Starfish adalah nama café di daerah itu. Sebenarnya café Starfish kalah populer jika dibandingkan dengan café Deco Noveau yang jaraknya hanya 100 meter darinya. Namun, setiap hari adalah hari sibuk di Starfish.

Letaknya berdekatan dengan area downtown, sehingga banyak pekerja kantoran yang melepas lelah disana. Jam 1 siang biasanya café dipadati oleh para corporate droneyang bersantai dengan rekan kerja mereka. Seorang klien menemui kontaknya untuk minum kopi dan membahas proyek mereka.

Jika mereka datang sendiri, biasanya mereka duduk dekat counter dan memesan langsung dari sang barista. Para barista di Starfish sudah dilatih agar mereka mampu mengerti suasana hati para pelanggan, sehingga mereka dapat menyajikan minuman yang dapat mencerahkan perasaan mereka. Kadang mereka tak ubahnya sebagai tempat curcol. Tidak semua usaha mereka berhasil, namun inilah salah satu alasan yang membuat jumlah pelanggan Starfish tidak pergi ke Deco Noveau.

Selain dari minumannya, suasana di dalam café juga sangat menenangkan. Kesan warna interiornya adalah kalem. Tidak pucat dan tidak gelap, serta tidak terlalu vivid. Banyak perabotannya menggunakan bahan kayu red oak yang sudah dipernis. Busa kursinya empuk dilapisi kulit berwarna lime, begitu pula dengan barstool-nya yang tinggi. Counternya kokoh dengan potongan keramik pilihan berwarna marun di atasnya.

Pilihan musik yang diputar lewat speaker pun selalu pas dengan suasana nyaman dan tenang di dalam café. Berbagai jenis musik jazz modern diputar, mulai dari chillout, bossanova, hingga yang bergaya pop. Setiap weekend, Starfish menggelar open stage dimana hiburan panggung bisa diisi oleh musisi jazz pemula dan berpengalaman. Dua hari itu menjadi tempat para penikmat musik bertukar ilmu dan pengalaman.

Meski kalah bersaing dengan café Deco Noveau yang punya gedung sendiri, café Starfish yang menempati sebuah ruko kontrakan memiliki tempat tersendiri di hati pelanggan setianya. Hal yang membuat café Starfish selalu dikenang, adalah karena rasa kopinya yang “intim”.