- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Dunia Delusi - Under The Sky Part 5


TS
ucikha48
Dunia Delusi - Under The Sky Part 5
Spoiler for Part 5:
Under The Sky #5
Spoiler for Cerita:
Di dalam sebuah ruangan gelap, hanya ada lampu 5 watt yang memberikan sedikit penerangan menjadikan ruangan itu nampak remang-remang. Ruangan itu nampak hening, hanya suara air mancur yang mengalir yang mengisi heningnya pagi itu. Ruangan yang nampaknya rutin digunakan, dapat dilihat dari berbagai perlengkapan yang ada di dalamnya yang tertata rapi.
Di sudut yang paling dekat dengan pintu, nampak tiga buah dekstop komputer yang berjejer. Dua diantaranya sedang menyala, menampilkan belasan window dan tab yang berisi kode-kode huruf, angka dan gambar yang sulit dimengerti.
Di sudut jauh dari pintu, nampak sebuah meja, dengan berbagai perlengkapan aneh. Ada yang mirip mesin jahit, ada yang mirip printer, ada pula yang mirip mesin fotokopi. Nampak bekas alat las, bor mesin, dan solder yang baru saja dimatikan, baru saja digunakan oleh pemiliknya.
Di sisi lain, di sebuah dinding, terdapat sebuah lemari besar. Tersusun di lemari itu adalah berbagai senjata, mulai dari senjata jarak jauh, hingga jarak dekat. Berjajar di rak paling atas adalah deretan senapan jarak jauh, mulai dari AWP, Mark 14 Mod, hingga British 388. Deretan di bawahnya adalah handgun yang berjejer mulai dari Beretta, Glock, Dessert Eagle hingga Magnum Revolver. Di rangakaian terbawah adalah senjata jarak dekat berupa Dual Dagger, Samurai, knuckle, hingga berbagai senjata modifikasi.
Di dalam ruangan itu, nampak 4 orang sedang sibuk dengan benda di hadapannya masing-masing. Seolah mahasiswa yang sibuk mengerjakan skripsinya menghadapi deadline esok hari, mereka begitu fokus mengerjakan sesuatu di hadapan masing-masing.
"Done!", ucap Mizhak memecah keheningan.
"Oke, Hold dulu Zhak, planning gw masih belum selesai...", respon N.
"Gw juga sebentar lagi kelar nih...", sahut Ray.
"Ahh... Coba ada Niqolas disini... Kan mayan nih AWP bisa di utak-atik...", ucap Christ agak mengeluh.
"Udahlah, fokus aja kelarin, nggak usah berharap sama yang nggak ada di sini...", perintah N.
N, Christ, Ray dan Mizhak. Keempat pemuda anggota Asian Secret Agent Service ini tengah mempersiapkan misi mereka di hari itu. Walaupun, sebenarnya lebih tepat disebut sebagai counter mission daripada misi. Sebuah counter mission penggagalan misi pengeboman sebuah Mall di Jakarta.
Hampir dua jam lamanya mereka berkutat dengan kepentingan masing-masing. Mizhak yang sedari tadi berhadapan dengan layar komputer di depannya. Ray yang melakukan beberapa analisis dengan komputer dan beberapa perangkat elektronik. Christ yang sibuk membongkar-pasang beberapa senjata yang berserakan di meja di depan lemari senjata. Hingga N yang tak henti-hentinya mengerutkan dahi seolah memikirkan suatu hal yang begitu rumit.
"Oke, tolong dengarkan baik-baik, ini rencana kita...", ucap N.
Mereka berempat telah usai berkutat dengan kebutuhan masing-masing. Kemudian ditutup dengan presentasi terakhir sekaligus persiapan terakhir sebelum pelaksanaan misi.
"Gw dan Christ akan tiba di lokasi pukul 01.00, satu jam sebelum misi dimulai...", ucap N.
"Kita berdua akan ambil paksa identitas satpam di lokasi, kemudian bersiap menghadapi kendaraan pembawa bom... Zhak? Sudah pastikan kendaraan?", lanjut N.
"Kendaraan berupa sebuah mini truck. Berisikan empat orang kurir.", jelas Mizhak.
"Sudah pastikan bentuk bom nya?", lanjut N.
"Sorry banget, tapi gw nggak bisa lacak sejauh itu. Sampai detik ini, gw masih belum bisa memperkecil kemungkinan bentuk bom yang mereka bawa...", ucap Mizhak.
"Kita bisa akalin kok... Ini, coba lo pake N...", ucap Ray sambil memberikan sebuah kacamata kepada N.
N segera menerimanya dan menggunakan kacamata itu. Nampak sebuah gambar infra merah. Hanya terdapat sedikit warna dari pantulan gambar kacamata tersebut. Ketika di arahkan kepada manusia, memberikan gambaran warna biru, kemudian ketika diarahkan ke senjata api, memberikan gambaran warna merah.
"Itu adalah lensa detektor... Dia bisa mendeteksi suhu panas yang muncul dari sebuah alat ledak...", ucap Ray.
"Coba lo liat ke arah peluru-peluru di meja, dia akan memberikan warna merah, menandakan ada bahan peledak di item tersebut...", lanjut Ray.
"Okay, dimengerti... Thank's Ray, alat yang sangat membantu...", ucap N.
"Cuma tetep ada kekurangan... Detektor itu nggak bisa bedain mana bahan peledak berupa bom, dan mana bahan peledak di dalam senjata api... Jadi lo musti perhatikan bentuk cahaya merah yang muncul, kalau sekiranya jumlahnya besar, kemungkinan besar itu bom...", jelas Ray.
"Okay, thank you... Tetep ini sangat membantu...", balas N.
"Gw lanjutkan lagi... Setelah mendapatkan bentuk bom nya nanti, Christ akan memancing semua kurir itu keatas, ketempat toko berada... Sementara itu, gw akan coba deactive bom nya... Christ, lo siap kan hadapi empat orang, mungkin mereka bukan kurir biasa...", lanjut N.
"Woles... Berreta sama Knuckle ini udah cukup buat jadi temen gw ngehabisin selusin fighter agent sekalipun...", balas Christ sambil memamerkan kedua senjatanya.
"Oke, gw tau kok lu bisa... Tapi tetep hati-hati ya bos...", respon N.
Kemudian N menjelaskan panjang lebar tentang rencana yang ia buat dengan berbagai kemungkinan yang bisa terjadi. Rencana yang mudah di mengerti oleh ketiga orang lainnya, karena mereka memang sudah terbiasa mendengarkan presentasi rencana dari N.
"Well... Begitu rencana kita... Mizhak kontrol dari mobil, Ray kontrol dan antisipasi semua kemungkinan dari kantor... Bisa dimengerti??", tutup N.
"Roger that!!!", ucap ketiganya serempak.
Sabtu, 16 Maret 2013, pukul 18.00
Sebuah mobil melewati jalan Senayan, melambat di depan fX Mall Senayan. Setelah berhenti, mobil itu membuka kaca sebelah kirinya. Nampak di dalamnya, N dikursi pengemudi dan Christ di sebelahnya, sementara Ray dan Mizhak di bangku belakang. Mereka berempat sengaja berhenti di depan, untuk melihat bangunan megah tersebut.
Tak ada kata yang keluar dari mulut keempat pemuda tersebut. Hanya pandangan mata yang tetap diam menatap gedung. Tatapan yang bermakna kesedihan, namun juga harapan, yang tersimpan di dalam hati mereka.
"Lima jam lagi guys... Get ready...", ucap N.
"Ya... Kalo boleh jujur sih, ini persiapan misi kita yang paling nggak sempurna sepanjang gw kerja bareng kalian...", ucap Ray lirih.
"Well, mau gimana lagi...", desah Mizhak ringan.
"Pasti bisa!!! Gw yakin kok... kita berempat ucah cukup...", balas Christ meyakinkan ketiga rekannya.
"Ya... Kita pasti bisa...", ucap N.
Jendela kiri mobil pun naik kemudian tertutup. N kembali menjalankan mobilnya. Pandangannya hampir kosong, hanya terfokus pada jalanan yang ada di depannya.
Christ yang melihat pertnernya itu, seketika menyalakan rokok. Kemudian ia menawarkannya kepada N. N yang melihat kawannya menawarinya rokok, segera menerimanya sambil menatap matanya. Mereka berdua seolah saling berbicara lewat tatapan matanya. Tatapan yang hanya dimengerti oleh kedua orang field agent. Tatapan yang kemudian diakhiri dengan sebuah senyuman tanpa memandang satu sama lain.
Sabtu, 17 Maret 2013, pukul 01.00
N dan Christ yang menggunakan jaket rapat menutupi wajahnya, berjalan di trotoar depan fX Mall. Misi sudah dimulai, misi hidup dan mati yang menentukan nasib lebih dari empat orang agent, tapi nasib dari ratusan orang yang terkait dengan lokasi.
"Ready??", bisik N.
"Oke...", jawab Christ.
Mereka berdua menyelinap pagar yang hanya terbuka seukuran tubuh saja. Kemudian berjalan ke arah lobby gedung. Melihat dua orang memasuki area gedung, satpam setempat pun mendekati dan menegur mereka berdua.
"Mas, mau kemana??", tegur Satpam.
Tidak ada jawaban yang muncul dari keduanya. Hanya jalan mereka yang semakin cepat semakin mendekat. Christ kemudian mempercepat langkahnya, semi berlari mendekat ke arah satpam. Melihat orang mendekat, satpam pun bereaksi dengan bersiap mengeluarkan tongkatnya. Namun, sebelum ia berhasil mencapai tongkatnya, seketika itulah tangan Christ memukul pundaknya.
Christ berhasil melumpuhkan satpam. Bukan membunuhnya, hanya membuatnya menjadi pingsan saja. Kemudian menyeret nya ke lantai basement, melepas pakaian dan ID card satpam, dan mengenakannya pada N.
Setelah berkamuflase menjadi satpam, N segera bergerak ke arah lobby. Sementara Christ masuk ke pintu belakang gedung. Sesampainya di depan, N segera mengontak Ray dan Mizhak dengan menggunakan wireless yang ia gunakan di tellinga kanannya.
"Akses masuk... Segera informasikan setiap ada pergerakan...", ucap N.
"Dimengerti...", jawab Ray dan Mizhak melalui wireless.
Ray yang standby di markas, bertugas untuk mengamati setiap pergerakan kendaraan di sekitar lokasi. Ia melacaknya dengan menggunakan satelite hacking, mengakses setiap kamera satelit yang ada. Sementara itu, Mizhak yang standby di mobil van yang dilokasikan berjarak 1km dari lokasi, bertugas menjaga jika ada gangguan radio masuk atau mencegah leaking di lokasi. Dan yang paling penting adalah menjaga apabila terjadi perubahan rencana mendadak dan memerlukan untuk menjemput N dan Christ.
N yang sudah standby di depan, melihat kearah jam tangannya. Sepuluh menit lagi tepat pukul 02.00, waktu yang ditetapkan datangnya mobil kurir misi ini. Christ muncul dari samping gedung, sudah menggunakan seragam satpam. Sesuai rencana, Christ berhasil melumpuhkan semua satpam, dan merusak semua kamera CCTV di lantai dasar. Berdua, N dan Christ berdiri di lobby, berperan seolah sebagai satpam gedung yang berjaga.
"N... Mobil masuk...", ucap Ray melalui wireless.
N melihat jam tangannya, tepat pukul 01.59, sudah waktunya sebuah mobil mini truck sampai di depan gedung. N dan Christ menjemputnya keluar, membukakan gerbang, dan mengarahkan mobil parkir di depan lobby.
Sesuai informasi dari Mizhak, empat orang kurir keluar dari dalam mobil, keempatnya berpakaian serba putih. Setelah menunjukan dokumen-dokumen kurir barang, N dan Christ mulai menggeledah keempat kurir tersebut, dan tidak menemukan senjata apapun.
"Mas, saya mau cek barang di dalam mobil dulu...", ucap N.
"Silahkan mas...", jawab salah seorang kurir.
N yang sudah mengenakan kacamata detektor, mulai membuka pintu mobil dan menggeledah seluruh barang yang ada. Sebuah kejanggalan terjadi. N tidak menemukan satu tanda merah pun di lensa. Bahkan setelah ia membuka barang paling bawah sekalipun. Yang N temukan hanya sayuran dan beberapa bahan makanan saja, terbungkus dengan rapi.
"Ray, lo yakin semua bahan peledak bisa terdeteksi??", ucap Nlirih lewat wireless.
"Yakin kok... Semua bahan peledak bisa terdeteksi... Hanya nuklir yang mungkin nggak bisa... Tapi mereka nggak mungkin pake nuklir kecuali mau ngehancurin semua Jakarta Selatan...", jawab Ray.
"Gw nggak mendeteksi apapun Ray... Coba lo cek, mungkin kendaraan yang lain...", balas N.
"Negatif... Nggak ada kendaraan sekitar lokasi yang mengarah ke lokasi....", ucap Ray.
"Mizhak, masuk... Ada kemungkinan nggak pancaran radiasi yang bisa digunakan bom jarak jauh?", tanya N pada Mizhak.
"Negatif bro... Nggak terdeteksi sinyal apapun yang mencurigakan...", jawab Mizhak.
"Ray, coba lo...", belum sempat N bicara kembali pada Ray, seseorang menepuk pundaknya.
"Mas, bisa cepetan nggak? Kami harus mengantar ketempat lain juga nih...", ucap salah seorang kurir.
N kemudian melihat jam di tangannya. Benar saja, sudah sekitar 20 menit N menggeledah mobil dan hasilnya nihil. Ia pun buntu, tak tau harus mengulur waktu bagaimana lagi.
"Oh, ya... Maaf mas... silakan diangkat ke atas.. Teman saya nanti yang antar...", jawab N.
N pun memberi kode kepada Christ, dijawab dengan sebuah anggukan tanda mengerti. Keempat kurir pun segera membongkar barang dan mengangkutnya ke dalam menuju ke atas. Christ mengantar keempat kurir itu kedalam gedung.
Setelah keempat kurir itu masuk, N kembali menggeledah mobil. Ia membuka jok mobil, hingga setiap celah yang ada. Namun, tetap saja, hasilnya nihil. N mulai kebingungan, ragu kalau-kalau bom sudah terbawa barang yang diangkat kurir ke atas bersama Christ.
"Christ, gw nggak nemu apapun, waspada setiap pergerakan mereka...", ucap N.
"Oke...", balas Christ melalui wireless.
"N...Masuk N...", ucap Mizhak.
"Ya... N masuk... Napa Zhak??", balas N.
"Ada sedikit gangguan sinyal... Gw juga bingung dari mana datangnya... bzzzttt...", ucap Mizhak agak patah-patah.
"Ray... Masuk Ray... Zhak... Masuk Zhak...", ucap N mulai merasa ada sesuatu yang janggal.
"Cek ban serep di bagian bawah belakang mobil N... Mungkin disitu bomnya...", akhirnya terdengar juga jawaban dari wireless meskipun masih agak terputus-putus.
"Oke...", jawab N.
N segera bergerak ke belakang mobil. Ia membungkuk untuk mengarahkan lensa ke bagian yang dimaksud. Dan benar saja!!!
Lensa menunjukkan warna merah, menandakan ada bahan peledak di bagian tersebut. Bagian merah yang menunjukkan posisi ban serep mobil di bagian belakang bawah mobil. N pun segera mengambil tindakan untuk mengambil ban tersebut. Ia bermaksud mengambil ban dan mencoba men-deactive bom tersebut.
BUGH!!!
N terjatuh tersungkur. Seseorang telah memukul bahunya. N agak kehilangan kesadarannya, pandangannya mulai blur. Dilihatnya empat orang berpakaian serba hitam yang barusan memukulnya. Tangan kanannya meraih Magnum Revolver yang ia simpan di sebelah kanan ikat pinggangnya.
"Christ... S.O.S..." bisik N.
Di sudut yang paling dekat dengan pintu, nampak tiga buah dekstop komputer yang berjejer. Dua diantaranya sedang menyala, menampilkan belasan window dan tab yang berisi kode-kode huruf, angka dan gambar yang sulit dimengerti.
Di sudut jauh dari pintu, nampak sebuah meja, dengan berbagai perlengkapan aneh. Ada yang mirip mesin jahit, ada yang mirip printer, ada pula yang mirip mesin fotokopi. Nampak bekas alat las, bor mesin, dan solder yang baru saja dimatikan, baru saja digunakan oleh pemiliknya.
Di sisi lain, di sebuah dinding, terdapat sebuah lemari besar. Tersusun di lemari itu adalah berbagai senjata, mulai dari senjata jarak jauh, hingga jarak dekat. Berjajar di rak paling atas adalah deretan senapan jarak jauh, mulai dari AWP, Mark 14 Mod, hingga British 388. Deretan di bawahnya adalah handgun yang berjejer mulai dari Beretta, Glock, Dessert Eagle hingga Magnum Revolver. Di rangakaian terbawah adalah senjata jarak dekat berupa Dual Dagger, Samurai, knuckle, hingga berbagai senjata modifikasi.
Di dalam ruangan itu, nampak 4 orang sedang sibuk dengan benda di hadapannya masing-masing. Seolah mahasiswa yang sibuk mengerjakan skripsinya menghadapi deadline esok hari, mereka begitu fokus mengerjakan sesuatu di hadapan masing-masing.
"Done!", ucap Mizhak memecah keheningan.
"Oke, Hold dulu Zhak, planning gw masih belum selesai...", respon N.
"Gw juga sebentar lagi kelar nih...", sahut Ray.
"Ahh... Coba ada Niqolas disini... Kan mayan nih AWP bisa di utak-atik...", ucap Christ agak mengeluh.
"Udahlah, fokus aja kelarin, nggak usah berharap sama yang nggak ada di sini...", perintah N.
N, Christ, Ray dan Mizhak. Keempat pemuda anggota Asian Secret Agent Service ini tengah mempersiapkan misi mereka di hari itu. Walaupun, sebenarnya lebih tepat disebut sebagai counter mission daripada misi. Sebuah counter mission penggagalan misi pengeboman sebuah Mall di Jakarta.
Hampir dua jam lamanya mereka berkutat dengan kepentingan masing-masing. Mizhak yang sedari tadi berhadapan dengan layar komputer di depannya. Ray yang melakukan beberapa analisis dengan komputer dan beberapa perangkat elektronik. Christ yang sibuk membongkar-pasang beberapa senjata yang berserakan di meja di depan lemari senjata. Hingga N yang tak henti-hentinya mengerutkan dahi seolah memikirkan suatu hal yang begitu rumit.
"Oke, tolong dengarkan baik-baik, ini rencana kita...", ucap N.
Mereka berempat telah usai berkutat dengan kebutuhan masing-masing. Kemudian ditutup dengan presentasi terakhir sekaligus persiapan terakhir sebelum pelaksanaan misi.
"Gw dan Christ akan tiba di lokasi pukul 01.00, satu jam sebelum misi dimulai...", ucap N.
"Kita berdua akan ambil paksa identitas satpam di lokasi, kemudian bersiap menghadapi kendaraan pembawa bom... Zhak? Sudah pastikan kendaraan?", lanjut N.
"Kendaraan berupa sebuah mini truck. Berisikan empat orang kurir.", jelas Mizhak.
"Sudah pastikan bentuk bom nya?", lanjut N.
"Sorry banget, tapi gw nggak bisa lacak sejauh itu. Sampai detik ini, gw masih belum bisa memperkecil kemungkinan bentuk bom yang mereka bawa...", ucap Mizhak.
"Kita bisa akalin kok... Ini, coba lo pake N...", ucap Ray sambil memberikan sebuah kacamata kepada N.
N segera menerimanya dan menggunakan kacamata itu. Nampak sebuah gambar infra merah. Hanya terdapat sedikit warna dari pantulan gambar kacamata tersebut. Ketika di arahkan kepada manusia, memberikan gambaran warna biru, kemudian ketika diarahkan ke senjata api, memberikan gambaran warna merah.
"Itu adalah lensa detektor... Dia bisa mendeteksi suhu panas yang muncul dari sebuah alat ledak...", ucap Ray.
"Coba lo liat ke arah peluru-peluru di meja, dia akan memberikan warna merah, menandakan ada bahan peledak di item tersebut...", lanjut Ray.
"Okay, dimengerti... Thank's Ray, alat yang sangat membantu...", ucap N.
"Cuma tetep ada kekurangan... Detektor itu nggak bisa bedain mana bahan peledak berupa bom, dan mana bahan peledak di dalam senjata api... Jadi lo musti perhatikan bentuk cahaya merah yang muncul, kalau sekiranya jumlahnya besar, kemungkinan besar itu bom...", jelas Ray.
"Okay, thank you... Tetep ini sangat membantu...", balas N.
"Gw lanjutkan lagi... Setelah mendapatkan bentuk bom nya nanti, Christ akan memancing semua kurir itu keatas, ketempat toko berada... Sementara itu, gw akan coba deactive bom nya... Christ, lo siap kan hadapi empat orang, mungkin mereka bukan kurir biasa...", lanjut N.
"Woles... Berreta sama Knuckle ini udah cukup buat jadi temen gw ngehabisin selusin fighter agent sekalipun...", balas Christ sambil memamerkan kedua senjatanya.
"Oke, gw tau kok lu bisa... Tapi tetep hati-hati ya bos...", respon N.
Kemudian N menjelaskan panjang lebar tentang rencana yang ia buat dengan berbagai kemungkinan yang bisa terjadi. Rencana yang mudah di mengerti oleh ketiga orang lainnya, karena mereka memang sudah terbiasa mendengarkan presentasi rencana dari N.
"Well... Begitu rencana kita... Mizhak kontrol dari mobil, Ray kontrol dan antisipasi semua kemungkinan dari kantor... Bisa dimengerti??", tutup N.
"Roger that!!!", ucap ketiganya serempak.
-oOo-
Sabtu, 16 Maret 2013, pukul 18.00
Sebuah mobil melewati jalan Senayan, melambat di depan fX Mall Senayan. Setelah berhenti, mobil itu membuka kaca sebelah kirinya. Nampak di dalamnya, N dikursi pengemudi dan Christ di sebelahnya, sementara Ray dan Mizhak di bangku belakang. Mereka berempat sengaja berhenti di depan, untuk melihat bangunan megah tersebut.
Tak ada kata yang keluar dari mulut keempat pemuda tersebut. Hanya pandangan mata yang tetap diam menatap gedung. Tatapan yang bermakna kesedihan, namun juga harapan, yang tersimpan di dalam hati mereka.
"Lima jam lagi guys... Get ready...", ucap N.
"Ya... Kalo boleh jujur sih, ini persiapan misi kita yang paling nggak sempurna sepanjang gw kerja bareng kalian...", ucap Ray lirih.
"Well, mau gimana lagi...", desah Mizhak ringan.
"Pasti bisa!!! Gw yakin kok... kita berempat ucah cukup...", balas Christ meyakinkan ketiga rekannya.
"Ya... Kita pasti bisa...", ucap N.
Jendela kiri mobil pun naik kemudian tertutup. N kembali menjalankan mobilnya. Pandangannya hampir kosong, hanya terfokus pada jalanan yang ada di depannya.
Christ yang melihat pertnernya itu, seketika menyalakan rokok. Kemudian ia menawarkannya kepada N. N yang melihat kawannya menawarinya rokok, segera menerimanya sambil menatap matanya. Mereka berdua seolah saling berbicara lewat tatapan matanya. Tatapan yang hanya dimengerti oleh kedua orang field agent. Tatapan yang kemudian diakhiri dengan sebuah senyuman tanpa memandang satu sama lain.
-oOo-
Sabtu, 17 Maret 2013, pukul 01.00
N dan Christ yang menggunakan jaket rapat menutupi wajahnya, berjalan di trotoar depan fX Mall. Misi sudah dimulai, misi hidup dan mati yang menentukan nasib lebih dari empat orang agent, tapi nasib dari ratusan orang yang terkait dengan lokasi.
"Ready??", bisik N.
"Oke...", jawab Christ.
Mereka berdua menyelinap pagar yang hanya terbuka seukuran tubuh saja. Kemudian berjalan ke arah lobby gedung. Melihat dua orang memasuki area gedung, satpam setempat pun mendekati dan menegur mereka berdua.
"Mas, mau kemana??", tegur Satpam.
Tidak ada jawaban yang muncul dari keduanya. Hanya jalan mereka yang semakin cepat semakin mendekat. Christ kemudian mempercepat langkahnya, semi berlari mendekat ke arah satpam. Melihat orang mendekat, satpam pun bereaksi dengan bersiap mengeluarkan tongkatnya. Namun, sebelum ia berhasil mencapai tongkatnya, seketika itulah tangan Christ memukul pundaknya.
Christ berhasil melumpuhkan satpam. Bukan membunuhnya, hanya membuatnya menjadi pingsan saja. Kemudian menyeret nya ke lantai basement, melepas pakaian dan ID card satpam, dan mengenakannya pada N.
Setelah berkamuflase menjadi satpam, N segera bergerak ke arah lobby. Sementara Christ masuk ke pintu belakang gedung. Sesampainya di depan, N segera mengontak Ray dan Mizhak dengan menggunakan wireless yang ia gunakan di tellinga kanannya.
"Akses masuk... Segera informasikan setiap ada pergerakan...", ucap N.
"Dimengerti...", jawab Ray dan Mizhak melalui wireless.
Ray yang standby di markas, bertugas untuk mengamati setiap pergerakan kendaraan di sekitar lokasi. Ia melacaknya dengan menggunakan satelite hacking, mengakses setiap kamera satelit yang ada. Sementara itu, Mizhak yang standby di mobil van yang dilokasikan berjarak 1km dari lokasi, bertugas menjaga jika ada gangguan radio masuk atau mencegah leaking di lokasi. Dan yang paling penting adalah menjaga apabila terjadi perubahan rencana mendadak dan memerlukan untuk menjemput N dan Christ.
N yang sudah standby di depan, melihat kearah jam tangannya. Sepuluh menit lagi tepat pukul 02.00, waktu yang ditetapkan datangnya mobil kurir misi ini. Christ muncul dari samping gedung, sudah menggunakan seragam satpam. Sesuai rencana, Christ berhasil melumpuhkan semua satpam, dan merusak semua kamera CCTV di lantai dasar. Berdua, N dan Christ berdiri di lobby, berperan seolah sebagai satpam gedung yang berjaga.
"N... Mobil masuk...", ucap Ray melalui wireless.
N melihat jam tangannya, tepat pukul 01.59, sudah waktunya sebuah mobil mini truck sampai di depan gedung. N dan Christ menjemputnya keluar, membukakan gerbang, dan mengarahkan mobil parkir di depan lobby.
Sesuai informasi dari Mizhak, empat orang kurir keluar dari dalam mobil, keempatnya berpakaian serba putih. Setelah menunjukan dokumen-dokumen kurir barang, N dan Christ mulai menggeledah keempat kurir tersebut, dan tidak menemukan senjata apapun.
"Mas, saya mau cek barang di dalam mobil dulu...", ucap N.
"Silahkan mas...", jawab salah seorang kurir.
N yang sudah mengenakan kacamata detektor, mulai membuka pintu mobil dan menggeledah seluruh barang yang ada. Sebuah kejanggalan terjadi. N tidak menemukan satu tanda merah pun di lensa. Bahkan setelah ia membuka barang paling bawah sekalipun. Yang N temukan hanya sayuran dan beberapa bahan makanan saja, terbungkus dengan rapi.
"Ray, lo yakin semua bahan peledak bisa terdeteksi??", ucap Nlirih lewat wireless.
"Yakin kok... Semua bahan peledak bisa terdeteksi... Hanya nuklir yang mungkin nggak bisa... Tapi mereka nggak mungkin pake nuklir kecuali mau ngehancurin semua Jakarta Selatan...", jawab Ray.
"Gw nggak mendeteksi apapun Ray... Coba lo cek, mungkin kendaraan yang lain...", balas N.
"Negatif... Nggak ada kendaraan sekitar lokasi yang mengarah ke lokasi....", ucap Ray.
"Mizhak, masuk... Ada kemungkinan nggak pancaran radiasi yang bisa digunakan bom jarak jauh?", tanya N pada Mizhak.
"Negatif bro... Nggak terdeteksi sinyal apapun yang mencurigakan...", jawab Mizhak.
"Ray, coba lo...", belum sempat N bicara kembali pada Ray, seseorang menepuk pundaknya.
"Mas, bisa cepetan nggak? Kami harus mengantar ketempat lain juga nih...", ucap salah seorang kurir.
N kemudian melihat jam di tangannya. Benar saja, sudah sekitar 20 menit N menggeledah mobil dan hasilnya nihil. Ia pun buntu, tak tau harus mengulur waktu bagaimana lagi.
"Oh, ya... Maaf mas... silakan diangkat ke atas.. Teman saya nanti yang antar...", jawab N.
N pun memberi kode kepada Christ, dijawab dengan sebuah anggukan tanda mengerti. Keempat kurir pun segera membongkar barang dan mengangkutnya ke dalam menuju ke atas. Christ mengantar keempat kurir itu kedalam gedung.
Setelah keempat kurir itu masuk, N kembali menggeledah mobil. Ia membuka jok mobil, hingga setiap celah yang ada. Namun, tetap saja, hasilnya nihil. N mulai kebingungan, ragu kalau-kalau bom sudah terbawa barang yang diangkat kurir ke atas bersama Christ.
"Christ, gw nggak nemu apapun, waspada setiap pergerakan mereka...", ucap N.
"Oke...", balas Christ melalui wireless.
"N...Masuk N...", ucap Mizhak.
"Ya... N masuk... Napa Zhak??", balas N.
"Ada sedikit gangguan sinyal... Gw juga bingung dari mana datangnya... bzzzttt...", ucap Mizhak agak patah-patah.
"Ray... Masuk Ray... Zhak... Masuk Zhak...", ucap N mulai merasa ada sesuatu yang janggal.
"Cek ban serep di bagian bawah belakang mobil N... Mungkin disitu bomnya...", akhirnya terdengar juga jawaban dari wireless meskipun masih agak terputus-putus.
"Oke...", jawab N.
N segera bergerak ke belakang mobil. Ia membungkuk untuk mengarahkan lensa ke bagian yang dimaksud. Dan benar saja!!!
Lensa menunjukkan warna merah, menandakan ada bahan peledak di bagian tersebut. Bagian merah yang menunjukkan posisi ban serep mobil di bagian belakang bawah mobil. N pun segera mengambil tindakan untuk mengambil ban tersebut. Ia bermaksud mengambil ban dan mencoba men-deactive bom tersebut.
BUGH!!!
N terjatuh tersungkur. Seseorang telah memukul bahunya. N agak kehilangan kesadarannya, pandangannya mulai blur. Dilihatnya empat orang berpakaian serba hitam yang barusan memukulnya. Tangan kanannya meraih Magnum Revolver yang ia simpan di sebelah kanan ikat pinggangnya.
"Christ... S.O.S..." bisik N.
Yapp!!! tinggal tunggu part akhir deh

Yang belom baca Part 1-4
Nih...
Part 1 dan 2
Part 3
Part 4
Part 6
Part Akhir
Diubah oleh ucikha48 15-12-2013 10:01
0
2K
Kutip
3
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan