- Beranda
- Komunitas
- Regional
- Cirebon
[COC Reg. Cirebon] Menjelajahi Wisata “Kota Udang” yang Patut Dikunjungi


TS
anjaultras
[COC Reg. Cirebon] Menjelajahi Wisata “Kota Udang” yang Patut Dikunjungi
![[COC Reg. Cirebon] Menjelajahi Wisata “Kota Udang” yang Patut Dikunjungi](https://s.kaskus.id/images/2020/09/19/2061810_20200919055727.jpg)
Hai Agan Sista

Bagi yang pernah menelusuri jalan Pantura dari Jawa Barat ke Jawa Tengah atau sebaliknya, pasti tahu kan daerah bernama Cirebon. Cirebon mempunyai 2 wilayah administrasi yaitu Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon. Secara geografis wilayah kota Cirebon memilki luas 37.36 km2 yang lebih kecil luasnya dibandingkan dengan kabupaten Cirebon dengan 990,36 km2

Bagi yang pernah menelusuri jalan Pantura dari Jawa Barat ke Jawa Tengah atau sebaliknya, pasti tahu kan daerah bernama Cirebon. Cirebon mempunyai 2 wilayah administrasi yaitu Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon. Secara geografis wilayah kota Cirebon memilki luas 37.36 km2 yang lebih kecil luasnya dibandingkan dengan kabupaten Cirebon dengan 990,36 km2
Peta Kabupaten Cirebon (atas) & Kota Cirebon (bawah) / wikipedia
Walaupun wilayah Kota Cirebon lebih kecil tapi mempunyai nilai histori yang banyak dikenal oleh masyarakat luas khususnya bagi para wisatawan yang pernah berkunjung. Kota Cirebon dulunya pernah menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Cirebon sehingga sekarang banyak ditemukan bangunan peninggalan bersejarah yang masih terawat baik sampai saat ini.
Berbicara tentang wisata, Kabupaten Cirebon juga memiliki daerah wisata yang patut dikunjungi oleh wisatawan. Suasana yang masih asri, alami dan tidak bising oleh hiruk pikuknya suasana kota menjadikan pilihan favorit sebagai tempat rekreasi untuk keluarga. Tak hanya itu, adanya berbagai macam masakan khas Cirebon bisa menambah daya tarik tersendiri.
Nah apa saja tempat wisata dan kuliner yang ada di daerah Cirebon, maka ane jelaskan pada thread ini. Monggo.

![[COC Reg. Cirebon] Menjelajahi Wisata “Kota Udang” yang Patut Dikunjungi](https://s.kaskus.id/images/2016/02/27/2061810_20160227061228.png)
![[COC Reg. Cirebon] Menjelajahi Wisata “Kota Udang” yang Patut Dikunjungi](https://s.kaskus.id/images/2020/09/19/2061810_20200919060559.gif)
Quote:
Quote:
Keraton Kasepuhan
Quote:
Suatu bangunan yang menjadi saksi bisu atas berdirinya Kesultanan Cirebon (1430 – 1677) dan Kesultanan Kasepuhan (1679 – 1815). Awalnya bernama Keraton Pakungwati yang diambil dari nama putri pendiri Kesultanan Cirebon, Pangeran Cakrabuana. Bentuk arsitektur dari keraton ini memiliki gaya dan ciri khas kebudayaan Hindu yang dipengaruhi oleh Kerajaan Padjajaran. Di masa pemerintahan Kesultanan Kasepuhan tahun 1679 diubah namanya menjadi Keraton Kasepuhan.
Bagi pengunjung yang datang ke Keraton Kasepuhan dapat menikmati bangunan bersejarah yang memiliki lahan luas 25 hektar ini. Salah satunya adalah area Siti Inggil yang mempunyai 5 bangunan tanpa dinding dan memiliki susunan lebih tinggi dari tanah. Bangunan pada Siti Inggil pada jamannya masing-masing digunakan untuk tempat duduk sultan, pengawal pribadi sultan, penasehat sultan, pengiring sultan, dan tempat gamelan. Setelah melewati area Siti Inggil, pengunjung bisa melihat Langgar Agung yang menjadi tempat ibadah kerabat keraton. Selanjutnya menuju ke area utama yang terdapat Taman Dewandaru dan bangunan Induk Keraton.
Lokasi: Jalan Kasepuhan 43, Kel. Kesepuhan, Kec. Lemahwungkuk, Kota Cirebon.
Bagi pengunjung yang datang ke Keraton Kasepuhan dapat menikmati bangunan bersejarah yang memiliki lahan luas 25 hektar ini. Salah satunya adalah area Siti Inggil yang mempunyai 5 bangunan tanpa dinding dan memiliki susunan lebih tinggi dari tanah. Bangunan pada Siti Inggil pada jamannya masing-masing digunakan untuk tempat duduk sultan, pengawal pribadi sultan, penasehat sultan, pengiring sultan, dan tempat gamelan. Setelah melewati area Siti Inggil, pengunjung bisa melihat Langgar Agung yang menjadi tempat ibadah kerabat keraton. Selanjutnya menuju ke area utama yang terdapat Taman Dewandaru dan bangunan Induk Keraton.
Lokasi: Jalan Kasepuhan 43, Kel. Kesepuhan, Kec. Lemahwungkuk, Kota Cirebon.
Spoiler for Galeri Foto:
***
Quote:
Quote:
Keraton Kanoman
Quote:
Pada tahun 1679 Kesultanan Cirebon resmi terbagi menjadi 2 yaitu Kesultanan Kasepuhan dan Kanoman atas mandat dari Sultan Banten Ageng Tirtayasa, hal ini dilakukan agar mencegah terpecahnya perbedaan pendapat atas penerus Kesultanan Cirebon. Sebagai pendirinya Kesultanan Kanoman adalah Pangeran Kartawijaya.
Sebelum memasuki area Keraton Kanoman, pengunjung dapat melihat area alun-alun Kanoman yang memiliki 4 bangunan yaitu Cungkup Alu dan Cungkup Lesung, serta bangunan lainnya adalah Pancaratna dan Pancaniti sebagai tempat jaga para prajurit dan penerimaan tamu dari desa.
Memasuki alun-alun para pengunjung dilanjutkan pada halaman pertama yaitu Lemah Duwur. Mempunyai 2 bangunan yaitu Mande Manguntur sebagai tempat duduk Sultan menyaksikan pertunjukan dan Panggung sebagai tempat pertunjukannya. Disebelah barat dan selatan area Lemah Duwur terdapat dua bangunan lainnya yaitu Bale Paseban yang berfungsi sebagai tempat tunggu untuk menghadap Sultan dan bangunan Gerbang Seblawong yang pintunya dibuka hanya pada perayaan Maulud. Setelah itu para pengunjung dapat memasuki area Tajug Kanoman dan Jinem Kanoman sampai akhirnya ke bangunan tempat tinggal kerabat Kesultanan Kanoman.
Lokasi: Jalan Kanoman 40, Kel. Lemahwungkuk, Kec. Lemahwungkuk, Kota Cirebon.
Sebelum memasuki area Keraton Kanoman, pengunjung dapat melihat area alun-alun Kanoman yang memiliki 4 bangunan yaitu Cungkup Alu dan Cungkup Lesung, serta bangunan lainnya adalah Pancaratna dan Pancaniti sebagai tempat jaga para prajurit dan penerimaan tamu dari desa.
Memasuki alun-alun para pengunjung dilanjutkan pada halaman pertama yaitu Lemah Duwur. Mempunyai 2 bangunan yaitu Mande Manguntur sebagai tempat duduk Sultan menyaksikan pertunjukan dan Panggung sebagai tempat pertunjukannya. Disebelah barat dan selatan area Lemah Duwur terdapat dua bangunan lainnya yaitu Bale Paseban yang berfungsi sebagai tempat tunggu untuk menghadap Sultan dan bangunan Gerbang Seblawong yang pintunya dibuka hanya pada perayaan Maulud. Setelah itu para pengunjung dapat memasuki area Tajug Kanoman dan Jinem Kanoman sampai akhirnya ke bangunan tempat tinggal kerabat Kesultanan Kanoman.
Lokasi: Jalan Kanoman 40, Kel. Lemahwungkuk, Kec. Lemahwungkuk, Kota Cirebon.
Spoiler for Galeri Foto:
***
Quote:
Quote:
Keraton Kaprabonan
Quote:
Catatan sejarah mengungkapkan Keraton ini masih ada hubungannya dengan Keraton Kanoman. Pada saat itu Pangeran Adipati Kaprabonan yang merupakan putra dari Sultan Kanoman I Kartawijaya lebih memilih memisahkan diri dari Keraton Kanoman dan membangun Keraton Kaprabonan pada tahun 1696. Hal ini dilakukannya untuk memperdalam dan mengembangkan ilmu agama daripada menjalankan pemerintahan. Hampir tidak tampak seperti keraton pada umumnya karena awal pembentukannya sebagai sarana pembelajaran.
Memiliki luas 1 hektar yang tidak jauh dari Keraton Kanoman, Keraton Kaprabonan terdiri dari 4 bangunan. Pengunjung bisa melihat gapura yang di sebelah kanan dan kirinya terdapat patung udang serta di sisi atas terdapat lambang keraton. Di sebelah gapura tersebut terdapat bangunan Tajug atau Mushola yang didirikan pada tahun 1707. Selanjutnya pengunjung dapat melihat bangunan lainnya seperti Bangsal Utama, Kaputran, dan Kaputren.
Lokasi: Kel. Lemahwungkuk, Kec. Lemahwungkuk, Kota Cirebon.
Memiliki luas 1 hektar yang tidak jauh dari Keraton Kanoman, Keraton Kaprabonan terdiri dari 4 bangunan. Pengunjung bisa melihat gapura yang di sebelah kanan dan kirinya terdapat patung udang serta di sisi atas terdapat lambang keraton. Di sebelah gapura tersebut terdapat bangunan Tajug atau Mushola yang didirikan pada tahun 1707. Selanjutnya pengunjung dapat melihat bangunan lainnya seperti Bangsal Utama, Kaputran, dan Kaputren.
Lokasi: Kel. Lemahwungkuk, Kec. Lemahwungkuk, Kota Cirebon.
Spoiler for Galeri Foto:
***
Quote:
Quote:
Keraton Kacirebonan
Quote:
Berawal dari terbaginya Kesultanan Kanoman menjadi dua dan berdirilah Kesultanan Kacirebonan pada tahun 1808 oleh Pangeran Raja Kanoman Amirul Mukminin yang bergelar Sultan I Kacirebonan. Sementara bangunan keraton baru bisa ditempati tahun 1814 yang pada saat itu digagas oleh istri Sultan I Kacirebonan, Ratu Raja Resminingpuri. Jalannya pemerintahan yang berada di keraton ini dimulai pada Sultan Kacirebonan II, Pangeran Raja Madenda Hidayat.
Keraton ini memiliki arsitekur dengan gaya campuran tradisional, Kolonial Belanda, dan Cina. Dengan luas 4,5 hektar, pengunjung dapat menikmati beberapa bangunan bersejarah seperti Bangunan Induk, Paseban, dan Tajug. Pada Bangunan Induk terdapat teras yang berfungsi sebagai pertemuan pejabat Kesultanan atau prajurit yang ingin menghadap Sultan. Secara umum fungsi Bangunan Induk tersebut untuk tempat tinggal Sultan dan keluarganya. Pada bagian Paseban terdapat 2 bangunan yang memiliki fungsi sebagai penerimaan tamu. Tidak hanya itu di Keraton ini juga terdapat bangunan lainnya yang didirikan secara bergantian pada Sultan yang berbeda yaitu Gedang Ijo, Pringgowati, Pinangeran, Kaputran, dan Kaputren.
Lokasi: Kel. Pulasaren, Kec. Pekalipan, Kota Cirebon.
Keraton ini memiliki arsitekur dengan gaya campuran tradisional, Kolonial Belanda, dan Cina. Dengan luas 4,5 hektar, pengunjung dapat menikmati beberapa bangunan bersejarah seperti Bangunan Induk, Paseban, dan Tajug. Pada Bangunan Induk terdapat teras yang berfungsi sebagai pertemuan pejabat Kesultanan atau prajurit yang ingin menghadap Sultan. Secara umum fungsi Bangunan Induk tersebut untuk tempat tinggal Sultan dan keluarganya. Pada bagian Paseban terdapat 2 bangunan yang memiliki fungsi sebagai penerimaan tamu. Tidak hanya itu di Keraton ini juga terdapat bangunan lainnya yang didirikan secara bergantian pada Sultan yang berbeda yaitu Gedang Ijo, Pringgowati, Pinangeran, Kaputran, dan Kaputren.
Lokasi: Kel. Pulasaren, Kec. Pekalipan, Kota Cirebon.
Spoiler for Galeri Foto:
***
Quote:
Quote:
Masjid Agung Sang Cipta Rasa
Quote:
Masjid ini dibangun pada tahun 1480 di masa Kesultanan Cirebon yang pada saat itu dipimpin oleh Sunan Gunung Jati. Beberapa sumber menyebutkan Masjid ini merupakan Masjid tertua di Cirebon. Masjid ini dibangun dengan 2 orang arsitek yaitu Sunan Kalijaga dari Demak dan Raden Sepat seorang Hindu dari Majapahit. Seiring perkembangannya Masjid ini juga mengalami perubahan terutama pada ornamen bergaya Cina. Oleh sebab itu Masjid ini memiliki gaya campuran Islam, Hindu, dan Cina.
Masjid yang berusia ratusan tahun ini, berada di komplek Keraton Kasepuhan. Hampir semua bangunan dan ornamennya masih asli dan terjaga dengan baik. Masjid ini juga memiliki ciri khas yang berbeda dengan Masjid pada umumnya yaitu banyaknya tiang-tiang dari kayu dengan ukuran besar dan kokoh yang bisa dilihat langsung oleh para pengunjungnya. Adapun keunikan lainnya yang menjadi tradisi dari pertama kali Masjid ini digunakan adalah Azan Pitu yang dilakukan oleh 7 orang Muadzin menjelang Sholat Jumat.
Lokasi: Jalan Kasepuhan 43, Kel. Kesepuhan, Kec. Lemahwungkuk, Kota Cirebon.
Masjid yang berusia ratusan tahun ini, berada di komplek Keraton Kasepuhan. Hampir semua bangunan dan ornamennya masih asli dan terjaga dengan baik. Masjid ini juga memiliki ciri khas yang berbeda dengan Masjid pada umumnya yaitu banyaknya tiang-tiang dari kayu dengan ukuran besar dan kokoh yang bisa dilihat langsung oleh para pengunjungnya. Adapun keunikan lainnya yang menjadi tradisi dari pertama kali Masjid ini digunakan adalah Azan Pitu yang dilakukan oleh 7 orang Muadzin menjelang Sholat Jumat.
Lokasi: Jalan Kasepuhan 43, Kel. Kesepuhan, Kec. Lemahwungkuk, Kota Cirebon.
Spoiler for Galeri Foto:
***
Quote:
Quote:
Klenteng Jamblang
Quote:
Klenteng ini masih simpang siur tentang kapan pertama kalinya dibangun, beberapa sumber menyebutkan Klenteng ini sudah berusia ratusan tahun. Salah satu sumber mengatakan Klenteng ini dibangun hampir bersamaan dengan dibangunnya Masjid Agung Sang Cipta Rasa tahun 1480. Kisah lain yang menceritakannya adalah pemasangan atap Klenteng menggunakan sisa kayu dari pembangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang pada saat itu sudah mendapat ijin oleh Sunan Gunung Jati.
Memiliki nama asli Vihara Dharma Rakhita, pengunjung bisa menikmati tampilan bangunan yang sarat akan nilai sejarah dan religi serta memiliki bangunan yang masih terjaga keasliannya.
Hal yang menarik pada Klenteng ini adalah bisa melihat catatan sejarah yang tercantum pada dinding Klenteng. Catatan tersebut memuat peristiwa besar yang terjadi di Desa Jamblang seperti kerusuhan masyarakat terhadap Kolonial Belanda, bencana banjir dan gempa bumi, paceklik selama 3 tahun, wabah kolera, dan kebakaran rumah penduduk. Semua catatan tersebut disertakan waktu tahun kejadiannya.
Lokasi: Jalan Niaga No.1, Desa Jamblang, Kec. Jamblang, Kab. Cirebon.
Memiliki nama asli Vihara Dharma Rakhita, pengunjung bisa menikmati tampilan bangunan yang sarat akan nilai sejarah dan religi serta memiliki bangunan yang masih terjaga keasliannya.
Hal yang menarik pada Klenteng ini adalah bisa melihat catatan sejarah yang tercantum pada dinding Klenteng. Catatan tersebut memuat peristiwa besar yang terjadi di Desa Jamblang seperti kerusuhan masyarakat terhadap Kolonial Belanda, bencana banjir dan gempa bumi, paceklik selama 3 tahun, wabah kolera, dan kebakaran rumah penduduk. Semua catatan tersebut disertakan waktu tahun kejadiannya.
Lokasi: Jalan Niaga No.1, Desa Jamblang, Kec. Jamblang, Kab. Cirebon.
***
Quote:
Quote:
Makam Sunan Gunung Jati
Quote:
Sebagaimana diketahui Sunan Gunung Jati merupakan Sultan kedua di Kesultanan Cirebon yang masa kekuasaannya pada tahun 1479 sampai 1568. Meninggal dunia di usia 120 tahun Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah ini dimakamkan di komplek pemakaman tua Bukit Gunung Jati.
Makam tersebut tak pernah sepi dikunjungi oleh para peziarah yang datang dari berbagai penjuru tanah air. Banyak fasilitas yang terdapat pada kompleks makam ini seperti parkir luas, masjid, penginapan, pendopo, warung makan, dan kios cinderamata. Keunikan pada makam ini adalah banyak ditemukan ornamen berbentuk keramik cina kuno yang menghiasi sisi dinding makam. Hal ini dikarenakan istri dari Sunan Gunung Jati yang bernama Ong Tien Nio seorang putri dari Kaisar Cina Hong Gie juga dimakamkan pada kompleks makam ini. Memiliki nama lain Nyi Ratu Rara Semanding, Ong Tien Nio awal kedatangan di Cirebon sempat membawa ratusan olahan keramik yang didatangkan langsung dari negeri Cina.
Lokasi: Jl. Alun-Alun Ciledug No.53, Desa Astana, Kec. Gunungjati, Kab. Cirebon.
Makam tersebut tak pernah sepi dikunjungi oleh para peziarah yang datang dari berbagai penjuru tanah air. Banyak fasilitas yang terdapat pada kompleks makam ini seperti parkir luas, masjid, penginapan, pendopo, warung makan, dan kios cinderamata. Keunikan pada makam ini adalah banyak ditemukan ornamen berbentuk keramik cina kuno yang menghiasi sisi dinding makam. Hal ini dikarenakan istri dari Sunan Gunung Jati yang bernama Ong Tien Nio seorang putri dari Kaisar Cina Hong Gie juga dimakamkan pada kompleks makam ini. Memiliki nama lain Nyi Ratu Rara Semanding, Ong Tien Nio awal kedatangan di Cirebon sempat membawa ratusan olahan keramik yang didatangkan langsung dari negeri Cina.
Lokasi: Jl. Alun-Alun Ciledug No.53, Desa Astana, Kec. Gunungjati, Kab. Cirebon.
Spoiler for Galeri Foto:
***
Quote:
Quote:
Gua Sunyaragi
Quote:
Biasa disebut dengan Taman Sari Gua Sunyaragi yang dibentuk bukan dari proses secara alam. Didirikan pertama kali oleh Pangeran Kararangen pada tahun 1703. Memiliki fungsi utama sebagai tempat peristirahatan dan meditasi Sultan beserta keluarganya. Gua ini merupakan salah satu bagian dari Keraton Kasepuhan yang sebagian besar bangunannya terbuat dari batu karang dengan luas sekitar 15 hektar.
Pernah rusak akibat perang tahun 1787 menjadikan gua ini sempat melakukan beberapa kali perbaikan. Walaupun begitu pengunjung masih dapat menikmati keindahan budaya Cirebon pada masa lampau pada gua ini. Terdapat 12 bagian, terdiri dari 10 gua dan 2 bangunan lainnya. Masing-masing bagian memiliki fungsi yang berbeda. Kesan sakral, menyeramkan, dan mitos sangat terasa bagi wisatawan yang mengunjunginya. Gua Sunyaragi tetap menjadi daya tarik bagi para pengunjungnya karena di waktu tertentu bisa menyaksikan pertunjukkan kesenian khas daerah Cirebon.
Lokasi: By Pass Brigjen Dharsono, Kel. Sunyaragi, Kec. Kesambi, Kota Cirebon.
Pernah rusak akibat perang tahun 1787 menjadikan gua ini sempat melakukan beberapa kali perbaikan. Walaupun begitu pengunjung masih dapat menikmati keindahan budaya Cirebon pada masa lampau pada gua ini. Terdapat 12 bagian, terdiri dari 10 gua dan 2 bangunan lainnya. Masing-masing bagian memiliki fungsi yang berbeda. Kesan sakral, menyeramkan, dan mitos sangat terasa bagi wisatawan yang mengunjunginya. Gua Sunyaragi tetap menjadi daya tarik bagi para pengunjungnya karena di waktu tertentu bisa menyaksikan pertunjukkan kesenian khas daerah Cirebon.
Lokasi: By Pass Brigjen Dharsono, Kel. Sunyaragi, Kec. Kesambi, Kota Cirebon.
Spoiler for Galeri Foto:

Thread Berlanjut di Post #1
![[COC Reg. Cirebon] Menjelajahi Wisata “Kota Udang” yang Patut Dikunjungi](https://s.kaskus.id/images/2020/09/19/2061810_20200919064550.png)
Diubah oleh anjaultras 11-11-2020 06:30






usmeong dan 3 lainnya memberi reputasi
4
3.3K
Kutip
18
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan