- Beranda
- Komunitas
- Games
- Can You Solve This Game?
Kasus Joni #02 - Kematian Bidan


TS
Exxander
Kasus Joni #02 - Kematian Bidan
Kasus Joni #02
KEMATIAN BIDAN


Spoiler for 1:
Sebulan setelah kejadian seorang barista dan pelajar SMK menghabisi nyawa seorang jurnalis di sebuah kontrakan, kini muncul kasus terbaru di sebuah kosan di daerah yang sama. Sebulan setelah kejadian itu, atau lebih tepatnya, seminggu sebelum hari raya Idul Fitri, Senin 21 Juli 2014. Dimana sebagian besar warga di Kabupaten Kandang Badak sudah mulai bersiap-siap melakukan rutinitas pulang kampung, sebagian warga lainnya dikejutkan oleh penemuan mayat seorang bidan rumah sakit tergantung di kamarnya sendiri.
Korban bernama Susi Ratnasari (26 tahun), diduga meninggal akibat kehabisan nafas pada pukul 10:30 malam di hari sebelumnya. Korban ditemukan tergantung di leher oleh tambang yang diikat ke lubang ventilasi di atas pintu, sedangkan pintunya sendiri terkunci dari dalam. Terdapat koper berisi penuh baju terguling dibawah kaki korban. Kunci kamarnya juga tergeletak disamping koper tadi. Sementara kasur, lemari, dan semua perabotan lain masih tertata rapi.
Melihat keadaan di tempat kejadian perkara, banyak polisi yang berpendapat kasus ini merupakan kasus bunuh diri. Sayangnya, Pak Mardi, inspektur polisi resort Kandang Badak meragukan hal itu. Dia lalu kembali menghubungi Joni untuk membantunya di kasus ini.
Korban bernama Susi Ratnasari (26 tahun), diduga meninggal akibat kehabisan nafas pada pukul 10:30 malam di hari sebelumnya. Korban ditemukan tergantung di leher oleh tambang yang diikat ke lubang ventilasi di atas pintu, sedangkan pintunya sendiri terkunci dari dalam. Terdapat koper berisi penuh baju terguling dibawah kaki korban. Kunci kamarnya juga tergeletak disamping koper tadi. Sementara kasur, lemari, dan semua perabotan lain masih tertata rapi.
Melihat keadaan di tempat kejadian perkara, banyak polisi yang berpendapat kasus ini merupakan kasus bunuh diri. Sayangnya, Pak Mardi, inspektur polisi resort Kandang Badak meragukan hal itu. Dia lalu kembali menghubungi Joni untuk membantunya di kasus ini.
Quote:
[21/7, 1:07 PM] Insp. Mardi: jon, lg dimana kamu?
[21/7, 1:10 PM] Joni Ismail: Masih kuliah nih pak, kenapa?
[21/7, 1:10 PM] Insp. Mardi: keluar jam brp? Kamu tau kosan Lestari kan? Nanti langsung kesitu ya. Ada kasus yg menarik nih
[21/7, 1:12 PM] Joni Ismail: Oh, oke pak nanti setengah 2 lewat saya kesana ya
[21/7, 1:10 PM] Joni Ismail: Masih kuliah nih pak, kenapa?
[21/7, 1:10 PM] Insp. Mardi: keluar jam brp? Kamu tau kosan Lestari kan? Nanti langsung kesitu ya. Ada kasus yg menarik nih
[21/7, 1:12 PM] Joni Ismail: Oh, oke pak nanti setengah 2 lewat saya kesana ya
Spoiler for 2:
“Terus, siapa yang pertama kali nemuin korban Pak?” Tanya Joni sambil berjongkok melihat mayat korban yang sudah diturunkan.
“Teman dekat sekaligus rekan kerjanya, Retno, 31 tahun. Dia bekerja di rumah sakit yang sama sebagai resepsionis. Karna pada hari ini korban tidak terlihat di tempat kerjanya, Retno lalu mencoba menghubungi ke handphonenya, tapi tak ada satupun yang dijawab. Akhirnya, karna sampai siang ini korban belum juga datang, maka Retno, atas persetujuan atasannya datang ke kosan ini untuk menengok korban.”
“Dia sendirian?”
“Iya dia sendiri yang kesini. Tapi begitu dia sampai kesini, pintunya terkunci. Beberapa kali pintunya diketuk tapi tak ada jawaban. Begitu dia menelfon lagi, terdengar suara handphone korban dari dalam kamar, tapi tak juga diangkat. Retno lalu mulai panik, dan bertanya ke tetangga sebelah, Bu Mirna. Kata tetangga sebelah, yang punya kosan, Pak Suroso (55 tahun) sudah mudik sejak 2 hari yang lalu. Tapi beliau menitipkan kunci-kunci kamar kosan cadangan ke tetangganya itu untuk jaga-jaga, karna selain korban, masih ada satu orang lagi yang menghuni kosan itu, sisanya sudah pulang kampung.
Akhirnya Bu Mirna & Retno membuka kamar korban dengan menggunakan kunci cadangan yang dititipkan di Bu Mirna. Tapi ternyata pintunya agak sulit didorong, setelah mereka masuk barulah mereka mengetahui penyebab pintu sulit didorong tadi, ternyata korban sudah ditemukan tergantung di balik pintu dengan tambang yang diikat ke lubang ventilasi di atas..”
Joni hanya diam mendengar penjelasan Pak Mardi sambil memeriksa jendela. Setelah itu dia mengalihkan perhatiannya ke atas pintu.
“Hm.. Retno, sebelum masuk kamar ini, apa dia ngga ngeliat dari luar ada tambang yang keiket diatas sana?”
“Katanya sih ngga. Menurutku juga wajar aja dia ngga ngeliat. Dia datang kesini dengan perasaan sedikit khawatir karna temannya ga masuk kerja, ditambah lagi handphone korban terdengar ada didalam ketika dia menelfon. Secara psikologis, wajar dia ga perhatiin ada tambang yang keiket di lubang ventilasi.”
“Trus kenapa panggil saya kesini pak? Udah jelas kan ini kasus bunuh diri?” Tanya Joni. “Jon.. Serius lah sedikit. Saya tau kamu pasti tau sesuatu”. “Oke oke, handphone korban ada dimana waktu itu?” “Itu, diatas kasur. Ah iya, ada yang menarik dari handphone korban setelah diperiksa..”
“Dan ‘My Everything’ ini pastilah pacar barunya?”
“Yap. Hildan Prasetyo (26 tahun). Pacar korban. Panggilan dari private number yang jam 7:50 itu ternyata dari dia. Dia mau ngasih kejutan ke korban dengan mengajak korban makan malam, tapi telfonnya di private number.”
“Private number yang satu lagi?”
“Entah. Tidak ada di daftar riwayat siapapun. Itulah Jon, yang bikin saya yakin ini bukan kasus bunuh diri. Pastilah itu pelakunya yang sedang menelfon korban untuk memastikan korban ada di kamarnya.”
“Kalau memang begitu, kenapa dia ngga hapus riwayatnya aja?”
“Dugaanku karna sebelumnya ada panggilan masuk juga dari private number, yang merupakan Hildan. Jadi dia ingin kita yakin bahwa kedua panggilan itu berasal dari nomor yang sama..”
“Yaudah. Lacak aja percakapan mereka itu. Selesai kan?”
“Jon.. Ini bukan kasus penggelapan uang negara yang melibatkan milyaran rupiah. Kasus kaya begini mah susah Jon buat minta izin penyadapan telfon..”
“Oke pak, anggaplah ini memang pembunuhan. Lalu bagaimana pelaku bisa keluar kamar dengan kondisi pintu dan jendela terkunci? Ditambah lagi jendelanya dipasangi teralis dan tidak ditemukan tanda-tanda kerusakan disana. Duplikat?”
“Kemungkinan besar ngga. Retno bilang korban cuma punya satu kunci, dan korban pernah bilang ke dia kalo korban ngga pernah mau bikin duplikat kunci buat siapapun, termasuk pacarnya itu. Jadi kunci kamar ini hanya ada dua, satu milik korban sendiri dan satu lagi kunci cadangan dari Pak Suroso yang dititipkan ke Bu Mirna.”
Joni lalu melihat lebih dekat ventilasi diatas pintu dengan menggunakan tangga kecil milik polisi. Tebal sekali debu disana. Kecuali di bagian sekitar ikatan tambang yang sudah tidak berdebu karna tergesek oleh tambang, dan di samping tambang tadi juga ternyata debunya hanya tipis, tidak setebal di sebagian besar ventilasi itu. Dia lalu turun dari tangga, kemudian mundur beberapa langkah. Pandangannya lurus ke arah pintu, seakan-akan ia ingin melihat langsung saat korban digantung. Diamatinya pula koper yang tergeletak menyamping dibawah pintu, juga kunci kamar yang ada di sebelah kiri koper. Hanya kunci biasa dengan gantungan kunci khas daerah Lampung dan beberapa kunci dari rumah sakit.
Tambangnya pun tak luput dari perhatiannya. Tambang yang terlihat masih baru itu terlihat sudah mengelupas di hampir setengah panjangnya.
“Baiklah Pak. Kalau memang Bapak yakin ini pembunuhan, berarti kita harus selidiki dulu orang-orang terdekat korban, kan?”
“Iya. Dan sudah saya lakukan tadi sebelum kamu kesini. Saya sudah menginterogasi 5 orang saya duga adalah pelakunya. Mereka adalah Retno, Hildan, Wawan, Rahmat, dan Bella.”
“Teman dekat sekaligus rekan kerjanya, Retno, 31 tahun. Dia bekerja di rumah sakit yang sama sebagai resepsionis. Karna pada hari ini korban tidak terlihat di tempat kerjanya, Retno lalu mencoba menghubungi ke handphonenya, tapi tak ada satupun yang dijawab. Akhirnya, karna sampai siang ini korban belum juga datang, maka Retno, atas persetujuan atasannya datang ke kosan ini untuk menengok korban.”
“Dia sendirian?”
“Iya dia sendiri yang kesini. Tapi begitu dia sampai kesini, pintunya terkunci. Beberapa kali pintunya diketuk tapi tak ada jawaban. Begitu dia menelfon lagi, terdengar suara handphone korban dari dalam kamar, tapi tak juga diangkat. Retno lalu mulai panik, dan bertanya ke tetangga sebelah, Bu Mirna. Kata tetangga sebelah, yang punya kosan, Pak Suroso (55 tahun) sudah mudik sejak 2 hari yang lalu. Tapi beliau menitipkan kunci-kunci kamar kosan cadangan ke tetangganya itu untuk jaga-jaga, karna selain korban, masih ada satu orang lagi yang menghuni kosan itu, sisanya sudah pulang kampung.
Akhirnya Bu Mirna & Retno membuka kamar korban dengan menggunakan kunci cadangan yang dititipkan di Bu Mirna. Tapi ternyata pintunya agak sulit didorong, setelah mereka masuk barulah mereka mengetahui penyebab pintu sulit didorong tadi, ternyata korban sudah ditemukan tergantung di balik pintu dengan tambang yang diikat ke lubang ventilasi di atas..”
Joni hanya diam mendengar penjelasan Pak Mardi sambil memeriksa jendela. Setelah itu dia mengalihkan perhatiannya ke atas pintu.
“Hm.. Retno, sebelum masuk kamar ini, apa dia ngga ngeliat dari luar ada tambang yang keiket diatas sana?”
“Katanya sih ngga. Menurutku juga wajar aja dia ngga ngeliat. Dia datang kesini dengan perasaan sedikit khawatir karna temannya ga masuk kerja, ditambah lagi handphone korban terdengar ada didalam ketika dia menelfon. Secara psikologis, wajar dia ga perhatiin ada tambang yang keiket di lubang ventilasi.”
“Trus kenapa panggil saya kesini pak? Udah jelas kan ini kasus bunuh diri?” Tanya Joni. “Jon.. Serius lah sedikit. Saya tau kamu pasti tau sesuatu”. “Oke oke, handphone korban ada dimana waktu itu?” “Itu, diatas kasur. Ah iya, ada yang menarik dari handphone korban setelah diperiksa..”
Spoiler for call history:
Monday, July 21st 2014
[12:11 PM. Missed Call] Retno
[12:10 PM. Missed Call] Retno
[10:07 AM. Missed Call] Retno
[07:20 AM. Missed Call] Retno
[07:19 AM. Missed Call] Retno
[07:18 AM. Missed Call] Retno
[07:17 AM. Missed Call] RS Umum Huluan
[07:17 AM. Missed Call] RS Umum Huluan
[07:16 AM. Missed Call] RS Umum Huluan
[07:15 AM. Missed Call] RS Umum Huluan
Sunday, July 20th 2014
[10:09 PM. Incoming] --Hidden Number-- (Duration: 11 minutes)
[07:50 PM. Incoming] --Hidden Number-- (Duration: 2 minutes)
[06:01 PM. Missed Call] Rahmat
[11:55 AM. Missed Call] Rahmat
[11:55 AM. Missed Call] Rahmat
[11:54 AM. Missed Call] Rahmat
[11:53 AM. Missed Call] Rahmat
[05:03 AM. Incoming] My Everything (Duration: 3 minutes)
[05:02 AM. Missed Call] My Everything
[05:02 AM. Missed Call] My Everything
[05:01 AM. Missed Call] My Everything
[05:00 AM. Missed Call] My Everything
[04:59 AM. Missed Call] My Everything
Saturday, July 19th 2014
[10:44 PM. Incoming] My Everything (Duration: 94 minutes)
[09:59 PM. Incoming] Retno (Duration: 29 minutes)
[09:08 PM. Outgoing] Retno (Duration: 50 minutes)
[08:11 PM. Missed Call] Rahmat
[04:18 PM. Incoming] Wawan (Duration: 2 minutes)
[02:42 PM. Missed Call] Rahmat
[02:41 PM. Missed Call] Rahmat
[02:41 PM. Missed Call] Rahmat
[02:40 PM. Missed Call] Rahmat
[11:55 AM. Outgoing] My Everything (Duration: 3 minutes)
[08:18 AM. Missed Call] Rahmat
[08:18 AM. Missed Call] Rahmat
[08:17 AM. Missed Call] Rahmat
[06:21 AM. Outgoing] Retno (Duration: 2 minutes)
[05:03 AM. Incoming] My Everything (Duration: 2 minutes)
[05:02 AM. Missed Call] My Everything
[05:02 AM. Missed Call] My Everything
Joni mengamati daftar panggilan itu dengan seksama, lalu bertanya, “Siapa si Rahmat ini?” “Oh, itu mantan korban. Sudah 3 tahun mereka berpacaran, tapi putus 2 bulan yang lalu.”[12:11 PM. Missed Call] Retno
[12:10 PM. Missed Call] Retno
[10:07 AM. Missed Call] Retno
[07:20 AM. Missed Call] Retno
[07:19 AM. Missed Call] Retno
[07:18 AM. Missed Call] Retno
[07:17 AM. Missed Call] RS Umum Huluan
[07:17 AM. Missed Call] RS Umum Huluan
[07:16 AM. Missed Call] RS Umum Huluan
[07:15 AM. Missed Call] RS Umum Huluan
Sunday, July 20th 2014
[10:09 PM. Incoming] --Hidden Number-- (Duration: 11 minutes)
[07:50 PM. Incoming] --Hidden Number-- (Duration: 2 minutes)
[06:01 PM. Missed Call] Rahmat
[11:55 AM. Missed Call] Rahmat
[11:55 AM. Missed Call] Rahmat
[11:54 AM. Missed Call] Rahmat
[11:53 AM. Missed Call] Rahmat
[05:03 AM. Incoming] My Everything (Duration: 3 minutes)
[05:02 AM. Missed Call] My Everything
[05:02 AM. Missed Call] My Everything
[05:01 AM. Missed Call] My Everything
[05:00 AM. Missed Call] My Everything
[04:59 AM. Missed Call] My Everything
Saturday, July 19th 2014
[10:44 PM. Incoming] My Everything (Duration: 94 minutes)
[09:59 PM. Incoming] Retno (Duration: 29 minutes)
[09:08 PM. Outgoing] Retno (Duration: 50 minutes)
[08:11 PM. Missed Call] Rahmat
[04:18 PM. Incoming] Wawan (Duration: 2 minutes)
[02:42 PM. Missed Call] Rahmat
[02:41 PM. Missed Call] Rahmat
[02:41 PM. Missed Call] Rahmat
[02:40 PM. Missed Call] Rahmat
[11:55 AM. Outgoing] My Everything (Duration: 3 minutes)
[08:18 AM. Missed Call] Rahmat
[08:18 AM. Missed Call] Rahmat
[08:17 AM. Missed Call] Rahmat
[06:21 AM. Outgoing] Retno (Duration: 2 minutes)
[05:03 AM. Incoming] My Everything (Duration: 2 minutes)
[05:02 AM. Missed Call] My Everything
[05:02 AM. Missed Call] My Everything
“Dan ‘My Everything’ ini pastilah pacar barunya?”
“Yap. Hildan Prasetyo (26 tahun). Pacar korban. Panggilan dari private number yang jam 7:50 itu ternyata dari dia. Dia mau ngasih kejutan ke korban dengan mengajak korban makan malam, tapi telfonnya di private number.”
“Private number yang satu lagi?”
“Entah. Tidak ada di daftar riwayat siapapun. Itulah Jon, yang bikin saya yakin ini bukan kasus bunuh diri. Pastilah itu pelakunya yang sedang menelfon korban untuk memastikan korban ada di kamarnya.”
“Kalau memang begitu, kenapa dia ngga hapus riwayatnya aja?”
“Dugaanku karna sebelumnya ada panggilan masuk juga dari private number, yang merupakan Hildan. Jadi dia ingin kita yakin bahwa kedua panggilan itu berasal dari nomor yang sama..”
“Yaudah. Lacak aja percakapan mereka itu. Selesai kan?”
“Jon.. Ini bukan kasus penggelapan uang negara yang melibatkan milyaran rupiah. Kasus kaya begini mah susah Jon buat minta izin penyadapan telfon..”
“Oke pak, anggaplah ini memang pembunuhan. Lalu bagaimana pelaku bisa keluar kamar dengan kondisi pintu dan jendela terkunci? Ditambah lagi jendelanya dipasangi teralis dan tidak ditemukan tanda-tanda kerusakan disana. Duplikat?”
“Kemungkinan besar ngga. Retno bilang korban cuma punya satu kunci, dan korban pernah bilang ke dia kalo korban ngga pernah mau bikin duplikat kunci buat siapapun, termasuk pacarnya itu. Jadi kunci kamar ini hanya ada dua, satu milik korban sendiri dan satu lagi kunci cadangan dari Pak Suroso yang dititipkan ke Bu Mirna.”
Joni lalu melihat lebih dekat ventilasi diatas pintu dengan menggunakan tangga kecil milik polisi. Tebal sekali debu disana. Kecuali di bagian sekitar ikatan tambang yang sudah tidak berdebu karna tergesek oleh tambang, dan di samping tambang tadi juga ternyata debunya hanya tipis, tidak setebal di sebagian besar ventilasi itu. Dia lalu turun dari tangga, kemudian mundur beberapa langkah. Pandangannya lurus ke arah pintu, seakan-akan ia ingin melihat langsung saat korban digantung. Diamatinya pula koper yang tergeletak menyamping dibawah pintu, juga kunci kamar yang ada di sebelah kiri koper. Hanya kunci biasa dengan gantungan kunci khas daerah Lampung dan beberapa kunci dari rumah sakit.
Tambangnya pun tak luput dari perhatiannya. Tambang yang terlihat masih baru itu terlihat sudah mengelupas di hampir setengah panjangnya.
“Baiklah Pak. Kalau memang Bapak yakin ini pembunuhan, berarti kita harus selidiki dulu orang-orang terdekat korban, kan?”
“Iya. Dan sudah saya lakukan tadi sebelum kamu kesini. Saya sudah menginterogasi 5 orang saya duga adalah pelakunya. Mereka adalah Retno, Hildan, Wawan, Rahmat, dan Bella.”
Spoiler for 3:
“Retno dulu deh Pak..”
“Oke. Retno adalah teman terdekat korban sekaligus rekan kerjanya di rumah sakit. Dia merupakan kakak dari Rahmat. Hubungannya dengan korban bisa dibilang sangat baik. Hampir tidak pernah ada perselisihan yang besar diantara mereka berdua. Kemarin setelah pulang dari rumah sakit pada pukul 8 malam, dia dan beberapa temannya pergi ke mall untuk karaoke bersama. Korban sebenarnya diajak juga tapi dia menolak karna sudah ada janji dengan pacarnya itu untuk makan malam di luar. Setelah itu Retno pulang sekitar jam 9:40, dan pada jam 10 dia mampir ke minimarket untuk membeli beberapa pembalut & makanan ringan.
Di minimarket itulah dia bertemu dengan Bella dan suaminya. Ini, ada bukti dari struk belanjanya, entah bisa membantu atau ngga, soalnya udah robek sebagian. Ini struknya..”
“Setelah dari minimarket, dia langsung melanjutkan perjalanan ke rumahnya yang berjarak 10 menit dari minimarket..”
“Trus, Bella?”
“Oke. Retno adalah teman terdekat korban sekaligus rekan kerjanya di rumah sakit. Dia merupakan kakak dari Rahmat. Hubungannya dengan korban bisa dibilang sangat baik. Hampir tidak pernah ada perselisihan yang besar diantara mereka berdua. Kemarin setelah pulang dari rumah sakit pada pukul 8 malam, dia dan beberapa temannya pergi ke mall untuk karaoke bersama. Korban sebenarnya diajak juga tapi dia menolak karna sudah ada janji dengan pacarnya itu untuk makan malam di luar. Setelah itu Retno pulang sekitar jam 9:40, dan pada jam 10 dia mampir ke minimarket untuk membeli beberapa pembalut & makanan ringan.
Di minimarket itulah dia bertemu dengan Bella dan suaminya. Ini, ada bukti dari struk belanjanya, entah bisa membantu atau ngga, soalnya udah robek sebagian. Ini struknya..”
Spoiler for struk Retno:
“Trus, Bella?”
Spoiler for 4:
“Berhubung tadi Retno bilang dia ketemu Bella Mustika (28 tahun) di minimarket, maka saya juga menanyakan tentang dia kepadanya. Bella adalah seorang ibu rumah tangga sekaligus penjahit di rumahnya. Dan ternyata Bella adalah mantan pasien korban 2 minggu yang lalu. Pada saat itu Bella melahirkan 2 anak kembarnya dibantu oleh korban. Tapi sayangnya, nyawa kedua anaknya tidak terselamatkan ketika keluar dari rahim ibunya. Korban merasa sangat bersalah saat itu, asistennya pun tau korban telah melakukan kesalahan tertentu yang menyebabkan anak Bella tadi meninggal. Sempat terjadi keributan saat itu antara pihak keluarga Bella dengan rumah sakit. Rumah sakit dan korban pribadi menawarkan bantuan ekonomi sebagai bentuk permohonan maaf kepada keluarga mereka, tapi ditolak mentah-mentah. Dan pada akhirnya, karna masalah itu tak kunjung selesai, pihak keluarga memutuskan berdamai dan memaafkan korban. Sejak saat itu tidak ada lagi kabarnya sampai sekarang.
“Lalu dimana Bella saat kejadian?”
“Seperti pengakuan Retno, Bella berada di minimarket sekitar jam 10 bersama suaminya, Doni (30 tahun), seorang pegawai swasta. Bella mengaku kelupaan membeli makanan ringan untuk bekal mudiknya ke Sragen, Jawa Tengah. Karna itu mereka pergi ke minimarket terdekat lalu bertemu Retno disana. Setelah itu mereka ke rumah, bersiap-siap, dan langsung berangkat mudik beserta kedua anaknya jam 11 malam.”
“Kenapa harus tengah malam?”
“Menghindari macet katanya.”
“Trus dia punya struknya juga?”
“Oh iya, ada nih, pas interogasi di telfon tadi saya minta fotokan struk belanjanya lalu kirim ke whatsapp saya. Ini dia..”
Joni kemudian melihat foto struk belanja Bella di handphone Pak Mardi.
“Lalu dimana Bella saat kejadian?”
“Seperti pengakuan Retno, Bella berada di minimarket sekitar jam 10 bersama suaminya, Doni (30 tahun), seorang pegawai swasta. Bella mengaku kelupaan membeli makanan ringan untuk bekal mudiknya ke Sragen, Jawa Tengah. Karna itu mereka pergi ke minimarket terdekat lalu bertemu Retno disana. Setelah itu mereka ke rumah, bersiap-siap, dan langsung berangkat mudik beserta kedua anaknya jam 11 malam.”
“Kenapa harus tengah malam?”
“Menghindari macet katanya.”
“Trus dia punya struknya juga?”
“Oh iya, ada nih, pas interogasi di telfon tadi saya minta fotokan struk belanjanya lalu kirim ke whatsapp saya. Ini dia..”
Joni kemudian melihat foto struk belanja Bella di handphone Pak Mardi.
Spoiler for struk Bella:
Spoiler for 5:
“Berikutnya adalah Hildan Prasetyo (26 tahun). Pacar korban yang bekerja sebagai pegawai swasta. Dia mengaku menelfon korban pada jam 7:40 dengan menggunakan private number dengan tujuan mengejutkan korban untuk mengajaknya makan malam di sebuah restoran favorit korban. Sudah saya cek di handphonenya ternyata benar ada riwayat panggilan keluar dengan durasi 2 menit pada jam 7:40 malam. Setelah mereka berdua makan malam, Hildan lalu mengantar korban kembali ke kosannya pada jam 10. Setelah itu dia langsung pulang ke rumahnya.
Selama menjalani hubungan dengan korban yang sudah berjalan sekitar satu bulan, Hildan mengaku tidak pernah ada perselisihan yang berarti diantara mereka. Bahkan bisa dibilang mereka sangat mesra sekali. Hampir setiap pagi Hildan menelfon korban untuk membangunkannya.”
“Bagaimana dengan mantannya tadi?”
“Rahmat Ilahi (28 tahun)? Oke. Dia merupakan adik dari Retno. Bekerja sebagai penulis lepas. Sudah menjalani hubungan dengan korban selama hampir 3 tahun. Sebenarnya Rahmat sudah berencana menikahi korban tahun ini, Retno dan korban pun sudah diberitahu rencananya itu sejak tahun kemarin, tapi sayang hubungan mereka putus 2 bulan yang lalu karna alasan yang tidak jelas. Semenjak putus itu, Rahmat selalu mencoba menghubungi korban lagi. Namun korban sepertinya sudah tidak menghiraukannya lagi.
Kemarin Rahmat mengaku ada di rumah temannya sedang berkumpul bersama merayakan ulang tahun salah satu temannya. Dia mencoba menghubungi korban sebelumnya untuk mengajaknya ikut dalam acara itu, tapi seperti yang kamu lihat di riwayat telfon korban tadi, tidak ada satupun telfon dari Rahmat yang diangkat korban. Rahmat lalu pergi ke pasar malam sendirian pada pukul 10:15 untuk membeli beberapa ekor ayam dan jagung hasil traktiran temannya yang ulang tahun untuk dibakar bersama. Kemudian kembali ke rumah temannya pada pukul 10:45. Sudah saya konfirmasi pula ke teman-temannya alibi dia ini. Dan mereka semua mengiyakannya.”
“Tadi Bapak bilang ada satu orang lagi yang masih tinggal di kosan ini selain korban, apa itu Wawan?”
Selama menjalani hubungan dengan korban yang sudah berjalan sekitar satu bulan, Hildan mengaku tidak pernah ada perselisihan yang berarti diantara mereka. Bahkan bisa dibilang mereka sangat mesra sekali. Hampir setiap pagi Hildan menelfon korban untuk membangunkannya.”
“Bagaimana dengan mantannya tadi?”
“Rahmat Ilahi (28 tahun)? Oke. Dia merupakan adik dari Retno. Bekerja sebagai penulis lepas. Sudah menjalani hubungan dengan korban selama hampir 3 tahun. Sebenarnya Rahmat sudah berencana menikahi korban tahun ini, Retno dan korban pun sudah diberitahu rencananya itu sejak tahun kemarin, tapi sayang hubungan mereka putus 2 bulan yang lalu karna alasan yang tidak jelas. Semenjak putus itu, Rahmat selalu mencoba menghubungi korban lagi. Namun korban sepertinya sudah tidak menghiraukannya lagi.
Kemarin Rahmat mengaku ada di rumah temannya sedang berkumpul bersama merayakan ulang tahun salah satu temannya. Dia mencoba menghubungi korban sebelumnya untuk mengajaknya ikut dalam acara itu, tapi seperti yang kamu lihat di riwayat telfon korban tadi, tidak ada satupun telfon dari Rahmat yang diangkat korban. Rahmat lalu pergi ke pasar malam sendirian pada pukul 10:15 untuk membeli beberapa ekor ayam dan jagung hasil traktiran temannya yang ulang tahun untuk dibakar bersama. Kemudian kembali ke rumah temannya pada pukul 10:45. Sudah saya konfirmasi pula ke teman-temannya alibi dia ini. Dan mereka semua mengiyakannya.”
“Tadi Bapak bilang ada satu orang lagi yang masih tinggal di kosan ini selain korban, apa itu Wawan?”
Spoiler for 6:
“Ya, benar, satu lagi yang patut dicurigai adalah Wawan Pangestu (33 tahun). Dia tinggal di kamar di lantai bawah. Lantai bawah ini memang sengaja diperuntukkan oleh laki-laki.
Wawan bekerja sebagai petugas keamanan di pabrik elektronik di Kota Cimanis. Kemarin dia dapat shift malam, jadi dia mulai jaga dari jam 7 malam sampai jam 5 pagi. Dia baru sampai di kosannya tadi pagi jam setengah 7.”
“Ga terlalu mencurigakan ya..”
“Saya pikir juga begitu, sampai saya tanya berapa orang yang menjaga pabrik malam itu. Dia jawab hanya ada 4 orang termasuk dirinya untuk menjaga keempat sisi pabrik. Normalnya setiap sisi luar dijaga oleh 2 orang, ditambah 2 orang didalam pabrik, tapi berhubung yang lain sudah ada yang mengambil cuti, jadi penjagaan disana berkurang menjadi hanya 4 orang.”
“Berarti dia hanya berjaga di satu sisi, dan ada kemungkinan dia meninggalkan pabrik pada waktu kejadian tanpa diketahui yang lain?”
“Begitulah..”
“Tapi apa masalahnya dengan korban?”
“Wawan mengaku pernah dilecehkan secara verbal oleh korban beberapa hari yang lalu, tapi menurutnya itu bukan hal yang mengejutkan karna korban memang dikenal sedikit angkuh dan kurang akrab dengan tetangga kosan lainnya.”
"Begitu ya.." Kata Joni sambil mulai menggambar sesuatu di buku catatannya.
"Gambar apaan kamu?"
"Ilustrasi TKPnya, Pak. Biar lebih jelas aja."
“Oke oke..” Joni lalu mulai membakar rokoknya. “Bu Mirna gimana? Sejak Pak Suroso mudik dia yang pegang kunci kan?”
“Ah, Bu Mirna ga usah dimasukin daftar. Dia bisa dipercaya kok. Terkenal paling bijaksana diantara warga sini, wajar Pak Suroso nitip kuncinya ke dia..”
“Handphone mereka udah dicek juga?”
“Udah kok. Paling cuma handphone Bella & suaminya yang belum karna mereka sudah berangkat mudik. Dan diantara mereka ga ada yang mencurigakan di handphonenya selain yang udah saya bahas tadi.”
“SMS atau chat-chat di handphone korban gimana?”
“Ga ada. Ga ada lagi yang mencurigakan. Isinya cuma dari pacarnya sama temen-temennya doang.”
Joni lalu duduk di kasur korban. Bungkus rokok & lighter dia taruh disampingnya. Sementara Pak Faisal mengambil tempat di seberangnya. Mereka kemudian terdiam beberapa saat. Lalu diantara wangi yang berasal dari penyemprot otomatis di dinding kamar, Pak Mardi memecah keheningan.
“Jadi gimana Jon..” Tanya Pak Mardi sambil menyambar bungkus rokok Joni. “Apa bener ini kasus bunuh diri? Atau pembunuhan?”
Wawan bekerja sebagai petugas keamanan di pabrik elektronik di Kota Cimanis. Kemarin dia dapat shift malam, jadi dia mulai jaga dari jam 7 malam sampai jam 5 pagi. Dia baru sampai di kosannya tadi pagi jam setengah 7.”
“Ga terlalu mencurigakan ya..”
“Saya pikir juga begitu, sampai saya tanya berapa orang yang menjaga pabrik malam itu. Dia jawab hanya ada 4 orang termasuk dirinya untuk menjaga keempat sisi pabrik. Normalnya setiap sisi luar dijaga oleh 2 orang, ditambah 2 orang didalam pabrik, tapi berhubung yang lain sudah ada yang mengambil cuti, jadi penjagaan disana berkurang menjadi hanya 4 orang.”
“Berarti dia hanya berjaga di satu sisi, dan ada kemungkinan dia meninggalkan pabrik pada waktu kejadian tanpa diketahui yang lain?”
“Begitulah..”
“Tapi apa masalahnya dengan korban?”
“Wawan mengaku pernah dilecehkan secara verbal oleh korban beberapa hari yang lalu, tapi menurutnya itu bukan hal yang mengejutkan karna korban memang dikenal sedikit angkuh dan kurang akrab dengan tetangga kosan lainnya.”
"Begitu ya.." Kata Joni sambil mulai menggambar sesuatu di buku catatannya.
"Gambar apaan kamu?"
"Ilustrasi TKPnya, Pak. Biar lebih jelas aja."
Spoiler for ilustrasi TKP:

“Oke oke..” Joni lalu mulai membakar rokoknya. “Bu Mirna gimana? Sejak Pak Suroso mudik dia yang pegang kunci kan?”
“Ah, Bu Mirna ga usah dimasukin daftar. Dia bisa dipercaya kok. Terkenal paling bijaksana diantara warga sini, wajar Pak Suroso nitip kuncinya ke dia..”
“Handphone mereka udah dicek juga?”
“Udah kok. Paling cuma handphone Bella & suaminya yang belum karna mereka sudah berangkat mudik. Dan diantara mereka ga ada yang mencurigakan di handphonenya selain yang udah saya bahas tadi.”
“SMS atau chat-chat di handphone korban gimana?”
“Ga ada. Ga ada lagi yang mencurigakan. Isinya cuma dari pacarnya sama temen-temennya doang.”
Joni lalu duduk di kasur korban. Bungkus rokok & lighter dia taruh disampingnya. Sementara Pak Faisal mengambil tempat di seberangnya. Mereka kemudian terdiam beberapa saat. Lalu diantara wangi yang berasal dari penyemprot otomatis di dinding kamar, Pak Mardi memecah keheningan.
“Jadi gimana Jon..” Tanya Pak Mardi sambil menyambar bungkus rokok Joni. “Apa bener ini kasus bunuh diri? Atau pembunuhan?”
bersambung..
----------------------------------------------------------

kelanjutan cerita ada di post #3
Diubah oleh Exxander 24-09-2016 13:04




anon009 dan tien212700 memberi reputasi
0
9K
Kutip
110
Balasan
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan