- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Dunia Delusi - Under The Sky Part 3


TS
ucikha48
Dunia Delusi - Under The Sky Part 3
Spoiler for Part 3:
Under The Sky #3
Spoiler for Cerita:
Urya Oi! Urya Oi! Urya Oi! Aaaaaahh... Yosha Ikuzooo!!!
Taiga! Faiya! Saiba! Faiba! Daiva! Vaiba! Jya! Jyaaaa!!
Teriakan Chant memenuhi seisi ruangan theater. Semua fans yang hadir secara kompak meneriakan chant support kepada idolanya. Hari itu, theater dipenuhi oleh ratusan fans yang hadir. Bahkan lebih penuh dari pada biasanya.
Hampir tak terlihat karena tenggelam dalam kerumunan lautaun fans itu, sosok dua orang pemuda. Christ dan Shaw, kebetulan mereka sedang menonton pertunjukan di hari itu. Berpenampilan dan berperilaku layaknya, fans lainnya, mereka menyatu dengan keramaian semarak di dalam theater.
"Cindy, ini gift buat kamu...", ucap Christ.
"Dhike, hari ini kamu performanya bagus banget...", menyusul Shaw.
Begitulah kira-kira kata-kata yang mereka ucapkan ketika melakukan hitouch setelah theater. Seperti yang dilakukan fans lainnya, Christ dan Shaw sangat menikmati pertunjukan di hari itu. Mereka meluapkan segala bentuk ekspresi kegembiraan di depan idolanya.
Ini bukan kali pertama mereka berdua menonton theater. Hampir setiap bulan mereka memiliki frekuensi rutin untuk menyaksikan idola mereka menampilkan performanya. Tidak hanya mereka berdua, tapi juga keempat pemuda yang lain, N, Niqolas, Ray, Mizhak. Namun, secara frekuensi menonton, Christ dan Shaw memimpin di depan yang lain.
"Halo... pada kumpul dimana? kita udah kelar theateran nih...", ucap Shaw menelepon.
"Pada dimana Shaw?", tanya Christ.
"Pada di basecamp... lagi pada makan katanya... Merapat??", jawab Shaw sambil menutup telepon.
"Yuk lah laper juga gw...", lanjut Christ.
Sore itu, setelah menyaksikan teater, Christ dan Shaw menuju basecamp dengan mengendarai sepeda motor. Selama perjalanan, masih tersisa senyuman yang mereka dapatkan dari kedipan, dadahan dan keindahan performa idola mereka di theater barusan.
Sabtu, 9 Maret 2013, Pukul 17.00
Di Basecamp ASAS.
Christ dan Shaw baru saja sampai setelah menonton theater. Keduanya memasuki rumah dan menemukan N dan Niqolas sedang duduk di ruang tengah. Mereka asik bermain game sepak bola di depan sebuah LCD TV berukuran 40 Inch.
"Eciyee yang baru ketemu Dhike...", ucap N sambil tetap fokus pada gamenya.
"Cakep banget dia hari ini gila...", respon Shaw sambil menahan senyum dan tawanya.
"Wah, lo mustinya ikut nonton hari ini N... Oshi lu cakep bener dah asli....", sambung Christ.
"Iya, nanti juga minggu depan gua nont..."
"GOOOOOOOOOLLLLL ROOOONAAAAALDDOOOOOOO!!!!", ucap Niqolas tiba-tiba sambil membanting joystick.
Nampak pada TV, tim Niqolas yang menggunakan Real Madrid mengalahkan tim yang di gunakan N, Atletico Madrid. Sontak Niqolas melompat kegirangan seolah ia benar-benar berada di lapangan dan melakukan selebrasi gol. Wajar saja, gol kemenangan ia cetak di menit injury time. Menghasilkan kemenangan untuk Real Madrid, 4-3. Sementara N hanya bengong meratapi kekalahannya.
"Ah, lu sih pada bawel... Kalah kan gw kampreeett!!", ucap N kecewa.
"Ahahhahhaha.... Lah lu kan yang mulai ngajak ngobrol tadi... Hhaahahah.... Eh, tapi bener si dedek oshi lu cantik banget hari ini N...", Shaw menjawab.
"Ah Bodo!!!", balas N ketus.
Mereka berempat beranjak ke sebuah meja yang sangat besar. Masing-masing mengambil sebuah kursi untuk mereka duduki. Kemudian membuk laptop masing-masing dan menghubungkan dengan kabel jaringan internal.
Hari itu tepat seminggu setelah berita mengagetkan dari Bos Besar. Ia menerima sebuah kontrak dari klien untuk menghabisi fX Mall Senayan. Berita yang sangat mengagetkan bagi N dan kawan-kawannya, karena tempat itu adalah tempat mereka biasa berkumpul, nongkrong dan melakukan kegiatan idoling bersama.
Suara ketikan keyboard laptop saling balapan. Mereka sibuk dengan laptop masing-masing. Bukan main game, melainkan mereka menyelesaikan laporan mingguan untuk di setor ke HeadQuarter.
"Ahhh... Paling bete gw kalo bikin laporan kosongan kek gini...", keluh N.
"Hahaha... Ya mau gimana lagi, emang seminggu ini kita nggak ada misi apa-apa...", balas Christ agak bercanda.
"Berasa pengangguran yak...", timbrung Shaw.
"Iye pengangguran... Saking nganggurnya ampe pada rajin bet rajin theateran...", ledek Niqolas.
Mereka berempat pun tertawa ringan. Memang dalam kurun seminggu ini, tim ASAS ini tidak mendapatkan misi apapun. Padahal biasanya mereka bisa mendapatkan 2-3 misi tiap minggunya, bahkan terkadang hingga 4 misi.
Bukan hal yang aneh, mengingat kejadian ledakan bom di sungai sebelumnya. Karena kejadian itu, sepertinya memicu ketenangan atau sering kita sebut dengan istilah alarm. Hampir tidak ada kejadian semacam itu lagi selama seminggu terakhir, seperti yang sudah di prediksikan oleh Mizhak. Dia bilang jika ada kejadian semacam itu, orang akan fokus pada pemulihan kondisi berita publik dahulu sebelom memulai kejadian yang lain. Secara awam, kita dapat menyimpulkan kondisi ini sebagai Big Shock, sehingga untuk mengurangi Big Shock tersebut, akan dikurangi kejadian lain setelahnya untuk mengembalikan kondisi kestabilan publik terlebih dahulu.
Setidaknya itu yang sebagian besar dari mereka pikirkan, dengan penjelasan dari Mizhak tentunya. Mereka berpikir bahwa kekurang-sempurnaan misi terakhir menyebabkan HeadQuarter mengurangi jatah misi mereka satu minggu terakhir. Namun, tidak demikian dengan N. Ia memiliki pimikiran lain tentang hal ini.
"Guys...", ucap N memulai pembicaraan.
"Menurut gw, kegagalan kita di misi terakhir bukan satu-satunya alasan kita nggak ada misi selama hampir seminggu ini...", lanjutnya.
"Hah? Maksud lo N?", tanya Niqolas agak bingung.
"Well... Biar gw tunjukkin teori gw...", balas N.
N kemudian mengetikkan beberapa huruf ke keyboard di laptop nya. Ia mencari sebuah data presentasi. Setelah menemukannya, ia pun segera menekan 'Enter' dan menghubungkan laptopnya ke sebuah LCD.
Di dalam slide presentasi itu, nampak sebuah penjelasan panjang. Penjelasan akan sebuah teori yang ada di dalam pikiran N. Niqolas, Shaw dan Christ dengan seksama memperhatikan penjelasan N yang padat dan jelas tersebut.
"So, gw menyimpulkan... Kita nggak dapat misi selama seminggu terakhir ini, karena ada faktor 'Agent Deactivation' atau pe-non-aktifan agent... Dimana hal tersebut terjadi pada kita, karena next target adalah tempat kita biasa berkumpul bareng, kita berenam...", ucap N menutup presentasi.
"Jadi, lo mau bilang kalo kita sengaja di non-tugaskan karena kita terkait dengan fX Mall?", tanya Niqolas.
"Yap... itu pemikiran gw... dan gw sangat yakin itu benar...", balas N.
"Cukup make sense sih... Secara, kalau kita ditugaskan, sangat memungkinkan kita mengalami dilema atara perasaan dan tugas ya...", lanjut Christ.
"Tapi kalo menurut gw, itu kurang cukup buat me-non-aktifan Agent...", ucap Niqolas.
"Maksud lo gimana Niq?", balas N.
"Seperti yang kita tau, di 'Basic Rules for Agent' nomer 102. Seorang Agent dilarang memiliki kendala perasaan terhadap target, apapun alasannya. So, menurut gw, ini udah merupakan bentuk profesionalisme kita dong...", jelas Niqolas.
"Bener sih, emang ada... Tapi yang gw maksud tadi, ini adalah bentuk antisipasi dari HeadQuarter...", balas N.
"Kalo menurut gw sih N... Lo terlalu takut untuk ngelakuin misi ini... Makanya lo buat seolah lo beralasan lain...", serang Niqolas.
"Eyy... Udahlah, kalian berdua...", ucap Christ menengahi.
Nampak tatapan N dan Niqolas saling beradu. Tak ada satu kata pun mereka lanjutkan setelah Christ melerai mereka. Meskipun begitu, tatapan mata keduanya menyiratkan ribuan makna. Seolah, mereka ingin menyelesaikan adu argumen ini tanpa ada pihak lain yang ikut campur.
Suasana di ruangan ini sekarang agak dingin. Semua ini terjadi karena ketegangan yang muncul antara Niqolas dan N. Tak terkecuali Shaw yang hanya bisa diam melihat rekannya beradu mulut. Hanya Christ yang mampu menengahi mereka. Sejak dulu, dan terjadi kembali hari ini. Memang hanya seksama field agent yang bisa mengerti satu sama lain lebih baik.
Suasana dingin yang ada di ruangan ini terus berlanjut. Sampai akhirnya seseorang memasuki rumah dengan berisik. Seorang membawa 2 kantong plastik besar. Di kantong plastik yang pertama, berisikan belasan kaleng bir dan botol vodka. Sedangkan di kantong plastik kedua berisikan makanan dan cemilan ringan. Dengan kerepotan dan berisik orang ini memasuki ruangan yang sedang tegang itu.
"Woy... Malam ini kita parttttyyyy....", ucap Ray girang sambil menumpahkan isi plastik ke atas meja.
Minggu, 10 Maret 2013, pukul 01.00
Nampak seorang pemuda terkapar di atas meja. Shaw tak sanggup lagi melanjutkan acara minum-minum dengan keempat kawannya. Bahkan ia sudah mengalami hangover sekali, alias muntah karena terlalu banyak minum. Hal ini terjadi tak lepas dari tindakan Ray. Ia memang sengaja menjebak Shaw agar banyak minum bir, dan pada akhirnya muntah.
Diawali dari sebuah game 'Truth or Dare', malam itu kelima pemuda ini memulai pestanya. Ray mengusulkan untuk mengubah game menjadi 'Dare' saja, karena 'Truth' terlalu riskan untuk dilakukan, mengingat mereka adalah Secret Agent. Semua orang sepakat, dan game 'Dare Only' pun dimula.
Game dilakukan dengan cara kelima pemuda tersebut memillih sedotan yang sudah di tutup bagian bawahnya dengan tangan Ray. Salah satu dari kelima sedotan itu, memiliki tanda yang berbeda dari yang lain. Barang siapapun yang mendapatkan sedotan itu, maka harus meminum bir sebanyak satu kaleng.
Shaw, yang memang sedari awal sudah menjadi target Ray, berkali-kali jatuh kedalam jebakan. Ray jelas memilih Shaw sebagai target, karena ia tahu M, Niqolas, dan Christ merupakan orang yang tangguh untuk urusan minum. Ray yang menjadi bandar yang mengocok sedotan, berkali-kali berhasil menjebak Shaw untuk mengambil sedotan hukuman. Hingga Shaw mengalami hangover, kurang lebih ia sudah meminum bir sebanyak 8 kaleng.
Sementara itu, keempat selain Shaw, kini sudah mulai hilang kesadaran. Alkohol sudah mulai mengisi kepalanya. Meskipun kepala mereka berempat masih tegak diatas lehernya, tidak seperti Shaw yang sudah merebahkan kepalanya ke meja, kesadaran N, Niqolas, Christ dan Ray sudah mulai berkurang. Tak jarang obrolan dan candaan ngawur mereka lontarkan, dan lucunya, mereka menikmati itu seolah merupakan candaan berkualitas tinggi.
"Eh, N... Gw tetep masih nggak setuju sama presentasi lo barusan ya...", ucap Niqolas dengan nada ngelantur.
"Eh.. Niq... emang lo tau apa soal informasi hah?", tantang N, juga dengan nada ngelantur.
"Hah? Gw? Ga tau apa-apa gw...", jawab Niqolas.
"Nah, makanya... Mending lo bantuin gw gagalin itu misi kampreettt...", ucap N keceplosan.
"Oooohh... Ternyata lo mau batalin ini misi toh nyeett...", ucap Niqolas.
"Niq... Itu tongkrongan kita Niq...", balas N.
"PERSETAN!!! Gw ga ada urusan sama rencana lo!!! gw ga mau defy bis!!!", ucap Niqolas dengan nada naik, sambil berdiri dari kursi tempat ia duduk.
"WOY!!! Emang lo udah ga mau lagi liat sonya perform!!! Ga usah muna lo Niq!!!", balas N tak kalah keras.
Christ dan Ray, yang menyaksikan perdebatan yang menjadi keras ini pun kaget. Mereka berdua ingin melerai Niqolas dan N. Hanya saja, efek alkohol sudah memenuhi kepala mereka. Jangankan melerai, untuk membuka mulut untuk bicara saja sulit sekali.
"Niq... N b-be-bener Niq...", ucap Christ lirih, sambil meraih kaos yang di kenakan Niqolas.
"OH! Jadi lo juga sepikiran sama ini orang!!! Lepasin tangan lo!!! SETAN!!", Niqolas membanting tangan Christ yang meraih kaosnya.
"Niq, lo musti bantuin kita Niq!!! Kalo kita berenam, kita pasti bisa GAGALIN MISI ITU!!", bentak N keras.
"PERSETAN AMA LO SEMUA!!! GUA KELUAR!!!", ucap Niqolas keras, memenuhi isi ruangan.
Niqolas pun beranjak dari tempatnya. Segera ia menarik tas dan jaket nya, keluar dari ruangan. Sementara yang lainnya hanya bisa diam tak mampu menghentikan langkah Niqolas. N hanya bisa terduduk kembali di kursinya.Sambil bersandar di meja, kedua tangannya menutup wajahnya menunjukan kekecewaan. Ia hanya terdiam, entah merasa bersalah, entah kebingungan. Christ hanya bisa mengelus punggung kawannya itu, mencoba menenangkannya.
"Elo emang keparat semua!!!", ucap Shaw tiba-tiba.
Sontak, N, Christ dan Ray kaget mendengar ucapan itu dari Shaw. Mereka pikir Shaw sudah tidur, ternyata tidak. Shaw bangkit dari tempatnya duduk dengan agak gontai. Nampaknya ia juga mau keluar dari ruangan ini. Ray pun spontan mencoba menghentikan Shaw.
"Lo mau kemana woy...", ucap Ray mencoba menahan Shaw.
"BERISIK!!! Diem aja lo Ray!!! Gw tau lo emang sengaja bikin gw kayak begini!!", ucap Shaw marah pada Ray.
"Nggak gitu woy... Jangan emosi gitu lah Shaw...", balas Ray.
"PERSETAN!!!", Teriak Shaw.
Shaw pun keluar dari ruangan ini. Ray yang merupakan partner terdekatnya pun tak bisa menghentikannya. Nampaknya ada faktor marah karena dibuat hangover oleh Ray, hingga Shaw tak mau mendengar kata-kata Ray. Ray pun merasa bersalah, ia hanya bisa duduk kembali di meja, terdiam.
N dan Christ hanya bisa semakin membisu. Entah ada setan apa di ruangan ini. Mereka semua jatuh ke dalam kontrol alkohol, tak bisa menahan emosi, dan meluapkan kata-kata dengan keras. Kini ruangan itu menjadi hening. Hanya terdengar samar-samar suara sepeda motor. Mungkin suara motor Niqolas dan Shaw yang meninggalkan rumah ini.
Tiba-tiba terdengar langkah kaki buru-buru dari luar rumah, N, Christ dan Ray berharap itu adalah langkah kaki Niqolas atau Shaw, yang membatalkan keinginannya untuk pergi. Namun, ternyata bukan.
"Guys... Itu kenapa Niqo sama Shaw dah... Gw sapa nggak nyaut...", ucap Mizhak yang baru saja sampai memasuki rumah tanpa mengetahui apapun.
Taiga! Faiya! Saiba! Faiba! Daiva! Vaiba! Jya! Jyaaaa!!
Teriakan Chant memenuhi seisi ruangan theater. Semua fans yang hadir secara kompak meneriakan chant support kepada idolanya. Hari itu, theater dipenuhi oleh ratusan fans yang hadir. Bahkan lebih penuh dari pada biasanya.
Hampir tak terlihat karena tenggelam dalam kerumunan lautaun fans itu, sosok dua orang pemuda. Christ dan Shaw, kebetulan mereka sedang menonton pertunjukan di hari itu. Berpenampilan dan berperilaku layaknya, fans lainnya, mereka menyatu dengan keramaian semarak di dalam theater.
"Cindy, ini gift buat kamu...", ucap Christ.
"Dhike, hari ini kamu performanya bagus banget...", menyusul Shaw.
Begitulah kira-kira kata-kata yang mereka ucapkan ketika melakukan hitouch setelah theater. Seperti yang dilakukan fans lainnya, Christ dan Shaw sangat menikmati pertunjukan di hari itu. Mereka meluapkan segala bentuk ekspresi kegembiraan di depan idolanya.
Ini bukan kali pertama mereka berdua menonton theater. Hampir setiap bulan mereka memiliki frekuensi rutin untuk menyaksikan idola mereka menampilkan performanya. Tidak hanya mereka berdua, tapi juga keempat pemuda yang lain, N, Niqolas, Ray, Mizhak. Namun, secara frekuensi menonton, Christ dan Shaw memimpin di depan yang lain.
"Halo... pada kumpul dimana? kita udah kelar theateran nih...", ucap Shaw menelepon.
"Pada dimana Shaw?", tanya Christ.
"Pada di basecamp... lagi pada makan katanya... Merapat??", jawab Shaw sambil menutup telepon.
"Yuk lah laper juga gw...", lanjut Christ.
Sore itu, setelah menyaksikan teater, Christ dan Shaw menuju basecamp dengan mengendarai sepeda motor. Selama perjalanan, masih tersisa senyuman yang mereka dapatkan dari kedipan, dadahan dan keindahan performa idola mereka di theater barusan.
-oOo-
Sabtu, 9 Maret 2013, Pukul 17.00
Di Basecamp ASAS.
Christ dan Shaw baru saja sampai setelah menonton theater. Keduanya memasuki rumah dan menemukan N dan Niqolas sedang duduk di ruang tengah. Mereka asik bermain game sepak bola di depan sebuah LCD TV berukuran 40 Inch.
"Eciyee yang baru ketemu Dhike...", ucap N sambil tetap fokus pada gamenya.
"Cakep banget dia hari ini gila...", respon Shaw sambil menahan senyum dan tawanya.
"Wah, lo mustinya ikut nonton hari ini N... Oshi lu cakep bener dah asli....", sambung Christ.
"Iya, nanti juga minggu depan gua nont..."
"GOOOOOOOOOLLLLL ROOOONAAAAALDDOOOOOOO!!!!", ucap Niqolas tiba-tiba sambil membanting joystick.
Nampak pada TV, tim Niqolas yang menggunakan Real Madrid mengalahkan tim yang di gunakan N, Atletico Madrid. Sontak Niqolas melompat kegirangan seolah ia benar-benar berada di lapangan dan melakukan selebrasi gol. Wajar saja, gol kemenangan ia cetak di menit injury time. Menghasilkan kemenangan untuk Real Madrid, 4-3. Sementara N hanya bengong meratapi kekalahannya.
"Ah, lu sih pada bawel... Kalah kan gw kampreeett!!", ucap N kecewa.
"Ahahhahhaha.... Lah lu kan yang mulai ngajak ngobrol tadi... Hhaahahah.... Eh, tapi bener si dedek oshi lu cantik banget hari ini N...", Shaw menjawab.
"Ah Bodo!!!", balas N ketus.
Mereka berempat beranjak ke sebuah meja yang sangat besar. Masing-masing mengambil sebuah kursi untuk mereka duduki. Kemudian membuk laptop masing-masing dan menghubungkan dengan kabel jaringan internal.
Hari itu tepat seminggu setelah berita mengagetkan dari Bos Besar. Ia menerima sebuah kontrak dari klien untuk menghabisi fX Mall Senayan. Berita yang sangat mengagetkan bagi N dan kawan-kawannya, karena tempat itu adalah tempat mereka biasa berkumpul, nongkrong dan melakukan kegiatan idoling bersama.
Suara ketikan keyboard laptop saling balapan. Mereka sibuk dengan laptop masing-masing. Bukan main game, melainkan mereka menyelesaikan laporan mingguan untuk di setor ke HeadQuarter.
"Ahhh... Paling bete gw kalo bikin laporan kosongan kek gini...", keluh N.
"Hahaha... Ya mau gimana lagi, emang seminggu ini kita nggak ada misi apa-apa...", balas Christ agak bercanda.
"Berasa pengangguran yak...", timbrung Shaw.
"Iye pengangguran... Saking nganggurnya ampe pada rajin bet rajin theateran...", ledek Niqolas.
Mereka berempat pun tertawa ringan. Memang dalam kurun seminggu ini, tim ASAS ini tidak mendapatkan misi apapun. Padahal biasanya mereka bisa mendapatkan 2-3 misi tiap minggunya, bahkan terkadang hingga 4 misi.
Bukan hal yang aneh, mengingat kejadian ledakan bom di sungai sebelumnya. Karena kejadian itu, sepertinya memicu ketenangan atau sering kita sebut dengan istilah alarm. Hampir tidak ada kejadian semacam itu lagi selama seminggu terakhir, seperti yang sudah di prediksikan oleh Mizhak. Dia bilang jika ada kejadian semacam itu, orang akan fokus pada pemulihan kondisi berita publik dahulu sebelom memulai kejadian yang lain. Secara awam, kita dapat menyimpulkan kondisi ini sebagai Big Shock, sehingga untuk mengurangi Big Shock tersebut, akan dikurangi kejadian lain setelahnya untuk mengembalikan kondisi kestabilan publik terlebih dahulu.
Setidaknya itu yang sebagian besar dari mereka pikirkan, dengan penjelasan dari Mizhak tentunya. Mereka berpikir bahwa kekurang-sempurnaan misi terakhir menyebabkan HeadQuarter mengurangi jatah misi mereka satu minggu terakhir. Namun, tidak demikian dengan N. Ia memiliki pimikiran lain tentang hal ini.
"Guys...", ucap N memulai pembicaraan.
"Menurut gw, kegagalan kita di misi terakhir bukan satu-satunya alasan kita nggak ada misi selama hampir seminggu ini...", lanjutnya.
"Hah? Maksud lo N?", tanya Niqolas agak bingung.
"Well... Biar gw tunjukkin teori gw...", balas N.
N kemudian mengetikkan beberapa huruf ke keyboard di laptop nya. Ia mencari sebuah data presentasi. Setelah menemukannya, ia pun segera menekan 'Enter' dan menghubungkan laptopnya ke sebuah LCD.
Di dalam slide presentasi itu, nampak sebuah penjelasan panjang. Penjelasan akan sebuah teori yang ada di dalam pikiran N. Niqolas, Shaw dan Christ dengan seksama memperhatikan penjelasan N yang padat dan jelas tersebut.
"So, gw menyimpulkan... Kita nggak dapat misi selama seminggu terakhir ini, karena ada faktor 'Agent Deactivation' atau pe-non-aktifan agent... Dimana hal tersebut terjadi pada kita, karena next target adalah tempat kita biasa berkumpul bareng, kita berenam...", ucap N menutup presentasi.
"Jadi, lo mau bilang kalo kita sengaja di non-tugaskan karena kita terkait dengan fX Mall?", tanya Niqolas.
"Yap... itu pemikiran gw... dan gw sangat yakin itu benar...", balas N.
"Cukup make sense sih... Secara, kalau kita ditugaskan, sangat memungkinkan kita mengalami dilema atara perasaan dan tugas ya...", lanjut Christ.
"Tapi kalo menurut gw, itu kurang cukup buat me-non-aktifan Agent...", ucap Niqolas.
"Maksud lo gimana Niq?", balas N.
"Seperti yang kita tau, di 'Basic Rules for Agent' nomer 102. Seorang Agent dilarang memiliki kendala perasaan terhadap target, apapun alasannya. So, menurut gw, ini udah merupakan bentuk profesionalisme kita dong...", jelas Niqolas.
"Bener sih, emang ada... Tapi yang gw maksud tadi, ini adalah bentuk antisipasi dari HeadQuarter...", balas N.
"Kalo menurut gw sih N... Lo terlalu takut untuk ngelakuin misi ini... Makanya lo buat seolah lo beralasan lain...", serang Niqolas.
"Eyy... Udahlah, kalian berdua...", ucap Christ menengahi.
Nampak tatapan N dan Niqolas saling beradu. Tak ada satu kata pun mereka lanjutkan setelah Christ melerai mereka. Meskipun begitu, tatapan mata keduanya menyiratkan ribuan makna. Seolah, mereka ingin menyelesaikan adu argumen ini tanpa ada pihak lain yang ikut campur.
Suasana di ruangan ini sekarang agak dingin. Semua ini terjadi karena ketegangan yang muncul antara Niqolas dan N. Tak terkecuali Shaw yang hanya bisa diam melihat rekannya beradu mulut. Hanya Christ yang mampu menengahi mereka. Sejak dulu, dan terjadi kembali hari ini. Memang hanya seksama field agent yang bisa mengerti satu sama lain lebih baik.
Suasana dingin yang ada di ruangan ini terus berlanjut. Sampai akhirnya seseorang memasuki rumah dengan berisik. Seorang membawa 2 kantong plastik besar. Di kantong plastik yang pertama, berisikan belasan kaleng bir dan botol vodka. Sedangkan di kantong plastik kedua berisikan makanan dan cemilan ringan. Dengan kerepotan dan berisik orang ini memasuki ruangan yang sedang tegang itu.
"Woy... Malam ini kita parttttyyyy....", ucap Ray girang sambil menumpahkan isi plastik ke atas meja.
-oOo-
Minggu, 10 Maret 2013, pukul 01.00
Nampak seorang pemuda terkapar di atas meja. Shaw tak sanggup lagi melanjutkan acara minum-minum dengan keempat kawannya. Bahkan ia sudah mengalami hangover sekali, alias muntah karena terlalu banyak minum. Hal ini terjadi tak lepas dari tindakan Ray. Ia memang sengaja menjebak Shaw agar banyak minum bir, dan pada akhirnya muntah.
Diawali dari sebuah game 'Truth or Dare', malam itu kelima pemuda ini memulai pestanya. Ray mengusulkan untuk mengubah game menjadi 'Dare' saja, karena 'Truth' terlalu riskan untuk dilakukan, mengingat mereka adalah Secret Agent. Semua orang sepakat, dan game 'Dare Only' pun dimula.
Game dilakukan dengan cara kelima pemuda tersebut memillih sedotan yang sudah di tutup bagian bawahnya dengan tangan Ray. Salah satu dari kelima sedotan itu, memiliki tanda yang berbeda dari yang lain. Barang siapapun yang mendapatkan sedotan itu, maka harus meminum bir sebanyak satu kaleng.
Shaw, yang memang sedari awal sudah menjadi target Ray, berkali-kali jatuh kedalam jebakan. Ray jelas memilih Shaw sebagai target, karena ia tahu M, Niqolas, dan Christ merupakan orang yang tangguh untuk urusan minum. Ray yang menjadi bandar yang mengocok sedotan, berkali-kali berhasil menjebak Shaw untuk mengambil sedotan hukuman. Hingga Shaw mengalami hangover, kurang lebih ia sudah meminum bir sebanyak 8 kaleng.
Sementara itu, keempat selain Shaw, kini sudah mulai hilang kesadaran. Alkohol sudah mulai mengisi kepalanya. Meskipun kepala mereka berempat masih tegak diatas lehernya, tidak seperti Shaw yang sudah merebahkan kepalanya ke meja, kesadaran N, Niqolas, Christ dan Ray sudah mulai berkurang. Tak jarang obrolan dan candaan ngawur mereka lontarkan, dan lucunya, mereka menikmati itu seolah merupakan candaan berkualitas tinggi.
"Eh, N... Gw tetep masih nggak setuju sama presentasi lo barusan ya...", ucap Niqolas dengan nada ngelantur.
"Eh.. Niq... emang lo tau apa soal informasi hah?", tantang N, juga dengan nada ngelantur.
"Hah? Gw? Ga tau apa-apa gw...", jawab Niqolas.
"Nah, makanya... Mending lo bantuin gw gagalin itu misi kampreettt...", ucap N keceplosan.
"Oooohh... Ternyata lo mau batalin ini misi toh nyeett...", ucap Niqolas.
"Niq... Itu tongkrongan kita Niq...", balas N.
"PERSETAN!!! Gw ga ada urusan sama rencana lo!!! gw ga mau defy bis!!!", ucap Niqolas dengan nada naik, sambil berdiri dari kursi tempat ia duduk.
"WOY!!! Emang lo udah ga mau lagi liat sonya perform!!! Ga usah muna lo Niq!!!", balas N tak kalah keras.
Christ dan Ray, yang menyaksikan perdebatan yang menjadi keras ini pun kaget. Mereka berdua ingin melerai Niqolas dan N. Hanya saja, efek alkohol sudah memenuhi kepala mereka. Jangankan melerai, untuk membuka mulut untuk bicara saja sulit sekali.
"Niq... N b-be-bener Niq...", ucap Christ lirih, sambil meraih kaos yang di kenakan Niqolas.
"OH! Jadi lo juga sepikiran sama ini orang!!! Lepasin tangan lo!!! SETAN!!", Niqolas membanting tangan Christ yang meraih kaosnya.
"Niq, lo musti bantuin kita Niq!!! Kalo kita berenam, kita pasti bisa GAGALIN MISI ITU!!", bentak N keras.
"PERSETAN AMA LO SEMUA!!! GUA KELUAR!!!", ucap Niqolas keras, memenuhi isi ruangan.
Niqolas pun beranjak dari tempatnya. Segera ia menarik tas dan jaket nya, keluar dari ruangan. Sementara yang lainnya hanya bisa diam tak mampu menghentikan langkah Niqolas. N hanya bisa terduduk kembali di kursinya.Sambil bersandar di meja, kedua tangannya menutup wajahnya menunjukan kekecewaan. Ia hanya terdiam, entah merasa bersalah, entah kebingungan. Christ hanya bisa mengelus punggung kawannya itu, mencoba menenangkannya.
"Elo emang keparat semua!!!", ucap Shaw tiba-tiba.
Sontak, N, Christ dan Ray kaget mendengar ucapan itu dari Shaw. Mereka pikir Shaw sudah tidur, ternyata tidak. Shaw bangkit dari tempatnya duduk dengan agak gontai. Nampaknya ia juga mau keluar dari ruangan ini. Ray pun spontan mencoba menghentikan Shaw.
"Lo mau kemana woy...", ucap Ray mencoba menahan Shaw.
"BERISIK!!! Diem aja lo Ray!!! Gw tau lo emang sengaja bikin gw kayak begini!!", ucap Shaw marah pada Ray.
"Nggak gitu woy... Jangan emosi gitu lah Shaw...", balas Ray.
"PERSETAN!!!", Teriak Shaw.
Shaw pun keluar dari ruangan ini. Ray yang merupakan partner terdekatnya pun tak bisa menghentikannya. Nampaknya ada faktor marah karena dibuat hangover oleh Ray, hingga Shaw tak mau mendengar kata-kata Ray. Ray pun merasa bersalah, ia hanya bisa duduk kembali di meja, terdiam.
N dan Christ hanya bisa semakin membisu. Entah ada setan apa di ruangan ini. Mereka semua jatuh ke dalam kontrol alkohol, tak bisa menahan emosi, dan meluapkan kata-kata dengan keras. Kini ruangan itu menjadi hening. Hanya terdengar samar-samar suara sepeda motor. Mungkin suara motor Niqolas dan Shaw yang meninggalkan rumah ini.
Tiba-tiba terdengar langkah kaki buru-buru dari luar rumah, N, Christ dan Ray berharap itu adalah langkah kaki Niqolas atau Shaw, yang membatalkan keinginannya untuk pergi. Namun, ternyata bukan.
"Guys... Itu kenapa Niqo sama Shaw dah... Gw sapa nggak nyaut...", ucap Mizhak yang baru saja sampai memasuki rumah tanpa mengetahui apapun.
Tunggu part 4 dan selanjutnya ya




Yang belom baca part 1-2
nih
Part 1 dan 2
Yang mau lanjutin ke Part selanjutnya
nih
Part 4
Part 5
Diubah oleh ucikha48 13-12-2013 16:24
0
1.8K
Kutip
4
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan