Dilihat dari cara penyampaiannya, sisindiran terbagi menjadi 3 golongan, yaitu :
1. Rarakitan
Rarakitan adalah sisindiran yang dibangun oleh cangkang dan isi. Cangkang dan isi tersebut harus satu suara serta sama purwakanti dalam setiap akhir kalimat. Umumnya jumlah baris rarakitan dibangun oleh 4 garis dimana setiap garis berisi 8 suku kata. Baris pertama dan kedua merupakan cangkang, baris ketiga dan keempat adalah isi. Ciri khas dari rarakitan adalah kata di baris pertama akan memiliki kesamaan suara dengan kata di baris ketiga, lalu kata di baris kedua memiliki kesamaan dengan kata di baris ketiga. Contoh:
Mun teu tulus ka paseukna,
Ka pancirna oge hade.
Mun teu tulus ka lanceukna,
Ka adina oge hade.
Dilihat dari isinya, rarakitan terbagi 3, yaitu :
a) Rarakitan silih asih
Rarakitan silih asih yaitu rarakitan yang isinya tentang kasih sayang, cinta, atau birahi. Contohnya:
Hayang teuing buah hiris,
teu bisa ngasakannana.
Hayang teuing kanu geulis,
teu bisa ngakalannana.
b) Rarakitan piwuruk
Rarakitan piwuruk berisi nasihat atau pepatah, contoh:
Sing getol nginum jajamu,
Nu guna nguatkeun urat.
Sing getol neangan,
Nu guna dunya akhirat.
c) Rarakitan Sesebred
Rarakitan sesebred berisi tentang banyolan (guyonan), lelucon, atau cawad (kritik). Contohnya:
Rarasaan ngala mayang,
teu nyaho cangkeuteuk leuweung.
Rarasaan koneng umyang,
teu nyaho cakeutreuk hideung.
2. Paparikan
Kata paparikan berasal dari kata parek yang artinya dekat. Dilihat dari bangunnya, paparikan hampir sama dengan rarakitan, yang membedakan yaitu paparikan tidak perlu terdapat kata yang sama di baris pertama dan ketiga serta baris kedua dan keempat asal suaranya berdekatan. Contoh:
Boboko ragrag di imah,
ninggang kana pileuiteun.
Mun bogoh mah montong ka semah,
ari anggang sok leungiteun.
3. Wawangsalan
Wawangsalan adalah karangan yang dibangun oleh sindir dan isi. Sindir berisi cangkang dan wangsal. Umumnya isi wawangsalan adalah silihasih, cinta, atau birahi. Yang dibuat wangsal tidak diberi tahu, harus dicari dulu dari bagian isi. Wangsal biasanya memiliki kedekatan suara dengan salah satu kata yang ada pada bagian isi. Wawangsalan dibangun oleh dua baris, dimana setiap baris memiliki jumlah 8 suku kata.
Contoh:
Teu beunang di situ lembur,
Teu beunang diulah-ulah. (Kulah)


arey7 memberi reputasi
1
1.4K
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan