- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
The Tall Man (Creepypasta)


TS
dimasfirmansyxx
The Tall Man (Creepypasta)

Wujudnya mirip dengan Slenderman
Quote:
Aku mengetahui tentang sebuah dongeng tua dari Rumania yang sangat tidak populer. Ini mungkin didasarkan pada suatu peristiwa tertentu, atau mungkin dongeng ini adalah ekstrapolasi dari cerita Slender Man yang ada. Kira-kira seperti inilah terjemahannya:
Pada suatu ketika, hiduplah dua gadis kembar, yang bernama Stela dan Sorina. Mereka adalah gadis-gadis kecil pemberani, dan mereka tidak takut terhadap kegelapan, atau laba-laba dan serangga lainnya. Jika anak kecil lainnya yang melakukannya, mungkin mereka akan gemetar ketakutan, Stela dan Sorina akan berjalan dengan kepala yang terangkat tinggi. Mereka adalah gadis-gadis yang baik, mereka berdua patuh terhadap ibu dan ayah mereka dan perkataan Tuhan. Mereka berdua adalah anak-anak terbaik yang bisa dimiliki oleh seorang ibu, dan ini adalah kelemahan mereka.
Suatu hari, Stela dan Sorina sedang keluar dengan ibu mereka untuk memetik buah berry di hutan. Ibu mereka meminta mereka untuk tetap dekat dengannya, dan mereka mendengarkan perkataan ibu mereka, mereka adalah anak-anak yang baik. Cuaca pada hari itu sangat cerah, dan bahkan saat mereka berjalan lebih dekat menuju tengah hutan, itu hanya membuat cahaya redup dengan sedikit. Suasana pada saat itu memang sangat terang sehingga itu hampir tampak seterang siang hari, kemudian ketika mereka sedang berjalan, mereka menemukan the tall man.
The tall man sedang berdiri di tengah-tengah hutan, ia berpakaian seperti seorang bangsawan, semuanya serba hitam. Suasana hutan tiba-tiba menjadi gelap, kegelapan itu seperti suasana pada tengah malam yang berawan. Ia memiliki banyak tangan, semuanya panjang dan tak bertulang seperti ular, semuanya tajam seperti pedang, dan mereka menggeliat seperti cacing. Ia tidak mengatakan sepatah kata pun, tapi sepertinya ia mempunyai maksud tertentu.
Ibu mereka mencoba untuk tidak memperhatikannya, tapi ia tidak bisa terus mengabaikan the tall man. Ia memutuskan untuk berjalan menuju kedua putrinya yang berada tidak jauh di belakangnya. “Stela,” katanya, “cepat ambil pisau ibu, dan buatlah lingkaran yang cukup besar di tanah dengan pisau itu dengan ukuran yang cukup untuk kau berbaring.” Stela tidak merasa takut terhadap the tall man, ia juga tidak merasa takut dengan suara ibunya, ia mematuhi perkataan ibunya. “Sorina,” kata sang ibu, “bawa buah berry itu dan sebarkan berry-berry itu di tanah, dan injak buah berry-nya dengan kaki sampai air berry membasahi tanah.” Meskipun Sorina merasa heran mengapa ibunya memintanya untuk melakukan hal seperti itu, ia tetap mematuhi perkataan ibunya, karena ia adalah seorang gadis yang baik.
“Stela,” kata sang ibu, “berbaringlah di dalam lingkaran.”
Meskipun Stela merasa khawatir bahwa jika ia melakukannya mungkin ini akan membuat pakaiannya kotor, tapi ia melakukannya seperti yang diminta ibunya.
“Sorina,” kata sang ibu, dan ia meminta Sorina untuk menyayat saudarinya dengan pisau di tangannya.
Tapi Sorina tidak bisa melakukannya; ia tidak akan bisa.
“Kumohon,” kata ibunya. “Jika kau tidak melakukannya, hal ini akan semakin memburuk. Jauh lebih buruk.”
Tapi Sorina tidak bisa melakukannya, dan ia melemparkan pisau ditangannya dan berlari ke rumahnya, lalu ia menangis. Ia bersembunyi di bawah tempat tidurnya, ia merasa ketakutan untuk pertama kalinya di dalam hidupnya. Ia menunggu sampai ayahnya kembali ke rumah dari ladang, dan ia menceritakan hal mengerikan yang ia ditemukan di dalam hutan. Kemudian, ayahnya menghiburnya, dan mengatakan bahwa ia sudah aman. Setelah itu, ayahnya pergi menuju hutan, ia memegang kapak di tangannya, dan seperti yang diperintahkan olehnya, Sorina harus tetap di rumah, ia sekarang sedang berada di dekat perapian, menunggu sampai ayahnya kembali.
Setelah beberapa lama, ia pun tertidur. Ketika ia terbangun, hari sudah larut malam, dan ia mendengar suara ketukan pintu. “Siapa disana?” katanya.
“Ini adalah ayahmu,” kata pengetuk pintu.
“Aku tidak percaya padamu!” kata Sorina.
“Ini adalah saudarimu,” kata pengetuk pintu.
“Itu tidak mungkin!” kata Sorina.
“Aku adalah ibumu,” kata pengetuk pintu, “dan seperti yang kukatakan padamu hal ini akan semakin memburuk.” Padahal pintu sudah tertutup rapat dan sudah dikunci sebelum ayahnya pergi meninggalkan rumah, tapi pintu di hadapannya tidak tertutup rapat seolah-olah itu telah dibiarkan terbuka. Dan ibunya pun melangkah masuk, kepala saudarinya berada dalam genggaman salah satu tangan ibunya yang dilumuri darah, dan ayahnya pun berada di sisi yang lainnya.
“Mengapa?” tangis Sorina.
“Karena,” kata ibunya, “tidak ada balasan untuk kebaikan; tidak ada waktu jeda untuk kepercayaan; tidak ada harapan untuk kita dan hanya cambukan api yang pantas untuk kita semua. Dan hal itu datang padamu sekarang.”
Dan the tall man menuju ke arahnya dari perapian, dan memeluk Sorina dengan erat di kobaran api yang membara. Dan itulah akhir dari dirinya.
Pada suatu ketika, hiduplah dua gadis kembar, yang bernama Stela dan Sorina. Mereka adalah gadis-gadis kecil pemberani, dan mereka tidak takut terhadap kegelapan, atau laba-laba dan serangga lainnya. Jika anak kecil lainnya yang melakukannya, mungkin mereka akan gemetar ketakutan, Stela dan Sorina akan berjalan dengan kepala yang terangkat tinggi. Mereka adalah gadis-gadis yang baik, mereka berdua patuh terhadap ibu dan ayah mereka dan perkataan Tuhan. Mereka berdua adalah anak-anak terbaik yang bisa dimiliki oleh seorang ibu, dan ini adalah kelemahan mereka.
Suatu hari, Stela dan Sorina sedang keluar dengan ibu mereka untuk memetik buah berry di hutan. Ibu mereka meminta mereka untuk tetap dekat dengannya, dan mereka mendengarkan perkataan ibu mereka, mereka adalah anak-anak yang baik. Cuaca pada hari itu sangat cerah, dan bahkan saat mereka berjalan lebih dekat menuju tengah hutan, itu hanya membuat cahaya redup dengan sedikit. Suasana pada saat itu memang sangat terang sehingga itu hampir tampak seterang siang hari, kemudian ketika mereka sedang berjalan, mereka menemukan the tall man.
The tall man sedang berdiri di tengah-tengah hutan, ia berpakaian seperti seorang bangsawan, semuanya serba hitam. Suasana hutan tiba-tiba menjadi gelap, kegelapan itu seperti suasana pada tengah malam yang berawan. Ia memiliki banyak tangan, semuanya panjang dan tak bertulang seperti ular, semuanya tajam seperti pedang, dan mereka menggeliat seperti cacing. Ia tidak mengatakan sepatah kata pun, tapi sepertinya ia mempunyai maksud tertentu.
Ibu mereka mencoba untuk tidak memperhatikannya, tapi ia tidak bisa terus mengabaikan the tall man. Ia memutuskan untuk berjalan menuju kedua putrinya yang berada tidak jauh di belakangnya. “Stela,” katanya, “cepat ambil pisau ibu, dan buatlah lingkaran yang cukup besar di tanah dengan pisau itu dengan ukuran yang cukup untuk kau berbaring.” Stela tidak merasa takut terhadap the tall man, ia juga tidak merasa takut dengan suara ibunya, ia mematuhi perkataan ibunya. “Sorina,” kata sang ibu, “bawa buah berry itu dan sebarkan berry-berry itu di tanah, dan injak buah berry-nya dengan kaki sampai air berry membasahi tanah.” Meskipun Sorina merasa heran mengapa ibunya memintanya untuk melakukan hal seperti itu, ia tetap mematuhi perkataan ibunya, karena ia adalah seorang gadis yang baik.
“Stela,” kata sang ibu, “berbaringlah di dalam lingkaran.”
Meskipun Stela merasa khawatir bahwa jika ia melakukannya mungkin ini akan membuat pakaiannya kotor, tapi ia melakukannya seperti yang diminta ibunya.
“Sorina,” kata sang ibu, dan ia meminta Sorina untuk menyayat saudarinya dengan pisau di tangannya.
Tapi Sorina tidak bisa melakukannya; ia tidak akan bisa.
“Kumohon,” kata ibunya. “Jika kau tidak melakukannya, hal ini akan semakin memburuk. Jauh lebih buruk.”
Tapi Sorina tidak bisa melakukannya, dan ia melemparkan pisau ditangannya dan berlari ke rumahnya, lalu ia menangis. Ia bersembunyi di bawah tempat tidurnya, ia merasa ketakutan untuk pertama kalinya di dalam hidupnya. Ia menunggu sampai ayahnya kembali ke rumah dari ladang, dan ia menceritakan hal mengerikan yang ia ditemukan di dalam hutan. Kemudian, ayahnya menghiburnya, dan mengatakan bahwa ia sudah aman. Setelah itu, ayahnya pergi menuju hutan, ia memegang kapak di tangannya, dan seperti yang diperintahkan olehnya, Sorina harus tetap di rumah, ia sekarang sedang berada di dekat perapian, menunggu sampai ayahnya kembali.
Setelah beberapa lama, ia pun tertidur. Ketika ia terbangun, hari sudah larut malam, dan ia mendengar suara ketukan pintu. “Siapa disana?” katanya.
“Ini adalah ayahmu,” kata pengetuk pintu.
“Aku tidak percaya padamu!” kata Sorina.
“Ini adalah saudarimu,” kata pengetuk pintu.
“Itu tidak mungkin!” kata Sorina.
“Aku adalah ibumu,” kata pengetuk pintu, “dan seperti yang kukatakan padamu hal ini akan semakin memburuk.” Padahal pintu sudah tertutup rapat dan sudah dikunci sebelum ayahnya pergi meninggalkan rumah, tapi pintu di hadapannya tidak tertutup rapat seolah-olah itu telah dibiarkan terbuka. Dan ibunya pun melangkah masuk, kepala saudarinya berada dalam genggaman salah satu tangan ibunya yang dilumuri darah, dan ayahnya pun berada di sisi yang lainnya.
“Mengapa?” tangis Sorina.
“Karena,” kata ibunya, “tidak ada balasan untuk kebaikan; tidak ada waktu jeda untuk kepercayaan; tidak ada harapan untuk kita dan hanya cambukan api yang pantas untuk kita semua. Dan hal itu datang padamu sekarang.”
Dan the tall man menuju ke arahnya dari perapian, dan memeluk Sorina dengan erat di kobaran api yang membara. Dan itulah akhir dari dirinya.
Spoiler for Kunjungi Thread Lainnya:
- Mitos tentang deep web yang perlu agan tahu Hot Thread!
- Pemain JAV yang mirip sama Member JKT48
- Pemain JAV yang mirip sama Naomi JKT48
- Singkatan ini sangat familiar. Tapi, apakah agan tahu artinya?
- PewDiePie menghapus channel miliknya
- Daging Penumpangnya Ketinggalan dan Disate.
- Flat Faced Uncle (Real Horror Story)
- Hal-hal tentang Pulau Galang, (Salah satu tempat terseram di dunia)
Spoiler for Sumber:


anasabila memberi reputasi
1
1.6K
Kutip
3
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan