

TS
Takuto
[One-shot] With-er
Spoiler for 01 of 05:
Menilai waktu yang ada, adalah beberapa saat lagi jam istirahat berakhir. Bagi Kazuki yang telah
tuntas mensuplai energinya lepas kembali dari kantin, tak banyak hal yang ingin ia lakukan selain
menunggu jam pelajaran dimulai kembali. Meletakkan kepala di atas meja--santai, tidak perlu
berpikir banyak, itulah pilihannya sembari menunggu.
Dalam posisi itu, adalah pandangnya menemukan salah satu siswa teman sekelasnya di dekat
pintu. Mengobrol dengan siswi kelas sebelah; dikenal mereka sebagai pasangan. Canda tawa
terlihat jelas, memberi atmosfir menyenangkan yang membuat murid lainnya serta memberi
canda dalam obrolan mereka terkait hubungan keduanya.
Banyak yang mengatakan masa-masa paling indah adalah masa-masa di sekolah; terutama soal
yang dinamakan 'kisah kasih'. Hal yang seringkali diungkapkan dengan kondisi dimana hati akan
berdebar, ingin berada di sampingnya. Selamat bagi keduanya; berharap dirinya sendiri takkan
makan waktu lama untuk bisa merasakannya kelak, benak Kazuki sembari tersenyum kecil.
"Kazuki!"
Panggilan datang terdengar dari atas; kepala yang tersandar itu tergerak, menemukan sosok
siswa seusianya yang rupawan--dikenal baik olehnya, tak lain adalah temannya sejak sekolah
menengah, namanya adalah Rei.
Menampilkan senyum dan ekspresi riang, Rei adalah pribadi yang lain dengan Kazuki.
Penampilan rupawan bagai tokoh utama laki-laki dalam komik perempuan, dilengkapi prestasi
sabuk merah karate serta nilai diatas rataan kelas memastikan popularitas temannya ini hingga
jadi penerima cokelat terbanyak 14 Februari lalu. Menilik sifat serta pribadi keduanya, kadang
Kazuki masih saja dibuat heran ternyata sungguh ada orang yang seperti itu.
Meski beberapa bulan terakhir tingkah Rei membuatnya cemas, namun itu bukan halangan
untuk beranjak dari zona nyaman dan bersikap layaknya seorang teman; "Ada apa?"
"Kazuki, apa hari Minggu nanti kau kosong?"
"Kosong, kenapa?"
"Kalau begitu seperti biasa 'ya, jangan lupa dan jangan sampai terlambat!"
Kalimat 'seperti biasa', berikut penutup yang ditegaskan 'kata seru' itu seperti hadir tepat
sesuai kecemasannya terkait perilaku temannya itu beberapa bulan terakhir. Telah lama
bersahabat dengannya membuatnya paham benar, bila sudah berkata demikian Rei
takkan menerima jawaban 'tidak', Kazuki hanya bisa menghela nafas dan menjawab;
"... Oke ..."
Terpikirkan sedikit oleh Kazuki, bila ia hanya mampu bersabar dengan situasinya ini ...
tuntas mensuplai energinya lepas kembali dari kantin, tak banyak hal yang ingin ia lakukan selain
menunggu jam pelajaran dimulai kembali. Meletakkan kepala di atas meja--santai, tidak perlu
berpikir banyak, itulah pilihannya sembari menunggu.
Dalam posisi itu, adalah pandangnya menemukan salah satu siswa teman sekelasnya di dekat
pintu. Mengobrol dengan siswi kelas sebelah; dikenal mereka sebagai pasangan. Canda tawa
terlihat jelas, memberi atmosfir menyenangkan yang membuat murid lainnya serta memberi
canda dalam obrolan mereka terkait hubungan keduanya.
Banyak yang mengatakan masa-masa paling indah adalah masa-masa di sekolah; terutama soal
yang dinamakan 'kisah kasih'. Hal yang seringkali diungkapkan dengan kondisi dimana hati akan
berdebar, ingin berada di sampingnya. Selamat bagi keduanya; berharap dirinya sendiri takkan
makan waktu lama untuk bisa merasakannya kelak, benak Kazuki sembari tersenyum kecil.
"Kazuki!"
Panggilan datang terdengar dari atas; kepala yang tersandar itu tergerak, menemukan sosok
siswa seusianya yang rupawan--dikenal baik olehnya, tak lain adalah temannya sejak sekolah
menengah, namanya adalah Rei.
Menampilkan senyum dan ekspresi riang, Rei adalah pribadi yang lain dengan Kazuki.
Penampilan rupawan bagai tokoh utama laki-laki dalam komik perempuan, dilengkapi prestasi
sabuk merah karate serta nilai diatas rataan kelas memastikan popularitas temannya ini hingga
jadi penerima cokelat terbanyak 14 Februari lalu. Menilik sifat serta pribadi keduanya, kadang
Kazuki masih saja dibuat heran ternyata sungguh ada orang yang seperti itu.
Meski beberapa bulan terakhir tingkah Rei membuatnya cemas, namun itu bukan halangan
untuk beranjak dari zona nyaman dan bersikap layaknya seorang teman; "Ada apa?"
"Kazuki, apa hari Minggu nanti kau kosong?"
"Kosong, kenapa?"
"Kalau begitu seperti biasa 'ya, jangan lupa dan jangan sampai terlambat!"
Kalimat 'seperti biasa', berikut penutup yang ditegaskan 'kata seru' itu seperti hadir tepat
sesuai kecemasannya terkait perilaku temannya itu beberapa bulan terakhir. Telah lama
bersahabat dengannya membuatnya paham benar, bila sudah berkata demikian Rei
takkan menerima jawaban 'tidak', Kazuki hanya bisa menghela nafas dan menjawab;
"... Oke ..."
Terpikirkan sedikit oleh Kazuki, bila ia hanya mampu bersabar dengan situasinya ini ...
Note: This Is A Work Of Fiction
0
1.5K
Kutip
10
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan