

TS
st_illumina
[Orific] Kidung Ulang Tahun Untuk Gita
cerita ini diikutkan dalam Cerpen Bulanan Kastil Fantasi Bulan mei di :
[url]http://www.S E N S O R/topic/show/1329541-lomba-cerbul-kasfan-mei-13[/url]
[url]http://www.S E N S O R/topic/show/1329541-lomba-cerbul-kasfan-mei-13[/url]
Spoiler for Preface:
Tidak biasanya saya bikin Thread One-Shot karena biasanya di masukin ke thread kumpulan Cerpen saya, tapi karena cerita ini cukup spesial buatku, sekali-kali ku buatkan Thread Sendiri untuknya. Silahkan Menikmati.
Spoiler for cover:
![[Orific] Kidung Ulang Tahun Untuk Gita](https://dl.kaskus.id/m.ak.fbcdn.net/sphotos-c.ak/hphotos-ak-prn2/970808_4782917335133_1671620241_n.jpg)
Spoiler for 1:
Hari 30 Bulan Azra
Hari ini mahasiswa Akademi Runic Aldera sedang menikmati satu dari sedikit hari libur di tengah padatnya jadwal perkuliahan sepanjang tahun. Hari ke tiga puluh bulan Azra, bulan ke lima kalender Imperial adalah hari libur Republik Aldera, negara kecil di sebelah barat daya bedua Estra. Di hari ini seluruh rakyat Republik memperingati hari kelahiran Pahlawan Besar Aldera sang Ksatria Naga Eldrick, yang juga adalah Presiden Pertama Aldera.
Tetapi tampaknya Akademi tidak senang melihat mahasiswanya membuang hari libur yang berharga ini dengan malas-malasan. Mereka memberi tugas bagi setiap mahasiswa untuk membuat essai tentang sejarah Republik Aldera.
“Padahal aku masuk Fakultas Sentia-Ilmi untuk menghindari sejarah,” kata Elran dengan rasa malas, “apa gunanya dong libur. Kayaknya Lektor-Lektor itu tidak senang membayangkan wajahku yang tidur dengan nyamannya sepanjang hari.” Elran, mahasiswa Fakultas Sentia-Ilmi jurusan Teknik Machina, bersama teman-temannya dari angkatan yang sama sedang duduk di salah satu ruangan di Perpustakaan Akademi Aldera.
“Dasar kau saja yang pemalas. Sejarah itu penting bagi generasi muda penerus bangsa. Apa jadinya jika pemimpin masa depan tidak tahu sejarah,” kata Birga, seorang teman.
“Dan sejarah negara ini memang cukup menarik. Aldera adalah negara termuda di benua Estra, tetapi sudah cukup kuat untuk memengaruhi ekonomi Estra,” kata Gita, salah seorang pelajar asing di Akademi Runic, bukan hanya dia berasal dari luar Aldera, tetapi dia juga bukanlah seorang Hume, ras manusia paling dominan di Estra, tapi seorang Olvan dari benua Selatan.
Saat ini melihat seorang Olvan di berbagai kota perdagangan dan kota religius besar bukanlah hal yang aneh, tetapi seorang Olvan mau mempelajari teknologi machina terlebih di Akademi Aldera yang belum memiliki nama dan sejarah besar seperti Akademi Luna atau Institut Teknologi Drumdarg, masih menjadi pertanyaan di benak Elran.
Di upacara awal tahun ajaran, Elran dan hampir seluruh mahasiswa baru lainnya tersedot perhatiannya kepada salah satu mahasiswa baru yang berkulit putih dan bertelinga lancip. Bertemu seorang Olvan secara langsung adalah hal yang hampir mustahil bagi rakyat Aldera yang sangat jauh dari benua asal Olvan dan kota-kota pusat peradaban manusia. Bagi Elran, Azriha Dargita vie Olvaria, Gita, adalah penjelmaan kecantikan itu sendiri. Sehingga rasanya bagaikan mimpi sang Olvan itu memilih jurusan yang kurang diminati, Teknologi Machina, yang terkenal gersang nyaris tanpa mahasiswi, dan hanya terdiri dari belasan orang per angkatan.
Tapi sampai sekarang, setelah dua bulan menjalani pendidikan, dia belum bertanya satu kalipun alasan mengapa Gita bisa memilih akademi ini karena kesibukan jadwal sebagai mahasiswa baru.
“Ah, iya, Gita, sebagai satu-satunya Olvan di akademi ini, kenapa dirimu memilih jurusan ini sih? Bukannya Olvan lebih tertarik dengan sihir, alkemia, dan seni ya?” kata Elran yang sudah bosan dengan ratusan halaman dokumen sejarah.
“Ah iya, aku rasa kalian belum tahu berapa umurku ya?”
“Berapa memangnya?” kata Elran penasaran. Teman-temannya di sekitar meja pun ikut penasaran. Mereka tahu Olvan bisa hidup sangat lama, tetapi mereka sebagai teman seangkatannya lupa menanyakan hal seperti ini.
“Aku saat ini 219 tahun 356 hari.”
“Apa?” semua teriak serentak. Dari penampilan dan sikapnya selama ini rasanya tidak mungkin dia berusia setua itu. Mereka yang belum bertemu Olvan secara langsung sepertinya secara otomatis berprasangka bahwa Olvan menua layaknya manusia biasa, dan Olvan seratus tahun ke atas hanya hidup lama dengan penampilan fisik seperti manusia yang telah lanjut usia.
“Selama puluhan tahun aku berkeliling benua Estra dari Universitas ke Universitas, dari Akademi ke Akademi, untuk mempelajari ilmu kalian, para Hume, yang begitu menarik. Karena aku sudah bosan dengan hal-hal yang merupakan keahlian bangsa kami, aku mencoba mengambil jurusan ini. Tidak ada salahnya kan?”
“Dan dari seluruh perguruan tinggi di dunia kau memilih perguruan tinggi kecil ini?”
“Karena aku juga ingin mempelajari budaya dan adat istiadat setempat. Lagipula kalau tidak ada Olvan lainnya aku bisa berharap lebih mudah bergaul dengan kalian. Sudah terlalu sering aku masuk jurusan yang memiliki beberapa orang Olvan dan mereka semua membentuk komunitas dan grupnya sendiri sehingga tujuan asli mereka untuk melebur dan mempelajari budaya setempat jadi sedikit terbengkalai. Ah, ayo kembali ke tugas kita semua teman-teman,” katanya lalu kembali memusatkan perhatian kepada buku-buku data tentang perang dan militer Aldera.
“Eh, Gita. Kalau usiamu 219 tahun 356 hari, berarti sepuluh hari lagi kamu berulang tahun dong?”
“Ah, iya, 10 hari lagi tepat 220 tahun dari hari jadiku.”
“Ah, bagus kalau begitu. Teman-teman, kebetulan tanggal 10 bulan 6 adalah hari Istirahat. Kita rayakan ulang tahun Gita yuk?”
Bagi mahasiswa Teknik Machina, sesuatu di luar tugas sejarah pasti menarik perhatian mereka sehingga seisi meja langsung mengalihkan mata dan telinga mereka ke pembicaraan yang menarik.
“Untuk apa?” Gita menjawab dengan datar.
“Ehm, ulang tahun. Ulang tahun. Hari dimana kamu di lahirkan hanya terjadi sekali setahun, jadi kita merayakannya. Ada kue, masakan dan hadiah? Selama 200 tahun hidupmu kau belum pernah merayakannya Gita?” kata Elran mencoba menjelaskannya.
“Ah, kebudayaan manusia. Sayang sekali tidak pernah. Kami tidak pernah mengadakan sesuatu di hari jadi kami, kecuali satu kali upacara kedewasaan di tahun ke seratus,” jawab Gita masih dengan nada datar.
“Selama perkuliahanmu selama ini kau belum pernah sekalipun diajak teman-temanmu merayakan ulang tahun?” tanya Elran dengan heran.
“Tidak pernah. Kolegaku selama ini selalu sibuk dengan urusan akademisnya masing-masing. Lagipula aku biasanya hanya berkumpul dengan sesama Olvan karena kolega manusia lain cenderung tidak mau berurusan dengan kami karena diperlukan,” tampak sekilas kesepian di matanya yang sebening langit, “mungkin baru kalianlah kolegaku yang mengajakku berbicara hal lain di luar pelajaran.”
“Ah, sudahlah, pokoknya siapkan dirimu di hari ke 10 bulan 6! Kami akan membuat kejutan untukmu!” kata Elran dengan semangat.
“Eh-eh, tunggu dulu, kami! Siapa yang kau maksud dengan kami Elran?” kata Devra, salah satu teman seangkatan mereka.
“Eh, k-kalian mau membantu-kan?”
“Pesta ulang tahun mungkin akan kami bantu? Tapi kejutan? Siapa yang bisa mengejutkan nona yang telah hidup dua ratus tahun ini?” kata Devra lagi.
“Ah, mungkin pesta ulang tahun ini menarik, pengalaman baru bagiku, aku akan menantikannya,” ulang tahun, sebuah pengalaman baru bagi Gita.
“B-baiklah. Ayo, faksi manusia jurusan Teknik Machina Akademi Aldera, kita rapatkan strategi Pesta Ulang Tahun Gita!” kata Elran dengan semangat.
“Selesaikan dulu tugasmu!” kata Birga sambil memukul dengan gulungan kertas.
“Aduh. Iya-iya. Aku kerjakan,” Elran menggerutu sambil memaksa dirinya menelan semua data-data sejarah di depannya untuk tugas yang tidak tahu tempat itu.
Setelah perjuangan berjam-jam akhirnya tugas essai sejarah Aldera selesai mereka kerjakan bersama-sama pada pukul tiga sore. Setelah itu Gita memisahkan diri dari kelompok itu untuk menikmati sisa hari liburnya. Sementara yang lainnya dengan suka rela menghabiskan sisa waktunya demi membicarakan pesta ulang tahun Gita.
Rapat pesta ulang tahun Gita berjalan cukup lama dengan berbagai ide tentang bagaimana pesta yang menarik sekaligus mengejutkan bagi seorang Olvan. Reini, satu-satunya wanita manusia di angkatan mereka yang berjumlah 15 orang menjadi penangung jawab makanan dan kue secara de fakto, sementara tugas-tugas lainnya di bagi rata bersama teman-teman lainnya. Elran, sebagai penggagas ide gila, di beri tugas memberikan kado utama dan menemukan tempat pesta yang pas tanpa harus repot mengurus ijin penggunaan gedung ke akademi.
“Elran, coba kau ke sini,” kata Reini menghampirinya dan memberikan secarik kertas, “mungkin mereka bisa membantumu. Kakakku pernah ke sana dan pilihan kadonya sangat beragam,” lanjutnya lagi.
“Toko Kado Spica?” kata Elran membaca tulisan yang berisi nama toko dan alamatnya. Tidak jauh dari Akademi Aldera dan masih di pusat pertokoan kota Aldera ternyata. “Terima kasih Reini, aku akan kesana besok,” lanjutnya lagi.
Lalu setelah mengakhiri pertemuan, mereka berpisah untuk menikmati hari liburannya masing-masing, masih dengan semangat untuk memberikan Gita hadiah ulang tahun terbaik.
Dalam pikiran Elran masih terbayang apa yang terjadi pada pagi ini. Sepuluh hari lagi Ovan satu-satunya di Akademi Aldera akan ulang tahun, dan lebih spesial lagi, mungkin ini pesta ulang tahun pertama dia setelah ratusan tahun.
Pikiran Elran sepanjang malam di penuhi dengan Gita. Sosoknya adalah esensi kecantikan seorang itu sendiri. Rambut peraknya yang begitu bercahaya ketika di sinari mentari, kulitnya yang bagaikan keramik, tak bercacat, telinganya yang lancip dan matanya yang berwarna langit, tetapi lebih dari itu, Elran mengingat tatapan kosong kesepian dari mata itu, dan dari suaranya yang datar, tanpa nada.
Ia mengingat kata-kata Gita, bahwa selama ini, koleganya, teman seangkatannya, hanya berurusan dengan dia kalau perlu. Tidak ada pesta, tidak ada makan bersama atau belanja bersama. Hanya kompetisi mengejar prestasi akademis, khas universitas-universitas ternama di penjuru Estra. Dan kali ini, dia menemukan orang-orang yang membahas hal-hal di luar pelajaran bersamanya, mungkin untuk pertama kalinya selama ratusan tahun. Apa rasanya kesepian tanpa teman selama seratus tahun? Elran tak sanggup membayangkan.
Aku harus memberikannya sesuatu yang bisa dia kenang selamanya, kata Elran di dalam hati, tapi apa?
Hari ini mahasiswa Akademi Runic Aldera sedang menikmati satu dari sedikit hari libur di tengah padatnya jadwal perkuliahan sepanjang tahun. Hari ke tiga puluh bulan Azra, bulan ke lima kalender Imperial adalah hari libur Republik Aldera, negara kecil di sebelah barat daya bedua Estra. Di hari ini seluruh rakyat Republik memperingati hari kelahiran Pahlawan Besar Aldera sang Ksatria Naga Eldrick, yang juga adalah Presiden Pertama Aldera.
Tetapi tampaknya Akademi tidak senang melihat mahasiswanya membuang hari libur yang berharga ini dengan malas-malasan. Mereka memberi tugas bagi setiap mahasiswa untuk membuat essai tentang sejarah Republik Aldera.
“Padahal aku masuk Fakultas Sentia-Ilmi untuk menghindari sejarah,” kata Elran dengan rasa malas, “apa gunanya dong libur. Kayaknya Lektor-Lektor itu tidak senang membayangkan wajahku yang tidur dengan nyamannya sepanjang hari.” Elran, mahasiswa Fakultas Sentia-Ilmi jurusan Teknik Machina, bersama teman-temannya dari angkatan yang sama sedang duduk di salah satu ruangan di Perpustakaan Akademi Aldera.
“Dasar kau saja yang pemalas. Sejarah itu penting bagi generasi muda penerus bangsa. Apa jadinya jika pemimpin masa depan tidak tahu sejarah,” kata Birga, seorang teman.
“Dan sejarah negara ini memang cukup menarik. Aldera adalah negara termuda di benua Estra, tetapi sudah cukup kuat untuk memengaruhi ekonomi Estra,” kata Gita, salah seorang pelajar asing di Akademi Runic, bukan hanya dia berasal dari luar Aldera, tetapi dia juga bukanlah seorang Hume, ras manusia paling dominan di Estra, tapi seorang Olvan dari benua Selatan.
Saat ini melihat seorang Olvan di berbagai kota perdagangan dan kota religius besar bukanlah hal yang aneh, tetapi seorang Olvan mau mempelajari teknologi machina terlebih di Akademi Aldera yang belum memiliki nama dan sejarah besar seperti Akademi Luna atau Institut Teknologi Drumdarg, masih menjadi pertanyaan di benak Elran.
Di upacara awal tahun ajaran, Elran dan hampir seluruh mahasiswa baru lainnya tersedot perhatiannya kepada salah satu mahasiswa baru yang berkulit putih dan bertelinga lancip. Bertemu seorang Olvan secara langsung adalah hal yang hampir mustahil bagi rakyat Aldera yang sangat jauh dari benua asal Olvan dan kota-kota pusat peradaban manusia. Bagi Elran, Azriha Dargita vie Olvaria, Gita, adalah penjelmaan kecantikan itu sendiri. Sehingga rasanya bagaikan mimpi sang Olvan itu memilih jurusan yang kurang diminati, Teknologi Machina, yang terkenal gersang nyaris tanpa mahasiswi, dan hanya terdiri dari belasan orang per angkatan.
Tapi sampai sekarang, setelah dua bulan menjalani pendidikan, dia belum bertanya satu kalipun alasan mengapa Gita bisa memilih akademi ini karena kesibukan jadwal sebagai mahasiswa baru.
“Ah, iya, Gita, sebagai satu-satunya Olvan di akademi ini, kenapa dirimu memilih jurusan ini sih? Bukannya Olvan lebih tertarik dengan sihir, alkemia, dan seni ya?” kata Elran yang sudah bosan dengan ratusan halaman dokumen sejarah.
“Ah iya, aku rasa kalian belum tahu berapa umurku ya?”
“Berapa memangnya?” kata Elran penasaran. Teman-temannya di sekitar meja pun ikut penasaran. Mereka tahu Olvan bisa hidup sangat lama, tetapi mereka sebagai teman seangkatannya lupa menanyakan hal seperti ini.
“Aku saat ini 219 tahun 356 hari.”
“Apa?” semua teriak serentak. Dari penampilan dan sikapnya selama ini rasanya tidak mungkin dia berusia setua itu. Mereka yang belum bertemu Olvan secara langsung sepertinya secara otomatis berprasangka bahwa Olvan menua layaknya manusia biasa, dan Olvan seratus tahun ke atas hanya hidup lama dengan penampilan fisik seperti manusia yang telah lanjut usia.
“Selama puluhan tahun aku berkeliling benua Estra dari Universitas ke Universitas, dari Akademi ke Akademi, untuk mempelajari ilmu kalian, para Hume, yang begitu menarik. Karena aku sudah bosan dengan hal-hal yang merupakan keahlian bangsa kami, aku mencoba mengambil jurusan ini. Tidak ada salahnya kan?”
“Dan dari seluruh perguruan tinggi di dunia kau memilih perguruan tinggi kecil ini?”
“Karena aku juga ingin mempelajari budaya dan adat istiadat setempat. Lagipula kalau tidak ada Olvan lainnya aku bisa berharap lebih mudah bergaul dengan kalian. Sudah terlalu sering aku masuk jurusan yang memiliki beberapa orang Olvan dan mereka semua membentuk komunitas dan grupnya sendiri sehingga tujuan asli mereka untuk melebur dan mempelajari budaya setempat jadi sedikit terbengkalai. Ah, ayo kembali ke tugas kita semua teman-teman,” katanya lalu kembali memusatkan perhatian kepada buku-buku data tentang perang dan militer Aldera.
“Eh, Gita. Kalau usiamu 219 tahun 356 hari, berarti sepuluh hari lagi kamu berulang tahun dong?”
“Ah, iya, 10 hari lagi tepat 220 tahun dari hari jadiku.”
“Ah, bagus kalau begitu. Teman-teman, kebetulan tanggal 10 bulan 6 adalah hari Istirahat. Kita rayakan ulang tahun Gita yuk?”
Bagi mahasiswa Teknik Machina, sesuatu di luar tugas sejarah pasti menarik perhatian mereka sehingga seisi meja langsung mengalihkan mata dan telinga mereka ke pembicaraan yang menarik.
“Untuk apa?” Gita menjawab dengan datar.
“Ehm, ulang tahun. Ulang tahun. Hari dimana kamu di lahirkan hanya terjadi sekali setahun, jadi kita merayakannya. Ada kue, masakan dan hadiah? Selama 200 tahun hidupmu kau belum pernah merayakannya Gita?” kata Elran mencoba menjelaskannya.
“Ah, kebudayaan manusia. Sayang sekali tidak pernah. Kami tidak pernah mengadakan sesuatu di hari jadi kami, kecuali satu kali upacara kedewasaan di tahun ke seratus,” jawab Gita masih dengan nada datar.
“Selama perkuliahanmu selama ini kau belum pernah sekalipun diajak teman-temanmu merayakan ulang tahun?” tanya Elran dengan heran.
“Tidak pernah. Kolegaku selama ini selalu sibuk dengan urusan akademisnya masing-masing. Lagipula aku biasanya hanya berkumpul dengan sesama Olvan karena kolega manusia lain cenderung tidak mau berurusan dengan kami karena diperlukan,” tampak sekilas kesepian di matanya yang sebening langit, “mungkin baru kalianlah kolegaku yang mengajakku berbicara hal lain di luar pelajaran.”
“Ah, sudahlah, pokoknya siapkan dirimu di hari ke 10 bulan 6! Kami akan membuat kejutan untukmu!” kata Elran dengan semangat.
“Eh-eh, tunggu dulu, kami! Siapa yang kau maksud dengan kami Elran?” kata Devra, salah satu teman seangkatan mereka.
“Eh, k-kalian mau membantu-kan?”
“Pesta ulang tahun mungkin akan kami bantu? Tapi kejutan? Siapa yang bisa mengejutkan nona yang telah hidup dua ratus tahun ini?” kata Devra lagi.
“Ah, mungkin pesta ulang tahun ini menarik, pengalaman baru bagiku, aku akan menantikannya,” ulang tahun, sebuah pengalaman baru bagi Gita.
“B-baiklah. Ayo, faksi manusia jurusan Teknik Machina Akademi Aldera, kita rapatkan strategi Pesta Ulang Tahun Gita!” kata Elran dengan semangat.
“Selesaikan dulu tugasmu!” kata Birga sambil memukul dengan gulungan kertas.
“Aduh. Iya-iya. Aku kerjakan,” Elran menggerutu sambil memaksa dirinya menelan semua data-data sejarah di depannya untuk tugas yang tidak tahu tempat itu.
Setelah perjuangan berjam-jam akhirnya tugas essai sejarah Aldera selesai mereka kerjakan bersama-sama pada pukul tiga sore. Setelah itu Gita memisahkan diri dari kelompok itu untuk menikmati sisa hari liburnya. Sementara yang lainnya dengan suka rela menghabiskan sisa waktunya demi membicarakan pesta ulang tahun Gita.
Rapat pesta ulang tahun Gita berjalan cukup lama dengan berbagai ide tentang bagaimana pesta yang menarik sekaligus mengejutkan bagi seorang Olvan. Reini, satu-satunya wanita manusia di angkatan mereka yang berjumlah 15 orang menjadi penangung jawab makanan dan kue secara de fakto, sementara tugas-tugas lainnya di bagi rata bersama teman-teman lainnya. Elran, sebagai penggagas ide gila, di beri tugas memberikan kado utama dan menemukan tempat pesta yang pas tanpa harus repot mengurus ijin penggunaan gedung ke akademi.
“Elran, coba kau ke sini,” kata Reini menghampirinya dan memberikan secarik kertas, “mungkin mereka bisa membantumu. Kakakku pernah ke sana dan pilihan kadonya sangat beragam,” lanjutnya lagi.
“Toko Kado Spica?” kata Elran membaca tulisan yang berisi nama toko dan alamatnya. Tidak jauh dari Akademi Aldera dan masih di pusat pertokoan kota Aldera ternyata. “Terima kasih Reini, aku akan kesana besok,” lanjutnya lagi.
Lalu setelah mengakhiri pertemuan, mereka berpisah untuk menikmati hari liburannya masing-masing, masih dengan semangat untuk memberikan Gita hadiah ulang tahun terbaik.
Dalam pikiran Elran masih terbayang apa yang terjadi pada pagi ini. Sepuluh hari lagi Ovan satu-satunya di Akademi Aldera akan ulang tahun, dan lebih spesial lagi, mungkin ini pesta ulang tahun pertama dia setelah ratusan tahun.
Pikiran Elran sepanjang malam di penuhi dengan Gita. Sosoknya adalah esensi kecantikan seorang itu sendiri. Rambut peraknya yang begitu bercahaya ketika di sinari mentari, kulitnya yang bagaikan keramik, tak bercacat, telinganya yang lancip dan matanya yang berwarna langit, tetapi lebih dari itu, Elran mengingat tatapan kosong kesepian dari mata itu, dan dari suaranya yang datar, tanpa nada.
Ia mengingat kata-kata Gita, bahwa selama ini, koleganya, teman seangkatannya, hanya berurusan dengan dia kalau perlu. Tidak ada pesta, tidak ada makan bersama atau belanja bersama. Hanya kompetisi mengejar prestasi akademis, khas universitas-universitas ternama di penjuru Estra. Dan kali ini, dia menemukan orang-orang yang membahas hal-hal di luar pelajaran bersamanya, mungkin untuk pertama kalinya selama ratusan tahun. Apa rasanya kesepian tanpa teman selama seratus tahun? Elran tak sanggup membayangkan.
Aku harus memberikannya sesuatu yang bisa dia kenang selamanya, kata Elran di dalam hati, tapi apa?
Diubah oleh st_illumina 12-06-2013 23:53
0
1K
Kutip
2
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan