Percobaan pertama saya bikin fic dengan teka-teki. Yang baca juga boleh ikutan mecahin teka-tekinya, gampang kok
Misalnya ada yang bisa mecahin teka-tekinya, ficnya bakal lanjut. Kalo nggak, ya seminggu lagi juga bakal dilanjutin kok
Senin siang itu tak akan pernah dilupakan oleh setiap murid kelas VIII-B SMP 68.
Hari pertama mereka setelah naik dari kelas VII ternyata harus dijalani dengan sebuah tes matematika. Bukan tes matematika biasa, karena yang memberikan tes ini adalah seorang guru yang tidak biasa.
Namanya adalah Pak Burhan. Dia adalah seorang guru muda usia 24 tahun yang komunikatif. Guru matematika ini disukai banyak para siswi, dan diidolakan para siswa karena kepribadian dan cara mengajar matematikanya yang mudah dimengerti serta diselingi lelucon.
Namun, jika menjelang waktu-waktu ulangan, Pak Burhan selalu memberikan semacam pre-test yang membingungkan.
Di hari perkenalannya dengan Pak Burhan, Ayunda sedang memegang sebuah pita kertas berisi barisan huruf yang diacak-acak. Bagaimanapun Ayunda coba mengamatinya, dia tak mengerti maksud dari barisan huruf itu.
Ayunda tidak sendirian, karena teman-temannya juga kebingungan dengan isi dari pita kertas itu.
“Tak usah dipikirkan, nanti kalian malah pusing.”
Pak Burhan berusaha menenangkan kelas VIII-B yang mulai gaduh.
“Tapi Bapak masih baik hati loh. Bapak sudah siapkan sebuah alat yang akan membantu kalian memecahkan kode rahasia itu!”
Kelas kembali gaduh, namun setiap suara disana memancarkan harapan bahwa mereka bisa menyelesaikan teka-teki dari Pak Burhan ini dengan alat yang ia janjikan.
“Namun! Bapak menyimpan alat itu di suatu tempat, dan tempatnya ada di sini.”
Semua murid, termasuk Ayunda, memperhatikan Pak Burhan yang menulis di papan tulis dengan antusias. Namun kekecewaan kembali terpancar di wajah mereka setelah mereka melihat apa yang ditulis di sana.
Code:
o x e d q j g l s r k r q s l q x v
Petunjuk: 3 langkah samping kiri
“Bapak kurang baik apa lagi coba? Kalian harus memecahkan sandi ini untuk mengetahui lokasi benda itu. Tapi jika sampai besok sore belum ada orang yang pergi ke tempat yang diperintahkan sandi itu, benda itu akan menghilang!”
Kelas kembali gaduh. Namun Ayunda menyimpan energinya. Dia menghela nafas dan memandang pita kertas serta papan tulis dalam-dalam.
“Kelihatannya aku harus menanyakan ini pada kakak.”
Ayunda berkata dalam hatinya. Ayunda dan teman-temannya harus memecahkan sandi di papan tulis sebelum besok sore untuk mendapatkan benda yang bisa memecahkan sandi pita kertas dari Pak Burhan. Jika tidak, mereka tak akan pernah mendapatkan materi yang bisa dipelajari untuk tes pendahuluan.
Ayunda mulai mencatat sandi lokasi serta petunjuk itu di bukunya. Meskipun Ayunda tak mengerti dengan teka-teki dari Pak Burhan, Ayunda tetap optimis dia dapat memecahkan rahasia dari teka-teki itu.
“Ingat ya, Kamis nanti kita akan ada tes pendahuluan untuk bab Aljabar. Materinya ada pada pita kertas yang sudah Bapak bagikan. Untuk memecahkan kodenya, kalian butuh alat yang sudah Bapak sembunyikan. Dimana? Lokasinya ada di papan tulis, dan kalian juga harus memecahkan sandi yang tertulis disini. Kalau tak ada tantangannya kan membosankan, jika sampai besok sore belum ada yang pergi ke tempat yang disandikan, alat itu akan menghilang untuk selamanya!”
Di pertemuan pertama mereka dengan Pak Burhan, kepala murid kelas VIII-B dipenuhi dengan tanda tanya. Namun berbeda dengan Ayunda, kepalanya berisi anak panah yang berputar-putar. Ayunda punya start yang bagus, dan dia yakin bisa menyelesaikan teka-teki ini.
***