TS
raivac
[Cerpen] Cik Lihan
hanya sebuah cerita pendek ringan
Sebenarnya tidak ada yang istimewa dengan Kampung Gede Lima. Tidak dari sisi lingkungannya, tidak juga dari keseharian para warganya. Lingkungannya bisa dibilang kumuh dan sangat padat, hampir tidak ada jarak antar satu rumah dengan rumah lain. Terlebih lagi dengan selokannya yang dipadati sampah-sampah rumah tangga. Dari sisi warganya sendiri juga jauh dari kata ‘wah’, kebanyakan hanya pedagang di pasar sebagaimana warga kampung lain.
Namun ada seseorang yang membuat kampung kecil ini menjadi terkenal se-kecamatan, namanya Cik Lihan. Tidak ada yang tahu asal-usul dia yang sebenarnya, termasuk siapa yang pertama kali menyebutnya ‘Cik’. Banyak yang bilang dia adalah seorang perantauan dari daerah yang jauh di Sumatera, ada juga yang bilang dia adalah keturunan keraton yang mengasingkan diri ke sini. Malah banyak anak kecil yang bilang dia itu Batman.
Tentu saja Cik Lihan bukanlah orang biasa sampai identitasnya lebih diperdebatkan ketimbang siapa yang pantas masuk 3 besar XReactor. Bagi warga Kampung Gede Lima dia adalah seorang pemuda dengan wawasan luas, seorang pencerah, dan pantas dianugerahi titel filsuf masa kini.
Penampilannya yang apa adanya (kalau ada baju baru ya ganti, kalau tidak ya tidak ganti), terbuka, dan pembawaannya yang santai membuat orang betah duduk lama-lama untuk sekedar berdiskusi. Mulai dari hal sepele macam bagaimana cara menghemat satu saschet sampo untuk dua minggu, sampai yang paling modern seperti trik membuat jebakan burung gereja dari sandal jepit. Untuk yang disebut terakhir sudah pernah dites di depan para pejabat kampung dan lulus uji permisi.
Sehari-harinya sebagian besar dihabiskan untuk duduk merenung di bawah pohon nangka milik Pak Sobar. Ia menyebutnya sebagai ‘ritual untuk mendekatkan diri dengan semesta’. Di saat ritualnya itulah orang-orang dari segala kalangan biasanya datang untuk mengajukan suatu topik tertentu, entah untuk berkonsultasi maupun hanya sekedar diskusi menunggu isteri selesai memasak.
Salah satu yang baru-baru ini datang adalah Sanurdi. Dia adalah anak dari Bu Esti, seorang janda yang biasa berjualan kue cucur di depan sebuah sekolah dasar. Umurnya masih 18 tahun. Dia baru lulus dari SMA dan sekarang masih mencari kerja ke sana sini. Kalau sedang merasa ‘capek’, dia selalu menghabiskan waktunya untuk menulis.
Awalnya ia hanya menulis puisi berisi ungkapan hatinya, seperti tentang kerinduannya akan kekasih yang lama tak pulang, atau tentang kekecewaannya saat dikhianati sang belahan jiwa. Padahal sebenarnya dia belum pernah berpacaran. Berbicara dengan perempuan pun bisa dihitung dengan jari ayam.
Rupanya akhir-akhir ini Sanurdi tertarik untuk mulai menulis cerita fiksi. Ia ingin menjadi seorang novelis yang kaya raya sehingga bisa membeli semua dagangan ibunya. Anak yang berhati mulia ini kemudian mengalami banyak rintangan dalam proses menulis cerita. Ternyata semuanya tak semudah membuat puisi. Ia tidak bisa asal menulis kata-kata manis nan indah. Setelah sekian lama bergumul tanpa melahirkan sebuah cerita, akhirnya ia memutuskan untuk meminta saran dari Cik Lihan.
Spoiler for bagian 1:
Sebenarnya tidak ada yang istimewa dengan Kampung Gede Lima. Tidak dari sisi lingkungannya, tidak juga dari keseharian para warganya. Lingkungannya bisa dibilang kumuh dan sangat padat, hampir tidak ada jarak antar satu rumah dengan rumah lain. Terlebih lagi dengan selokannya yang dipadati sampah-sampah rumah tangga. Dari sisi warganya sendiri juga jauh dari kata ‘wah’, kebanyakan hanya pedagang di pasar sebagaimana warga kampung lain.
Namun ada seseorang yang membuat kampung kecil ini menjadi terkenal se-kecamatan, namanya Cik Lihan. Tidak ada yang tahu asal-usul dia yang sebenarnya, termasuk siapa yang pertama kali menyebutnya ‘Cik’. Banyak yang bilang dia adalah seorang perantauan dari daerah yang jauh di Sumatera, ada juga yang bilang dia adalah keturunan keraton yang mengasingkan diri ke sini. Malah banyak anak kecil yang bilang dia itu Batman.
Tentu saja Cik Lihan bukanlah orang biasa sampai identitasnya lebih diperdebatkan ketimbang siapa yang pantas masuk 3 besar XReactor. Bagi warga Kampung Gede Lima dia adalah seorang pemuda dengan wawasan luas, seorang pencerah, dan pantas dianugerahi titel filsuf masa kini.
Penampilannya yang apa adanya (kalau ada baju baru ya ganti, kalau tidak ya tidak ganti), terbuka, dan pembawaannya yang santai membuat orang betah duduk lama-lama untuk sekedar berdiskusi. Mulai dari hal sepele macam bagaimana cara menghemat satu saschet sampo untuk dua minggu, sampai yang paling modern seperti trik membuat jebakan burung gereja dari sandal jepit. Untuk yang disebut terakhir sudah pernah dites di depan para pejabat kampung dan lulus uji permisi.
Sehari-harinya sebagian besar dihabiskan untuk duduk merenung di bawah pohon nangka milik Pak Sobar. Ia menyebutnya sebagai ‘ritual untuk mendekatkan diri dengan semesta’. Di saat ritualnya itulah orang-orang dari segala kalangan biasanya datang untuk mengajukan suatu topik tertentu, entah untuk berkonsultasi maupun hanya sekedar diskusi menunggu isteri selesai memasak.
Salah satu yang baru-baru ini datang adalah Sanurdi. Dia adalah anak dari Bu Esti, seorang janda yang biasa berjualan kue cucur di depan sebuah sekolah dasar. Umurnya masih 18 tahun. Dia baru lulus dari SMA dan sekarang masih mencari kerja ke sana sini. Kalau sedang merasa ‘capek’, dia selalu menghabiskan waktunya untuk menulis.
Awalnya ia hanya menulis puisi berisi ungkapan hatinya, seperti tentang kerinduannya akan kekasih yang lama tak pulang, atau tentang kekecewaannya saat dikhianati sang belahan jiwa. Padahal sebenarnya dia belum pernah berpacaran. Berbicara dengan perempuan pun bisa dihitung dengan jari ayam.
Rupanya akhir-akhir ini Sanurdi tertarik untuk mulai menulis cerita fiksi. Ia ingin menjadi seorang novelis yang kaya raya sehingga bisa membeli semua dagangan ibunya. Anak yang berhati mulia ini kemudian mengalami banyak rintangan dalam proses menulis cerita. Ternyata semuanya tak semudah membuat puisi. Ia tidak bisa asal menulis kata-kata manis nan indah. Setelah sekian lama bergumul tanpa melahirkan sebuah cerita, akhirnya ia memutuskan untuk meminta saran dari Cik Lihan.
Diubah oleh raivac 08-05-2013 19:25
0
2.3K
Kutip
27
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan