

TS
LuciferScream
[Orific] The Chosen
Project Iseng2 bro, jalan ceritanya tentang Mutant dengan various super powers. kalo yang suka Hero, X men, Naruto sama hunter X Hunter pasti suka ama cerita gw dah
pls enjoy. 
***


***
Prologue
Chapter 1 - First Blood (Part 2)
Chapter 2 - Spitter The Air Shooter (Part 1)
Chapter 2 - Spitter The Air Shooter (Part 2)
chapter 3 - Travellers (Part 1)
chapter 3 - Travellers (part 2)
The Chosen - Chapter 1; First Blood [Part 1]
Spoiler for The Chosen-Chapter 1:
Sekali lagi, aku harus berlari, Menyelamatkan hidup ini dari para bedebah itu. Manusia-manusia tolol yang telah merenggut semua keluarga dan juga sahabatku, aku akan terus berlari, hingga aku siap menghadapi mereka. Entah sampai kapan.
***
Gelas berisi kopi itu terlihat lebih nikmat dibandingkan dengan bir yang ditawarkan oleh pramusaji. Aku mengambil dan menghirup aroma kopinya dalam-dalam sesaat sebelum aku meneguk cairan hitam yang hangat itu. Kopi selalu membuatku nyaman, tidak peduli dimanapun aku berada. Seperti saat ini, aku tersudut ditengah pesta bodoh yang tidak aku mengerti. Kalau bukan karena Irish, aku tidak mungkin datang kesini.
Ya, Irish adalah nama pacarku. Walau usia kami terpaut cukup jauh, tapi dia menyayangiku sepenuh hati. Well, sebenarnya aku tidak begitu mengerti ungkapannya saat itu, dia mengatakan bahwa aku adalah separuh hidupnya, setengah jiwanya, atau separuh nafasnya. Yah, hal-hal semacam itulah. Aku belum mengerti jika dia belum menjelaskannya secara harfiah.
Kali ini dia sedang asik dengan dunianya sendiri, berjoget ditengah kerumunan teman-temannya diiringi dengan musik trance yang menghentak. Sedangkan aku, duduk disudut ruangan ditemani kopi hitam yang mulai dingin. Dia melarangku untuk ikut berjoget disana. Katanya, terlalu berbahaya bagi anak kecil dan aku akan terlihat bodoh. Cih, yang benar saja, justru mereka semua yang terlihat bodoh. Dengan jarak kurang dari lima meter dari speaker super besar itu, gendang telinga mereka bisa rusak dalam sekejap. Dan yang paling aneh, mereka senang melakukannya sepanjang malam, satu lagi hal yang tidak kumengerti dari dunia orang dewasa.
Aku menyesap sisa kopi hitamku, meninggalkan sisa ampasnya yang tebal di dasar cangkir. Kulihat Irish berjalan menghampiriku,
"Kau terlihat bosan, kau mau turun kesana?" Irish berteriak seakan-akan aku orang yang tuli.
Aku menggelengkan kepalaku.
"Ayolah, Zee! setidaknya nikmati saat-saat ini, sudah lama aku tidak bertemu teman-temanku, ayo, ikut denganku?" Irish mengulurkan tangannya padaku.
"Setengah jam yang lalu kau melarangku kesana mati-matian, sekarang kau malah memaksaku untuk ikut bergabung dengan teman-temanmu yang konyol. Tidak terima kasih" Aku beranjak dari tempat dudukku dan pergi menuju toilet, meninggalkan Irish dengan tatapan tajamnya.
'aku sudah cukup penat terperangkap di pesta valentine bodoh ini' gumamku dalam hati, aku berusaha meraih keran air yang terlalu tinggi bagiku, dan mencari-cari barang yang bisa dijadikan pijakan untuk meraih keran di wastafel ini. Ya, tubuhku terlalu pendek untuk berkaca di wastafel orang dewasa. Tapi, aku termasuk tinggi diantara teman-teman sebayaku yang berumur 15 tahun.
Mungkin kau tidak percaya aku yang baru berumur 15 tahun ini bisa memiliki pacar yang umurnya 7 tahun lebih tua dariku. Tapi, begitulah kenyataanya jika kau memiliki kepribadian yang 'berbeda' dari orang-orang di umur sebayamu.
Kali ini aku menatap lekat-lekat wajah seorang laki-laki berparas tampan di kaca itu, aku merapihkan rambut hitamku yang berantakkan, dan membasahinya sedikit dengan air. Sesaat aku menghela nafas, sambil memejamkan mata. Tidak lama setelah itu, pandangan mataku mulai kabur, semuanya buram dan rasa panas menjulur disekitar mataku. 'datang lagi...' geramku dalam hati
Aku melihat orang-orang berseragam hitam dengan persenjataan lengkap menembaki sekelompok manusia di atap sebuah gedung tinggi. Suara desingan peluru terdengar begitu dekat, dan bau mesiu ini juga nyata, aku melihat di kejauhan, orang-orang itu berjatuhan satu persatu.
Kilatan bayangan itu muncul sangat cepat, namun aku bisa mengingat keseluruhan detailnya. Aku harus memberi tahu Irish, jika tidak, banyak orang yang akan mati malam ini. Aku yakin seratus persen bahwa apa yang kulihat benar-benar akan terjadi. Sejak aku berumur lima tahun, aku bisa melihat peristiwa yang akan terjadi secara acak, entah itu 5 menit, 10 menit, bahkan 30 menit sebelumnya. Dan ini termasuk salah satunya.
Aku berlari keluar toilet untuk memperingati Irish. Belum sempat aku berlari jauh, listrik gedung ini padam, diikuti dengan raungan sirine mobil dimana-mana. Pandangan mataku gelap dan tidak bisa mendeteksi benda apapun di depan mataku, bahkan aku tidak bisa melihat tanganku sendiri. kudengar jeritan panik orang-orang disekelilingku, sedangkan aku tidak pernah terbawa suasana, cukup diam tidak bergerak diruangan ini dengan senyum lebar menyeringai.
***
***
Gelas berisi kopi itu terlihat lebih nikmat dibandingkan dengan bir yang ditawarkan oleh pramusaji. Aku mengambil dan menghirup aroma kopinya dalam-dalam sesaat sebelum aku meneguk cairan hitam yang hangat itu. Kopi selalu membuatku nyaman, tidak peduli dimanapun aku berada. Seperti saat ini, aku tersudut ditengah pesta bodoh yang tidak aku mengerti. Kalau bukan karena Irish, aku tidak mungkin datang kesini.
Ya, Irish adalah nama pacarku. Walau usia kami terpaut cukup jauh, tapi dia menyayangiku sepenuh hati. Well, sebenarnya aku tidak begitu mengerti ungkapannya saat itu, dia mengatakan bahwa aku adalah separuh hidupnya, setengah jiwanya, atau separuh nafasnya. Yah, hal-hal semacam itulah. Aku belum mengerti jika dia belum menjelaskannya secara harfiah.
Kali ini dia sedang asik dengan dunianya sendiri, berjoget ditengah kerumunan teman-temannya diiringi dengan musik trance yang menghentak. Sedangkan aku, duduk disudut ruangan ditemani kopi hitam yang mulai dingin. Dia melarangku untuk ikut berjoget disana. Katanya, terlalu berbahaya bagi anak kecil dan aku akan terlihat bodoh. Cih, yang benar saja, justru mereka semua yang terlihat bodoh. Dengan jarak kurang dari lima meter dari speaker super besar itu, gendang telinga mereka bisa rusak dalam sekejap. Dan yang paling aneh, mereka senang melakukannya sepanjang malam, satu lagi hal yang tidak kumengerti dari dunia orang dewasa.
Aku menyesap sisa kopi hitamku, meninggalkan sisa ampasnya yang tebal di dasar cangkir. Kulihat Irish berjalan menghampiriku,
"Kau terlihat bosan, kau mau turun kesana?" Irish berteriak seakan-akan aku orang yang tuli.
Aku menggelengkan kepalaku.
"Ayolah, Zee! setidaknya nikmati saat-saat ini, sudah lama aku tidak bertemu teman-temanku, ayo, ikut denganku?" Irish mengulurkan tangannya padaku.
"Setengah jam yang lalu kau melarangku kesana mati-matian, sekarang kau malah memaksaku untuk ikut bergabung dengan teman-temanmu yang konyol. Tidak terima kasih" Aku beranjak dari tempat dudukku dan pergi menuju toilet, meninggalkan Irish dengan tatapan tajamnya.
'aku sudah cukup penat terperangkap di pesta valentine bodoh ini' gumamku dalam hati, aku berusaha meraih keran air yang terlalu tinggi bagiku, dan mencari-cari barang yang bisa dijadikan pijakan untuk meraih keran di wastafel ini. Ya, tubuhku terlalu pendek untuk berkaca di wastafel orang dewasa. Tapi, aku termasuk tinggi diantara teman-teman sebayaku yang berumur 15 tahun.
Mungkin kau tidak percaya aku yang baru berumur 15 tahun ini bisa memiliki pacar yang umurnya 7 tahun lebih tua dariku. Tapi, begitulah kenyataanya jika kau memiliki kepribadian yang 'berbeda' dari orang-orang di umur sebayamu.
Kali ini aku menatap lekat-lekat wajah seorang laki-laki berparas tampan di kaca itu, aku merapihkan rambut hitamku yang berantakkan, dan membasahinya sedikit dengan air. Sesaat aku menghela nafas, sambil memejamkan mata. Tidak lama setelah itu, pandangan mataku mulai kabur, semuanya buram dan rasa panas menjulur disekitar mataku. 'datang lagi...' geramku dalam hati
Aku melihat orang-orang berseragam hitam dengan persenjataan lengkap menembaki sekelompok manusia di atap sebuah gedung tinggi. Suara desingan peluru terdengar begitu dekat, dan bau mesiu ini juga nyata, aku melihat di kejauhan, orang-orang itu berjatuhan satu persatu.
Kilatan bayangan itu muncul sangat cepat, namun aku bisa mengingat keseluruhan detailnya. Aku harus memberi tahu Irish, jika tidak, banyak orang yang akan mati malam ini. Aku yakin seratus persen bahwa apa yang kulihat benar-benar akan terjadi. Sejak aku berumur lima tahun, aku bisa melihat peristiwa yang akan terjadi secara acak, entah itu 5 menit, 10 menit, bahkan 30 menit sebelumnya. Dan ini termasuk salah satunya.
Aku berlari keluar toilet untuk memperingati Irish. Belum sempat aku berlari jauh, listrik gedung ini padam, diikuti dengan raungan sirine mobil dimana-mana. Pandangan mataku gelap dan tidak bisa mendeteksi benda apapun di depan mataku, bahkan aku tidak bisa melihat tanganku sendiri. kudengar jeritan panik orang-orang disekelilingku, sedangkan aku tidak pernah terbawa suasana, cukup diam tidak bergerak diruangan ini dengan senyum lebar menyeringai.
***
Diubah oleh LuciferScream 16-04-2013 22:20
0
2K
Kutip
13
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan