- Beranda
- Komunitas
- Games
- Can You Solve This Game?
Kasus Joni #04 - Pembunuh Waktu (Bag. Pertama)


TS
Exxander
Kasus Joni #04 - Pembunuh Waktu (Bag. Pertama)
Quote:
Sebelumnya di Kasus Joni episode ke-3
Spoiler for :
“Ga nyangka ya Jon, ternyata orang kalo udah cinta mati bisa ngelakuin apa aja termasuk ngebunuh pacarnya sendiri..” Kata Oji sambil meminum kopinya di atas kapal ferry yg mereka tumpangi dalam perjalanan pulang. “Yaa gitulah Ji, biar jadi pelajaran juga buat lu supaya jangan sampe selingkuhin si Putri.” Jawab Joni. “Kampret lu Jon. Kaga lah..”
“Oh iya Jon, kamu katanya mau cerita serius, ada apaan sih?” Tanya Letnan Miki.
“Hmm, gini Om, setelah Om pergi dinas beberapa bulan yg lalu itu, Joni dapet surat misterius, pengirimnya juga ngga jelas..” Kata Joni sambil mencari-cari sesuatu di tas nya. “Nih Om suratnya..”
Letnan Miki mengambil sebuah amplop coklat yg diberikan Joni, lalu mengeluarkan isinya yg ternyata hanya selembar kertas. Dia lalu membaca tulisan di kertas itu dan raut wajahnya berubah menjadi tegang.
“Kapan kamu dapet surat ini Jon??” Tanya Letnan Miki sambil memasukkan kembali kertas tadi ke amplop.
“Waktu sebelum bulan puasa kemaren Om. Joni udah coba nyari tau maksudnya apa, tapi masih ngga ketemu juga. Makanya Joni nanya ke Om barangkali tau.”
“Tau Jon, Om tau persis surat ini dari siapa..” “Siapa Om?”
Letnan Miki hanya memandang kosong ke arah amplop yg ada di tangannya, sebelum akhirnya menjawab. “Surat ini dari orang yg udah Om cari-cari dari dulu..”
“Oh iya Jon, kamu katanya mau cerita serius, ada apaan sih?” Tanya Letnan Miki.
“Hmm, gini Om, setelah Om pergi dinas beberapa bulan yg lalu itu, Joni dapet surat misterius, pengirimnya juga ngga jelas..” Kata Joni sambil mencari-cari sesuatu di tas nya. “Nih Om suratnya..”
Letnan Miki mengambil sebuah amplop coklat yg diberikan Joni, lalu mengeluarkan isinya yg ternyata hanya selembar kertas. Dia lalu membaca tulisan di kertas itu dan raut wajahnya berubah menjadi tegang.
“Kapan kamu dapet surat ini Jon??” Tanya Letnan Miki sambil memasukkan kembali kertas tadi ke amplop.
“Waktu sebelum bulan puasa kemaren Om. Joni udah coba nyari tau maksudnya apa, tapi masih ngga ketemu juga. Makanya Joni nanya ke Om barangkali tau.”
“Tau Jon, Om tau persis surat ini dari siapa..” “Siapa Om?”
Letnan Miki hanya memandang kosong ke arah amplop yg ada di tangannya, sebelum akhirnya menjawab. “Surat ini dari orang yg udah Om cari-cari dari dulu..”
----------------------------------------------------------
Kasus Joni #04
PEMBUNUH WAKTU (Bag. Pertama)

Spoiler for 1:
Sepulangnya Joni dkk. dari piknik yang berakhir tragedi itu, ternyata mereka justru dihadapkan oleh tragedi yg lebih mengerikan lagi. Joni mendapat sebuah surat yg misterius. Dia tidak mengetahui apa arti surat itu dan siapa pengirimnya. Tapi Letnan Miki segera mengetahuinya setelah membaca surat itu dan dia menyimpukan bahwa itu dikirim oleh seseorang yg menurutnya sebagai penjahat legendaris paling licin dan licik yg pernah ada di Indonesia.
Kejahatannya bukan perampokan, pencurian, apalagi pembunuhan. Tapi lebih parah lagi, dia seorang bomber. Atau yg biasa dikenal sebagai seseorang yg membom tempat-tempat tertentu. Target bom nya bermacam-macam. Dia menargetkan lokasi yg ramai oleh para penduduk sipil seperti tempat-tempat ibadah, mall, kampus, sekolah, gedung perkantoran, bahkan kantor walikota, stasiun, dan bandara. Motifnya diketahui hanya satu, yaitu uang. Setelah meletakkan bomnya yg tentu saja sangat terencana dan tidak diketahui oleh siapapun, dia kemudian menghubungi kepolisian setempat dan mengancam akan meledakkannya jika para polisi itu tidak segera mentransfer sejumlah uang ke rekening yg dia tunjuk dalam waktu yg dia tentukan sendiri. Pada awalnya para polisi hanya menganggap hal itu sebagai kerjaan orang iseng, tapi setelah bom pertama yg meledak di sebuah sekolah dasar di kabupaten Bogor, polisi mulai menyadari bahwa dia tidak main-main.
Aksi keduanya menargetkan sebuah tempat ibadah yg terkenal di wilayah Jakarta Pusat. Dia mengancam akan meledakkan tempat itu jika polisi tidak mentransfer uang sebanyak 100 juta rupiah dalam waktu 1 jam. Dia juga mengancam akan langsung meledakkannya jika polisi memberitahu masyarakat sekitar dan jika polisi mencoba-coba masuk ke dalam area itu untuk mencari & menjinakkan bomnya. Setelah melalui perundingan yg alot diantara pihak kepolisian, akhirnya mereka sepakat untuk memberikan uangnya. Setelah itu barulah dia memberitahu lokasi pastinya bom itu berada. Dan setelah polisi langsung mengamankan area dan mencari bomnya, mereka terkejut karna sebuah bom berdaya ledak tinggi telah aktif berada di tempat yg persis dia sebut sebelumnya dan siap untuk diledakkan.
Dia terus melaksanakan aksinya selama bertahun-tahun. Suatu kali polisi pernah secara agresif melakukan tindakan perlawanan. Mereka bahkan bekerjasama dengan satuan khusus penanggulangan teroris untuk berusaha menjinakkan bom tanpa mengindahkan permintaan uangnya. Tapi sayang, sesaat setelah pasukan itu memasuki area, dua buah bom di tempat itu tiba-tiba meledak dan langsung memakan ratusan korban jiwa dan luka-luka.
Sampai saat ini tidak ada yg mengetahui keberadaannya apalagi identitasnya. Berbagai macam usaha telah dilakukan untuk membongkar pelaku biadab ini, tapi hasilnya selalu nihil. Oleh karenanya pihak media sepakat untuk menjulukinya sebagai sang ‘Pembunuh Waktu’. Aksinya mulai mereda pada tahun 1997. Tidak ada yg mengetahui secara pasti kenapa sang Pembunuh Waktu tiba-tiba berhenti melakukan tindak kriminal kelas berat itu. Tapi sebagian besar opini masyarakat menyebutkan bahwa dia telah tewas entah dimana..
Kejahatannya bukan perampokan, pencurian, apalagi pembunuhan. Tapi lebih parah lagi, dia seorang bomber. Atau yg biasa dikenal sebagai seseorang yg membom tempat-tempat tertentu. Target bom nya bermacam-macam. Dia menargetkan lokasi yg ramai oleh para penduduk sipil seperti tempat-tempat ibadah, mall, kampus, sekolah, gedung perkantoran, bahkan kantor walikota, stasiun, dan bandara. Motifnya diketahui hanya satu, yaitu uang. Setelah meletakkan bomnya yg tentu saja sangat terencana dan tidak diketahui oleh siapapun, dia kemudian menghubungi kepolisian setempat dan mengancam akan meledakkannya jika para polisi itu tidak segera mentransfer sejumlah uang ke rekening yg dia tunjuk dalam waktu yg dia tentukan sendiri. Pada awalnya para polisi hanya menganggap hal itu sebagai kerjaan orang iseng, tapi setelah bom pertama yg meledak di sebuah sekolah dasar di kabupaten Bogor, polisi mulai menyadari bahwa dia tidak main-main.
Aksi keduanya menargetkan sebuah tempat ibadah yg terkenal di wilayah Jakarta Pusat. Dia mengancam akan meledakkan tempat itu jika polisi tidak mentransfer uang sebanyak 100 juta rupiah dalam waktu 1 jam. Dia juga mengancam akan langsung meledakkannya jika polisi memberitahu masyarakat sekitar dan jika polisi mencoba-coba masuk ke dalam area itu untuk mencari & menjinakkan bomnya. Setelah melalui perundingan yg alot diantara pihak kepolisian, akhirnya mereka sepakat untuk memberikan uangnya. Setelah itu barulah dia memberitahu lokasi pastinya bom itu berada. Dan setelah polisi langsung mengamankan area dan mencari bomnya, mereka terkejut karna sebuah bom berdaya ledak tinggi telah aktif berada di tempat yg persis dia sebut sebelumnya dan siap untuk diledakkan.
Dia terus melaksanakan aksinya selama bertahun-tahun. Suatu kali polisi pernah secara agresif melakukan tindakan perlawanan. Mereka bahkan bekerjasama dengan satuan khusus penanggulangan teroris untuk berusaha menjinakkan bom tanpa mengindahkan permintaan uangnya. Tapi sayang, sesaat setelah pasukan itu memasuki area, dua buah bom di tempat itu tiba-tiba meledak dan langsung memakan ratusan korban jiwa dan luka-luka.
Sampai saat ini tidak ada yg mengetahui keberadaannya apalagi identitasnya. Berbagai macam usaha telah dilakukan untuk membongkar pelaku biadab ini, tapi hasilnya selalu nihil. Oleh karenanya pihak media sepakat untuk menjulukinya sebagai sang ‘Pembunuh Waktu’. Aksinya mulai mereda pada tahun 1997. Tidak ada yg mengetahui secara pasti kenapa sang Pembunuh Waktu tiba-tiba berhenti melakukan tindak kriminal kelas berat itu. Tapi sebagian besar opini masyarakat menyebutkan bahwa dia telah tewas entah dimana..
Spoiler for 2:
“Tapi Om, apa polisi ga tau jaringannya sama sekali? Kriminal kaya dia kan ga mungkin kerja sendiri. Dia pasti punya anak buah setia dan beberapa orang dalem buat ngelancarin aksinya..” Tanya Joni sambil melihat-lihat berkas sang Pembunuh Waktu di rumah Letnan Miki. Wajahnya tampak tegang. Sementara asap rokok beberapa kali terlihat keluar dari bibirnya yg kering.
“Dari hasil intel kita menduga jaringan mereka sekitar 100an orang. Mereka yg mau menjadi anggotanya berasal dari golongan berbeda-beda. Sayangnya ga ada satupun dari anggota itu yg kita tangkap yg mau buka mulut. Mereka bersumpah bahwa selama ini mereka sendiri ga pernah liat secara langsung. Mereka ngaku kalo selama ini mereka berhubungan melalui telepon dan SMS, itupun pake nomer sekali pakai yg berbeda-beda. Kalaupun ada pertemuan dia selalu mengutus seseorang yg dia bilang sebagai perwakilan dirinya. Mereka ga tau nama perwakilan itu siapa karna dia cuma pake nama samaran. Tapi mereka ngasih deskripsi orang perwakilan itu adalah seorang laki-laki tua berusia kurang lebih 72 tahunan yg sedang menderita TBC akut.
Setelah berkali-kali disiksa, dan setelah kita teliti psikologinya akhirnya kita nyimpulin bahwa kata-kata mereka bener. Mereka sama sekali ga pernah ketemu dia secara langsung..” Jawab Letnan Miki sambil menyenderkan punggungnya di sofa, tangannya disilangkan didepan dadanya.
“Oke, trus orang tua itu?”
“Udah meninggal tahun 1996. Waktu itu ada penggrebekan di sebuah rumah mewah di wilayah Jakarta Utara. Mereka menduga pak tua itu ada disana bareng dia. Sayangnya operasi yg berlangsung sangat rahasia itu ga berjalan lancar. Para pengawalnya tiba-tiba muncul dari dalam rumah dan menembaki satuan khusus itu dengan membabi buta. Mereka jelas kalah jumlah dan kalah amunisi. Beberapa menit baku tembak akhirnya satuan itu berhasil masuk ke dalam rumah. Para pengawal yg masih hidup menyerah. Dan setelah digeledah, dia ga ada. Tapi orang tua itu ada di sebuah kamar, kepala bagian atasnya pecah dan revolver ada di tangan kanannya, dia bunuh diri dengan cara nembak kepalanya sendiri lewat mulut..”
“Dan para pengawal yg nyerah tadi pasti ga ada satupun yg buka mulut?”
“Satupun ga ada. Kayanya mereka emang anggota yg paling terlatih dan paling deket sama dia. Keliatan dari sikapnya waktu diinterogasi. Mereka ga gentar sedikitpun. Mereka lebih milih disiksa habis-habisan sampai mati daripada buka mulut. Justru mereka malah nantangin dan ngeledek para polisi yg nginterogasi.” Jawab Letnan Miki lagi. Dia meraih cangkir kopinya yg sudah dingin, lalu menyesapnya sedikit.
“Sinting..Saya yakin dia ini bukan orang sembarangan Om. Dia pasti dari golongan atas, yg bisa ngatur semuanya tanpa gangguan, yg duitnya banyak buat bayar anggota-anggotanya, yg bisa masuk kemanapun tanpa ketauan..” Ujar Oji yg akhirnya bersuara setelah menyimak penjelasan Letnan Miki sedari tadi.
“Kita semua juga mikir begitu. Soalnya setelah beberapa kali dia muncul dengan bomnya, penjagaan di semua tempat-tempat ramai di seluruh Indonesia udah diperketat tiga kali lipat. Tapi anehnya dia masih aja bisa nyelundupin bom-bom itu tanpa ketauan. Akhirnya kita narik kesimpulan, dia ternyata bukan dari golongan atas, bukan bukan.. Dia dari golongan yg paling atas. Dari golongan yg bisa bikin orang yg paling berkuasa di negeri ini tunduk sama dia. Dari golongan yg bisa bikin orang yg paling kriminal di negeri ini pun juga nurut sama dia..” Kata Letnan Miki. Suaranya semakin merendah dan terdengar agak bergetar.
“Motifnya apa bener-bener cuma karna uang?” Tanya Joni lagi sambil membereskan berkas-berkas tadi.
“Sejauh ini cuma itu yg bisa kita simpulin. Kita udah periksa dengan teliti mulai dari lokasi, calon korbannya sampai waktu pembomannya. Bener-bener acak. Ga ada satupun petunjuk dari semua itu yg mengarah ke seseorang atau sesuatu. Rekening-rekening yg biasa dia pakai untuk menerima transferan pun ga ada jejak sama sekali. Dia bener-bener cuma ngincer duitnya.”
“Trus maksud suratnya itu apa Om?” Tanya Oji.
Letnan Miki lalu membuka kembali surat yg dikirimkan ke Joni itu.
“Ngga salah lagi, Tatang ini salah satu korban pembomannya pertama kali dulu di Bogor. Dulu dia masih SMA, dan adiknya yg masih kelas 6 SD meninggal akibat peristiwa itu, sedangkan dia sendiri, yg waktu itu mau jemput adiknya itu pulang, terkena serpihan ledakan di kedua matanya hingga berakibat buta permanen.
Firasat Om, dia mau muncul lagi dengan bomnya dalam waktu dekat ini, tapi sebelumnya Om harus ketemu si Tatang ini dulu. Kalian besok ada kuliah?”
“Ga ada Om.” Jawab Joni dan Oji hampir berbarengan.
“Yaudah besok ikut Om ke Bogor bareng temen-temen Om yg lain. Kita harus cepet, kita ga boleh kecolongan lagi sekarang. Sekaranglah waktunya kita harus nangkep si kampr*t itu..”
“Dari hasil intel kita menduga jaringan mereka sekitar 100an orang. Mereka yg mau menjadi anggotanya berasal dari golongan berbeda-beda. Sayangnya ga ada satupun dari anggota itu yg kita tangkap yg mau buka mulut. Mereka bersumpah bahwa selama ini mereka sendiri ga pernah liat secara langsung. Mereka ngaku kalo selama ini mereka berhubungan melalui telepon dan SMS, itupun pake nomer sekali pakai yg berbeda-beda. Kalaupun ada pertemuan dia selalu mengutus seseorang yg dia bilang sebagai perwakilan dirinya. Mereka ga tau nama perwakilan itu siapa karna dia cuma pake nama samaran. Tapi mereka ngasih deskripsi orang perwakilan itu adalah seorang laki-laki tua berusia kurang lebih 72 tahunan yg sedang menderita TBC akut.
Setelah berkali-kali disiksa, dan setelah kita teliti psikologinya akhirnya kita nyimpulin bahwa kata-kata mereka bener. Mereka sama sekali ga pernah ketemu dia secara langsung..” Jawab Letnan Miki sambil menyenderkan punggungnya di sofa, tangannya disilangkan didepan dadanya.
“Oke, trus orang tua itu?”
“Udah meninggal tahun 1996. Waktu itu ada penggrebekan di sebuah rumah mewah di wilayah Jakarta Utara. Mereka menduga pak tua itu ada disana bareng dia. Sayangnya operasi yg berlangsung sangat rahasia itu ga berjalan lancar. Para pengawalnya tiba-tiba muncul dari dalam rumah dan menembaki satuan khusus itu dengan membabi buta. Mereka jelas kalah jumlah dan kalah amunisi. Beberapa menit baku tembak akhirnya satuan itu berhasil masuk ke dalam rumah. Para pengawal yg masih hidup menyerah. Dan setelah digeledah, dia ga ada. Tapi orang tua itu ada di sebuah kamar, kepala bagian atasnya pecah dan revolver ada di tangan kanannya, dia bunuh diri dengan cara nembak kepalanya sendiri lewat mulut..”
“Dan para pengawal yg nyerah tadi pasti ga ada satupun yg buka mulut?”
“Satupun ga ada. Kayanya mereka emang anggota yg paling terlatih dan paling deket sama dia. Keliatan dari sikapnya waktu diinterogasi. Mereka ga gentar sedikitpun. Mereka lebih milih disiksa habis-habisan sampai mati daripada buka mulut. Justru mereka malah nantangin dan ngeledek para polisi yg nginterogasi.” Jawab Letnan Miki lagi. Dia meraih cangkir kopinya yg sudah dingin, lalu menyesapnya sedikit.
“Sinting..Saya yakin dia ini bukan orang sembarangan Om. Dia pasti dari golongan atas, yg bisa ngatur semuanya tanpa gangguan, yg duitnya banyak buat bayar anggota-anggotanya, yg bisa masuk kemanapun tanpa ketauan..” Ujar Oji yg akhirnya bersuara setelah menyimak penjelasan Letnan Miki sedari tadi.
“Kita semua juga mikir begitu. Soalnya setelah beberapa kali dia muncul dengan bomnya, penjagaan di semua tempat-tempat ramai di seluruh Indonesia udah diperketat tiga kali lipat. Tapi anehnya dia masih aja bisa nyelundupin bom-bom itu tanpa ketauan. Akhirnya kita narik kesimpulan, dia ternyata bukan dari golongan atas, bukan bukan.. Dia dari golongan yg paling atas. Dari golongan yg bisa bikin orang yg paling berkuasa di negeri ini tunduk sama dia. Dari golongan yg bisa bikin orang yg paling kriminal di negeri ini pun juga nurut sama dia..” Kata Letnan Miki. Suaranya semakin merendah dan terdengar agak bergetar.
“Motifnya apa bener-bener cuma karna uang?” Tanya Joni lagi sambil membereskan berkas-berkas tadi.
“Sejauh ini cuma itu yg bisa kita simpulin. Kita udah periksa dengan teliti mulai dari lokasi, calon korbannya sampai waktu pembomannya. Bener-bener acak. Ga ada satupun petunjuk dari semua itu yg mengarah ke seseorang atau sesuatu. Rekening-rekening yg biasa dia pakai untuk menerima transferan pun ga ada jejak sama sekali. Dia bener-bener cuma ngincer duitnya.”
“Trus maksud suratnya itu apa Om?” Tanya Oji.
Letnan Miki lalu membuka kembali surat yg dikirimkan ke Joni itu.
Quote:
Masih ingat Tatang? Walau sekarang fisiknya terbatas tapi dia ternyata masih pemberani. Bahkan lebih pemberani dibanding dulu sebelum penglihatannya normal.
Tapi sayangnya dia masih aja bodoh. Dia ngga mikirin keselamatan dirinya sendiri apalagi orang disekitarnya.
Coba tanya dia, tenang aja, dia masih ada di tempatnya kok. Sekalian nostalgia. Udah lama kan kalian ngga ngobrol bareng?
Tapi sayangnya dia masih aja bodoh. Dia ngga mikirin keselamatan dirinya sendiri apalagi orang disekitarnya.
Coba tanya dia, tenang aja, dia masih ada di tempatnya kok. Sekalian nostalgia. Udah lama kan kalian ngga ngobrol bareng?
“Ngga salah lagi, Tatang ini salah satu korban pembomannya pertama kali dulu di Bogor. Dulu dia masih SMA, dan adiknya yg masih kelas 6 SD meninggal akibat peristiwa itu, sedangkan dia sendiri, yg waktu itu mau jemput adiknya itu pulang, terkena serpihan ledakan di kedua matanya hingga berakibat buta permanen.
Firasat Om, dia mau muncul lagi dengan bomnya dalam waktu dekat ini, tapi sebelumnya Om harus ketemu si Tatang ini dulu. Kalian besok ada kuliah?”
“Ga ada Om.” Jawab Joni dan Oji hampir berbarengan.
“Yaudah besok ikut Om ke Bogor bareng temen-temen Om yg lain. Kita harus cepet, kita ga boleh kecolongan lagi sekarang. Sekaranglah waktunya kita harus nangkep si kampr*t itu..”
Spoiler for 3:
Esoknya Letnan Miki, Joni, Oji, dan beberapa perwira lainnya dari Polres Kandang Badak pergi ke kediaman Tatang di salah satu kabupaten di Bogor. Setelah menyambangi rumahnya ternyata hanya ada kakaknya dan istrinya. Dia menjelaskan bahwa kedua orangtuanya sudah meninggal dan Tatang sudah menikah 3 tahun pasca kejadian yg membuatnya buta itu dan sekarang tinggal di kabupaten sebelah.
Joni dkk. lalu melanjutkan perjalanannya ke kediaman keluarga Tatang. Ternyata disana Tatang sudah bekerja sebagai penulis karya sastra dibantu oleh istrinya. Mereka pun lalu mulai membuka pembicaraan.
“Jadi kenapa dia harus pakai nama kamu Tang di suratnya itu?” Tanya Letnan Miki.
“Wah saya bener-bener ngga tau Pak. Mungkin karna saya belakangan ini gencar menuliskan cerita dan naskah tentang kriminalitasnya, dan juga saya yg paling vokal menuntut pengusutan kasus ini kepada pemerintah.”
“Apa dia pernah ngirim surat juga atau sesuatu kesini? Karna rasanya ngga mungkin dia nyuruh kita kesini tanpa alasan yg jelas.”
“Oh iya, ada Pak. Ada surat yg dikirim waktu sebelum bulan puasa kemarin. Coba tolong Bu diambilin..” Ujar Tatang sambil menyuruh istrinya mengambil surat yg dimaksud. “Kayanya surat ini dikirim bersamaan sama surat yg Bapak terima itu.”
Setelah istrinya mengambil surat lalu Letnan Miki memeriksanya.
Letnan Miki hanya terdiam membaca surat itu. Dia lalu menyerahkan suratnya ke yg lain untuk dibaca, kemudian langsung mengeluarkan handphonenya dan menelfon ke nomor yg ada di surat tadi.
“Loh loh pak? Pak?! Jangan langsung dihubungi dulu pak! Bisa kita lacak ini. Jarang-jarang dia ninggalin jejak kaya gini!” Ujar salah seorang perwira dengan gusar ketika dia melihat Letnan Miki mulai menghubungi nomor itu. Tapi terlambat, Letnan Miki sudah meletakkan handphonenya ke telinga kirinya.
“Udah gapapa. Kita tau dia ngga pernah main-main. Gimana kalo ancaman di surat itu benar? Kita ngga boleh gegabah lagi. Kita ngga bisa ngorbanin orang tak bersalah lagi..” Jawab Letnan Miki dengan tenang. Beberapa saat kemudian telfonnya terhubung, dan dia langsung mengaktifkan perekam & speakernya agar percakapannya bisa didengar oleh semua orang yg ada di rumah itu. Semuanya pun langsung terdiam, lalu mulai menyimak dengan seksama ketika teleponnya akhirnya diangkat. Kemudian terdengar keras dari ujung telfon itu, suara cempreng aneh yg sepertinya sengaja untuk menyamarkan suara aslinya.
“Halo Mik! Gimana liburan ke Lampung nya kemarin? Asik ngga? Denger-denger lu udah punya asisten bocah pribadi ya? Well. Kayanya ini waktu yg tepat buat gue kembali lagi ke kehidupan kalian. Zaman udah semakin canggih, ngga kaya waktu zaman gue dulu. Polisi juga semakin pintar. Tapi itu artinya tantangannya jadi jauh lebih besar. Dan inilah yg udah gue tunggu-tunggu sejak lama. HAHAHAHA!!”
“Heh! Maumu apa sekarang hah?? Kamu pikir kita disini bahagia kamu udah ga muncul lagi. Justru kita juga nungguin kamu keluar biar bisa kita tangkap dan kita tembak mati didepan orang-orang yg sudah jadi korbanmu itu!” Balas Letnan Miki dengan marah.
“Hahaha! Munafik lu Mik. Sekarang aja gue udah muncul baru lu bilang gitu. Kemarin-kemarin kemana aja! Jangan karna gue ga muncul trus lu jadiin alesan ga bisa nangkep gue. Emang dasar elu dan semua temen-temen lu aja yg emang ngga niat ngelindungin masyarakat!”
Letnan Miki hanya terdiam mendengar jawabannya. Mukanya berubah merah padam. Sementara yg lain juga terlihat kesal.
“Udah lah. Gue ga mau basa-basi lagi. Langsung aja. Gue ga mau ngulangin apa yg mau gue bilang sebentar lagi. Toh ini telfon juga pasti direkam kan?
Gue udah naruh 2 bom berdaya ledak tinggi di 2 tempat yg berbeda. Ini lokasinya yg pertama:
Lalu ini yg kedua:
Gue cuma bisa ngasih 2 petunjuk. Yang pertama adalah, lu butuh 2 tahap buat nyari lokasi itu. Dan karna gue baik, kedua lokasi itu sama-sama menggunakan 2 tahap yg sama. Tapi awas, walaupun keliatan mirip, tapi tahap pertamanya agak berbeda bahannya, eksekusinya pun sedikit beda. Kemudian yg kedua, ini yg jadi alesan gue ngelibatin Tatang, karna dia mungkin bisa membantu buat tahap keduanya.
Well, lalu apa yg bakal terjadi kalo elu ga bisa pecahin kode itu? Ah..Ga perlu gue jawab lah ini ya. Lu udah tau pasti apa yg bakal terjadi. So, selamat mencari. Timer bom gue aktifin mulai dari sekarang dan akan meledak dalam waktu 24 jam. Hahahaha~”
“Hei! Sebentar!”
*tuut tuut tuut*
Joni dkk. lalu melanjutkan perjalanannya ke kediaman keluarga Tatang. Ternyata disana Tatang sudah bekerja sebagai penulis karya sastra dibantu oleh istrinya. Mereka pun lalu mulai membuka pembicaraan.
“Jadi kenapa dia harus pakai nama kamu Tang di suratnya itu?” Tanya Letnan Miki.
“Wah saya bener-bener ngga tau Pak. Mungkin karna saya belakangan ini gencar menuliskan cerita dan naskah tentang kriminalitasnya, dan juga saya yg paling vokal menuntut pengusutan kasus ini kepada pemerintah.”
“Apa dia pernah ngirim surat juga atau sesuatu kesini? Karna rasanya ngga mungkin dia nyuruh kita kesini tanpa alasan yg jelas.”
“Oh iya, ada Pak. Ada surat yg dikirim waktu sebelum bulan puasa kemarin. Coba tolong Bu diambilin..” Ujar Tatang sambil menyuruh istrinya mengambil surat yg dimaksud. “Kayanya surat ini dikirim bersamaan sama surat yg Bapak terima itu.”
Setelah istrinya mengambil surat lalu Letnan Miki memeriksanya.
Quote:
021689120
Beritahu Letnan Miki untuk menghubungi saya ke nomor itu secepatnya.
Ingat, HANYA NOMOR HANDPHONE DIA yg bisa terhubung kesitu. Selain itu tidak akan tersambung.
Nomor itu sudah dilacak, jika ada yg berani menelfon menggunakan selain nomornya, atau bahkan berani mencoba melacak nomor itu, persiapkan anak-anakmu itu untuk melihat kegelapan seperti yg kau alami sekarang.
Beritahu Letnan Miki untuk menghubungi saya ke nomor itu secepatnya.
Ingat, HANYA NOMOR HANDPHONE DIA yg bisa terhubung kesitu. Selain itu tidak akan tersambung.
Nomor itu sudah dilacak, jika ada yg berani menelfon menggunakan selain nomornya, atau bahkan berani mencoba melacak nomor itu, persiapkan anak-anakmu itu untuk melihat kegelapan seperti yg kau alami sekarang.
PW
Letnan Miki hanya terdiam membaca surat itu. Dia lalu menyerahkan suratnya ke yg lain untuk dibaca, kemudian langsung mengeluarkan handphonenya dan menelfon ke nomor yg ada di surat tadi.
“Loh loh pak? Pak?! Jangan langsung dihubungi dulu pak! Bisa kita lacak ini. Jarang-jarang dia ninggalin jejak kaya gini!” Ujar salah seorang perwira dengan gusar ketika dia melihat Letnan Miki mulai menghubungi nomor itu. Tapi terlambat, Letnan Miki sudah meletakkan handphonenya ke telinga kirinya.
“Udah gapapa. Kita tau dia ngga pernah main-main. Gimana kalo ancaman di surat itu benar? Kita ngga boleh gegabah lagi. Kita ngga bisa ngorbanin orang tak bersalah lagi..” Jawab Letnan Miki dengan tenang. Beberapa saat kemudian telfonnya terhubung, dan dia langsung mengaktifkan perekam & speakernya agar percakapannya bisa didengar oleh semua orang yg ada di rumah itu. Semuanya pun langsung terdiam, lalu mulai menyimak dengan seksama ketika teleponnya akhirnya diangkat. Kemudian terdengar keras dari ujung telfon itu, suara cempreng aneh yg sepertinya sengaja untuk menyamarkan suara aslinya.
“Halo Mik! Gimana liburan ke Lampung nya kemarin? Asik ngga? Denger-denger lu udah punya asisten bocah pribadi ya? Well. Kayanya ini waktu yg tepat buat gue kembali lagi ke kehidupan kalian. Zaman udah semakin canggih, ngga kaya waktu zaman gue dulu. Polisi juga semakin pintar. Tapi itu artinya tantangannya jadi jauh lebih besar. Dan inilah yg udah gue tunggu-tunggu sejak lama. HAHAHAHA!!”
“Heh! Maumu apa sekarang hah?? Kamu pikir kita disini bahagia kamu udah ga muncul lagi. Justru kita juga nungguin kamu keluar biar bisa kita tangkap dan kita tembak mati didepan orang-orang yg sudah jadi korbanmu itu!” Balas Letnan Miki dengan marah.
“Hahaha! Munafik lu Mik. Sekarang aja gue udah muncul baru lu bilang gitu. Kemarin-kemarin kemana aja! Jangan karna gue ga muncul trus lu jadiin alesan ga bisa nangkep gue. Emang dasar elu dan semua temen-temen lu aja yg emang ngga niat ngelindungin masyarakat!”
Letnan Miki hanya terdiam mendengar jawabannya. Mukanya berubah merah padam. Sementara yg lain juga terlihat kesal.
“Udah lah. Gue ga mau basa-basi lagi. Langsung aja. Gue ga mau ngulangin apa yg mau gue bilang sebentar lagi. Toh ini telfon juga pasti direkam kan?
Gue udah naruh 2 bom berdaya ledak tinggi di 2 tempat yg berbeda. Ini lokasinya yg pertama:
WX W XCV WB WCV WB WCVB XCVB WXVB WXCB W WCVB WVB WCV WB XCVB WXCB WCB WXCV WCB WXC XV XCVB W WCVB WX WB WC W XCV XV W WXCN W WCVB WCBN W WXB XV XCVB W WCV WX WBN WVBN WXVBN CVBN WC WCV WCBN
Lalu ini yg kedua:
02 0 023 0123 025 123 1234 0124 13 123 0 02 1234 13 0134 0124 024 0134 024 012 0235 04 0234 13 0 123 13 012 0125 04 0124 01 0145 045 015 015 01 04 03
Gue cuma bisa ngasih 2 petunjuk. Yang pertama adalah, lu butuh 2 tahap buat nyari lokasi itu. Dan karna gue baik, kedua lokasi itu sama-sama menggunakan 2 tahap yg sama. Tapi awas, walaupun keliatan mirip, tapi tahap pertamanya agak berbeda bahannya, eksekusinya pun sedikit beda. Kemudian yg kedua, ini yg jadi alesan gue ngelibatin Tatang, karna dia mungkin bisa membantu buat tahap keduanya.
Well, lalu apa yg bakal terjadi kalo elu ga bisa pecahin kode itu? Ah..Ga perlu gue jawab lah ini ya. Lu udah tau pasti apa yg bakal terjadi. So, selamat mencari. Timer bom gue aktifin mulai dari sekarang dan akan meledak dalam waktu 24 jam. Hahahaha~”
“Hei! Sebentar!”
*tuut tuut tuut*
Spoiler for 4:
“Baj*ng*n! Keburu ditutup telfonnya..” Kata Letnan Miki dengan kesal sambil mematikan handphonenya.
“Walau tadi dia pakai penyamar suara, tapi dari gaya bicaranya sepertinya itu memang benar-benar dia. Tapi masih ada yg aneh..” Lanjut Letnan Miki sambil berusaha menenangkan dirinya sendiri.
“Apaan tuh Om?” Tanya Joni.
“Baru kali ini dia ngasih lokasi dalam bentuk kode. Biasanya dia langsung ngasih lokasinya dengan detil, tanpa berbelit-belit, juga disertai dengan nominal uang yg harus ditransfer. Tapi ini ngga..”
“Apa sebelumnya dia pakai penyamar suara juga?” Tanya Joni lagi.
“Sayangnya iya. Dari dulu kalau dia nelfon selalu pakai penyamar suara. Bahkan ketika nelfon sama anggotanya sendiri pun dia juga menyamarkan suaranya.”
“Kayanya emang iya Pak, itu beneran dia” Potong Tatang dengan tiba-tiba. “Walaupun baru kali ini setelah bertahun-tahun ngga pernah dengar suaranya lagi, tapi saya sendiri yakin yg barusan itu memang benar dia..”
“Entahlah. Tapi perasaanku bilang yg barusan itu bukan dia..” Kata Letnan Miki lagi.
“Yaudah, yg penting kita sekarang fokus ke kodenya dulu Om. Kita cuma dikasih waktu 24 jam dari sekarang. Apapun hasilnya nanti, paling ngga kita udah ada perkembangan.” Ujar Joni.
“Okelah. Ayo kita pecahin kode ini..” Sambung Letnan Miki sambil mengambil buku catatan dan pulpennya.
“Walau tadi dia pakai penyamar suara, tapi dari gaya bicaranya sepertinya itu memang benar-benar dia. Tapi masih ada yg aneh..” Lanjut Letnan Miki sambil berusaha menenangkan dirinya sendiri.
“Apaan tuh Om?” Tanya Joni.
“Baru kali ini dia ngasih lokasi dalam bentuk kode. Biasanya dia langsung ngasih lokasinya dengan detil, tanpa berbelit-belit, juga disertai dengan nominal uang yg harus ditransfer. Tapi ini ngga..”
“Apa sebelumnya dia pakai penyamar suara juga?” Tanya Joni lagi.
“Sayangnya iya. Dari dulu kalau dia nelfon selalu pakai penyamar suara. Bahkan ketika nelfon sama anggotanya sendiri pun dia juga menyamarkan suaranya.”
“Kayanya emang iya Pak, itu beneran dia” Potong Tatang dengan tiba-tiba. “Walaupun baru kali ini setelah bertahun-tahun ngga pernah dengar suaranya lagi, tapi saya sendiri yakin yg barusan itu memang benar dia..”
“Entahlah. Tapi perasaanku bilang yg barusan itu bukan dia..” Kata Letnan Miki lagi.
“Yaudah, yg penting kita sekarang fokus ke kodenya dulu Om. Kita cuma dikasih waktu 24 jam dari sekarang. Apapun hasilnya nanti, paling ngga kita udah ada perkembangan.” Ujar Joni.
“Okelah. Ayo kita pecahin kode ini..” Sambung Letnan Miki sambil mengambil buku catatan dan pulpennya.
bersambung..
----------------------------------------------------------

kelanjutan cerita ada di post #3
Diubah oleh Exxander 25-11-2016 03:29
0
3.6K
Kutip
23
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan