Hola kembali lagi ama gue di om lembu yang maha gantenks heehhehe. Kembali lagi di kuliah singkat om lembu, gue mau ngebahas apa yang aku dapet dari tadi malem yaitu tentang titik temu antara hubungan iman dengan ilmu.

Langsung saja, apa sih ilmu itu?
Ilmu itu secara literal atau bahasa berarti adalah mengetahui. Yaa jadi boleh dong aku mengatakan bahwa ilmu adalah segala sesuatu yang agan atau sista ketahui. Apa aja itu? Ya apa aja dong, entah itu bentuknya lahiriyah, batiniyah, duniawi wal akhiroti terserah. Apa saja yang agan ketahui itu ilmu. Maksudnya di ketahui ini adalah masuk ke dalam interprestasi agan dan logika agan. Jadi ilmu itu bersifat subyektif walaupun objeknya sendiri itu bersifat objektif, dan ilmu yang bagus harusnya objektif namun batasan-batasan pikiran manusia memungkinkan bahwa ilmu itu tetep dalam domain subjektif. Artinya adalah ilmu seseorang dengan suatu hal bisa beda walaupun objek yang dibahas itu adalah sama persis.

Iman secara arti bahasa adalah percaya. Iman kalau di dalam buku-buku sering dibunyikan seperti ini, "membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan)". Iman adalah titik variabel yang lebih tinggi dari pada ilmu. Kenapa begitu?



Contohnya gini deh,umpamanya agan punya istri (kalau sudah alhamdulillah, kalau belum ya umpamanya). Apa yang agan ketahui tentang istri agan itu tadi itu merupakan suatu bentuk variabel-variabel dalam domain ilmu, karena agan mengetahuinya. Contohnya seperti ini, oh dia kerja sebagai Dosen di sebuah Universitas, Oh suamiku hobinya main catur, Oh dia biasanya pulang jam 4 dll. Jadi segala suatu hal yang kelihatan atau katon dan sangat bisa dilogika oleh agan sekalian.

Nah itu ilmu, terus kalau apa yang di dalam hati istri agan, apa agan mengerti. Kalau dia pinginnya diginiin, kalau dia tidak pinginnya digituin agan tidak tahu. Sejenius-jeniusnya agan ga bisa mengerti, membaca dan menerawang hati dalam si dia. Jadi disitulah dibutuhkan suatu metode selain ilmu, yaitu iman atau percaya. Selama kita saling mengimani/mempercayai istri kita dia juga akan mengimani kita sebagai suaminya. Hidup kita lebih nyaman dan bersahaja. Itulah titik penting dari nilai iman.

Di zaman yang luar biasanya gendheng ini, kita memang susah untuk mempercayai orang lain, namun gapapalah kalau roso percoyo sama orang lain itu dibangun lagi. Seperti zaman dahulu .

Kuncinya simple agar kita dipercaya ya kita harus percaya dengan diri kita sendiri dan percaya pada orang laiin.

otak gue yang maha lembu hehehe