

TS
Heilel_Realz012
[OriFict - Oneshot] Ayn Sof [END]
Genre : (?) Fantasy / Slice of Life / Apocalypse (?)
Prakata:oneshot ini dibuat untuk meramaikan proyek anthology di forum sebelah SF Fiction. Silahkan dibaca cerita singkat ini dan klo berkenan silahkan tinggalkan komen, saran, atau kritik
Prakata:oneshot ini dibuat untuk meramaikan proyek anthology di forum sebelah SF Fiction. Silahkan dibaca cerita singkat ini dan klo berkenan silahkan tinggalkan komen, saran, atau kritik

Ayn Sof
by Heilel_Realz012
status : End
by Heilel_Realz012
status : End
Spoiler for oneshot part 1:
part 1
Menurutmu, apa makna dari melihat sebuah dunia? Dunia, adalah suatu hamparan luas latar opera yang diperuntukan bagi mereka para pemeran untuk mencetak cerita hidupnya. Tempat dimana semua hal berkumpul. Bentuk emosi, rasa cinta, kehilangan, kepedihan, kemarahan, bahkan keinginan untuk membalaskan dendam itu berada.
Kau tahu, telah berapa lama dunia ini berjalan dalam alur kisahnya? Telah ribuan tahun berlalu jika dipandang dari waktu saat ini. Ribuan tahun sejak dimana kedamaian itu akhirnya rusak. Pemberontakan pertama dilangit dan menjadi pemicu awal dari kejatuhan Merekayang tidak taat yang mengakhiri era Jurassic.
Manusia lahir dari kesucian dan mereka menderita karena telah berdosa. Terbuang dari tempat yang indah dan akhirnya melangkahi tanah ini. Tanah yang merupakan setingan perjalanan hidup yang akan membuat hidup mereka dapat dipandang berarti atau sia-sia.
Hujan turun dengan sangat lebatnya disini. Kota tua yang telah luluh lantah akibat perang dari pertikaian mereka orang-orang yang menganggap diri mereka itu berkuasa. Gedung-gedung pencakar langit yang tinggi dan juga fasilitas transportasi modern yaitu kereta api kini telah rusak dan menjadi bangkai puing-puing yang mengotori pemandangan.
Kulihat mereka orang-orang sipil yang berada disana, berusaha melindungi diri mereka dari hujan dengan bersembunyi diekat puing-puing bangunan. Kesedihan dapat terlihat jelas dari wajah mereka yang terlihat lusuh kotor dengan pakaian yang dipenuhi debu atau kotoran.
Pemandangan berbeda yang sebelumnya kulihat mengenai kehidupan di tempat ini. Dulu sebelum semuanya rusak, kota ini adalah kota yang indah dengan banyak kebahagiaan dan kemudahan akibat modernitas ilmu pengetahuan yang berkembang. Namun sekarang setelah pertikaian itu tidak dapat terelakan dan panah apidilepaskan kelangit, semuanya akhirnya menjadi luluh lantah.
Benar. Nuklir adalah sesuatu yang seharusnya tidak pernah ditemukan oleh manusia.
Tuan anda tidak kedinginan?
Suara gadis kecil berbicara padaku. Dia bersama ibunya yang berumur 35 tahun sedang duduk diantara puing-puing bangunan dan melindungi dirinya dari derasnya hujan. Gadis kecil itu melihat diriku dengan pandangan keheranan. Seorang laki-laki dengan jaket putih panjang selutut mengenakan pula setelan kemeja hitam didalamnya, memakai celana hitam, dan juga sepatu hitam. Sosok wajah yang anak itu lihat, adalah sosok tanpa ekspresi dengan raut wajah sekitaran umur 25 tahun dengan warna rambut hitam agak ikal dan bermata biru layaknya permata sapphire.
Aku kemudian melangkah mendekati diri mereka. Sang ibu yang melihat orang asing mendekat kemudian memeluk gadis kecilnya itu dan terlihat seperti ingin melindunginya. Apa yang kau inginkan? suara pelan terucap dalam ketakutan diri sang ibu. Aku yang berdiri begitu dekat, dengan tubuh yang basah kuyub kemudian berjongkok dan memandangi gadis kecil dalam pelukan ibunya itu.
Apakah kamu bahagia?
Pertanyaan yang seharusnya tidak kukatakan. Dalam sudut seorang manusia tentu saja keadaan kehancuran seperti ini adalah merupakan suatu penderitaan besar yang menyayat hati. Tapi, wajah polos dan tidak bersalah dari anak berambut coklat pendek sebahu dengan mata hijaunya ini membuatku ingin bertanya langsung seperti itu.
Aku bahagia karena masih bersama ibu. Aku bahagia Tuhan masih melindungi kami berdua.
Senyuman kecilnya yang lugu membuatku terdiam sesaat dan hanya bisa memandangnya takjub. Kulihat ibunya memeluknya dengan erat dan kemudian menangis. Pilu ya benar, rasa tersayat hati itu jelas aku maklumi karena pemikiran seorang dewasa belum tentu bisa sama dengan pikiran anak ini. Belum tentu mereka masih bisa bicara bahwa aku bahagia dikondisi dunia seperti ini.
Menjadi yang mengamati layaknya observer adalah sesuatu hal yang menyenangkan namun disisi lain juga menyedihkan. Melihat perkembangan yang terjadi pada dunia ini dalam alur kisah dan sejarahnya. Melihat kehidupan tiap manusia yang memiliki cerita yang berbeda sejak mereka lahir hingga akhirnya menutup mata.
Hanya melihat dengan pertimbangan besar dan menghukum ketika semuanya benar-benar harus dilakukan. Ini adalah bentuk cobaan. Bukan berarti kalian manusia layak untuk mendapatkan penderitaan.
Dalam kondisi diriku yang terdiam dalam momen itu, terdengar dari derasnya hujan suatu ledakan-ledakan yang mulai mendekat. Gedung-gedung yang tegap berdiri beberapa patah dan roboh akibat ledakan-ledakan besar itu.
Orang-orang sipil yang berada di area pungsian itu panik termasuk juga ibu yang berada dihadapanku. Tentara Tuhan datang.. dengan raut wajah ketakutan dan sedihnya sang ibu berbicara dengan terbata-bata.
Tank-tank modern dan juga truk-truk besar berwarna hitam berdatangan ke daerah itu. Mereka menghancurkan bangunan apapun yang dinilai masih layak dan merubuhkannya. Tidak ada satupun diantara orang-orang sipil yang berniat untuk melawan. Mereka tidak memiliki apa-apa sedangkan lawan mereka berpakaian suit lengkap layaknya special-ops dengan senapan modern bersinar laser yang mereka pegang bagi tiap-tiap diri mereka.
Tank-tank yang berjumlah 12 dan juga 15 truk hitam berhenti di area itu. Ribuan pasukan yang berpakaian special-ops keluar dari truk dan mulai berbaris rapi. Kebingungan melanda dalam diri mereka orang-orang sipil yang merupakan survivor dari kehancuran Negara dan kota mereka. Mereka terlihat benar-benar ketakutan dengan musuh yang menginvasi kedamaian hidup komunitasnya. Takut dengan apa yang orang-orang itu inginkan dari mereka.
Pemimpin militer keluar dari salah satu truk dengan pakaian elegan yang berbeda. Dia mengenakan topi militer Jendral dan juga masker gas dengan kaca bulat berwarna merah. Berjalan dengan kedua ajudannya dan kemudian berhenti memandangi orang-orang yang lusuh disekelilingnya.
Hujan yang turun deras kemduian perlahan berhenti menjadi rintik-rintik. Aku yang berada disana memandangi sosok pemimpin militer itu dan menunggu apa yang akan dia lakukan selanjutnya.
Titah dari Edenia. Negara kalian adalah pembelot yang menyangkal keberadaan absolute dari pemimpin kami yang sangat berkuasa! pemimpin militer itu berbicara dengan keras sambil membaca isi kertas pada map hitam yang dia pegang.
Dia yang menjadi perwakilan Tuhan di bumi yang abadi, telah memutuskan bahwa kalian adalah mereka golongan yang layak dihukum. Siapapun yang menyangkal bahwa Dia adalah Tuhan di bumi akan mendapatkan neraka sebagai kompensasinya!!
Semua orang-orang sipil terhenyak mendengar memorandum itu. Mereka ketakutan karena para tentara serba hitam dengan pakaian special-ops menodongkan senapan mereka yang memiliki laser-sight merah kearah diri mereka.
Bagi dia yang menerima maka kalian akan ikut bersama kami ke Gehenna sebagai abdi yang taat. Bagi mereka yang menyangkal maka kalian akan tewas ditempat ini!
Terintimidasi, rasa takut akan mati, dan terasa dipaksa, mereka merasakan bahwa tentara ini memaksa diri mereka untuk mengakui pemimpin tertinggi mereka sebagai sosok Tuhan. Ya, hal yang merupakan pemicu awal terjadinya perang dan kehancuran ini adalah karena hal itu.
Aku yang tanpa bicara, dengan beraninya melangkahkan kaki dan berjalan mendekat kearah Jendral militer yang sedang berdiri itu. Para militer kemudian mengarahkan senapan mereka kearah diriku hingga tubuhku dipenuhi banyak sekali titik-titik merah.
Berhenti jangan coba-coba untuk mendekat! ucap salah satu dari dua ajudan yang berposisi menodongkan handgun FN-Five seven kearah diriku.
Aku tetap melangkah berjalan tanpa peduli dan kemudian kedua ajudan yang berada dikiri kanan sang Jendral terlihat berniat menekan pelatuk senjatanya.
Sebelum letusan peluru terjadi, sang Jendral yang terlihat gagah dan berwibawa dengan topeng masker gas yang dia kenakan, tiba-tiba saja mengangkat tangan kanannya sebahu. Ya itu merupakan suatu kode bagi para bawahannya untuk menahan tembakan.
Aku kemudian menghentikan langkahku hingga jarak antara aku dan dirinya hanya terpaut Sekitar 4 meter jaraknya. Aku yang memandangnya dengan mengerutkan dahi, diam tidak mengeluarkan ucapan apapun.
Menurutmu, apa makna dari melihat sebuah dunia? Dunia, adalah suatu hamparan luas latar opera yang diperuntukan bagi mereka para pemeran untuk mencetak cerita hidupnya. Tempat dimana semua hal berkumpul. Bentuk emosi, rasa cinta, kehilangan, kepedihan, kemarahan, bahkan keinginan untuk membalaskan dendam itu berada.
Kau tahu, telah berapa lama dunia ini berjalan dalam alur kisahnya? Telah ribuan tahun berlalu jika dipandang dari waktu saat ini. Ribuan tahun sejak dimana kedamaian itu akhirnya rusak. Pemberontakan pertama dilangit dan menjadi pemicu awal dari kejatuhan Merekayang tidak taat yang mengakhiri era Jurassic.
Manusia lahir dari kesucian dan mereka menderita karena telah berdosa. Terbuang dari tempat yang indah dan akhirnya melangkahi tanah ini. Tanah yang merupakan setingan perjalanan hidup yang akan membuat hidup mereka dapat dipandang berarti atau sia-sia.
***
Hujan turun dengan sangat lebatnya disini. Kota tua yang telah luluh lantah akibat perang dari pertikaian mereka orang-orang yang menganggap diri mereka itu berkuasa. Gedung-gedung pencakar langit yang tinggi dan juga fasilitas transportasi modern yaitu kereta api kini telah rusak dan menjadi bangkai puing-puing yang mengotori pemandangan.
Kulihat mereka orang-orang sipil yang berada disana, berusaha melindungi diri mereka dari hujan dengan bersembunyi diekat puing-puing bangunan. Kesedihan dapat terlihat jelas dari wajah mereka yang terlihat lusuh kotor dengan pakaian yang dipenuhi debu atau kotoran.
Pemandangan berbeda yang sebelumnya kulihat mengenai kehidupan di tempat ini. Dulu sebelum semuanya rusak, kota ini adalah kota yang indah dengan banyak kebahagiaan dan kemudahan akibat modernitas ilmu pengetahuan yang berkembang. Namun sekarang setelah pertikaian itu tidak dapat terelakan dan panah apidilepaskan kelangit, semuanya akhirnya menjadi luluh lantah.
Benar. Nuklir adalah sesuatu yang seharusnya tidak pernah ditemukan oleh manusia.
Tuan anda tidak kedinginan?
Suara gadis kecil berbicara padaku. Dia bersama ibunya yang berumur 35 tahun sedang duduk diantara puing-puing bangunan dan melindungi dirinya dari derasnya hujan. Gadis kecil itu melihat diriku dengan pandangan keheranan. Seorang laki-laki dengan jaket putih panjang selutut mengenakan pula setelan kemeja hitam didalamnya, memakai celana hitam, dan juga sepatu hitam. Sosok wajah yang anak itu lihat, adalah sosok tanpa ekspresi dengan raut wajah sekitaran umur 25 tahun dengan warna rambut hitam agak ikal dan bermata biru layaknya permata sapphire.
Aku kemudian melangkah mendekati diri mereka. Sang ibu yang melihat orang asing mendekat kemudian memeluk gadis kecilnya itu dan terlihat seperti ingin melindunginya. Apa yang kau inginkan? suara pelan terucap dalam ketakutan diri sang ibu. Aku yang berdiri begitu dekat, dengan tubuh yang basah kuyub kemudian berjongkok dan memandangi gadis kecil dalam pelukan ibunya itu.
Apakah kamu bahagia?
Pertanyaan yang seharusnya tidak kukatakan. Dalam sudut seorang manusia tentu saja keadaan kehancuran seperti ini adalah merupakan suatu penderitaan besar yang menyayat hati. Tapi, wajah polos dan tidak bersalah dari anak berambut coklat pendek sebahu dengan mata hijaunya ini membuatku ingin bertanya langsung seperti itu.
Aku bahagia karena masih bersama ibu. Aku bahagia Tuhan masih melindungi kami berdua.
Senyuman kecilnya yang lugu membuatku terdiam sesaat dan hanya bisa memandangnya takjub. Kulihat ibunya memeluknya dengan erat dan kemudian menangis. Pilu ya benar, rasa tersayat hati itu jelas aku maklumi karena pemikiran seorang dewasa belum tentu bisa sama dengan pikiran anak ini. Belum tentu mereka masih bisa bicara bahwa aku bahagia dikondisi dunia seperti ini.
Menjadi yang mengamati layaknya observer adalah sesuatu hal yang menyenangkan namun disisi lain juga menyedihkan. Melihat perkembangan yang terjadi pada dunia ini dalam alur kisah dan sejarahnya. Melihat kehidupan tiap manusia yang memiliki cerita yang berbeda sejak mereka lahir hingga akhirnya menutup mata.
Hanya melihat dengan pertimbangan besar dan menghukum ketika semuanya benar-benar harus dilakukan. Ini adalah bentuk cobaan. Bukan berarti kalian manusia layak untuk mendapatkan penderitaan.
Dalam kondisi diriku yang terdiam dalam momen itu, terdengar dari derasnya hujan suatu ledakan-ledakan yang mulai mendekat. Gedung-gedung yang tegap berdiri beberapa patah dan roboh akibat ledakan-ledakan besar itu.
Orang-orang sipil yang berada di area pungsian itu panik termasuk juga ibu yang berada dihadapanku. Tentara Tuhan datang.. dengan raut wajah ketakutan dan sedihnya sang ibu berbicara dengan terbata-bata.
Tank-tank modern dan juga truk-truk besar berwarna hitam berdatangan ke daerah itu. Mereka menghancurkan bangunan apapun yang dinilai masih layak dan merubuhkannya. Tidak ada satupun diantara orang-orang sipil yang berniat untuk melawan. Mereka tidak memiliki apa-apa sedangkan lawan mereka berpakaian suit lengkap layaknya special-ops dengan senapan modern bersinar laser yang mereka pegang bagi tiap-tiap diri mereka.
Tank-tank yang berjumlah 12 dan juga 15 truk hitam berhenti di area itu. Ribuan pasukan yang berpakaian special-ops keluar dari truk dan mulai berbaris rapi. Kebingungan melanda dalam diri mereka orang-orang sipil yang merupakan survivor dari kehancuran Negara dan kota mereka. Mereka terlihat benar-benar ketakutan dengan musuh yang menginvasi kedamaian hidup komunitasnya. Takut dengan apa yang orang-orang itu inginkan dari mereka.
Pemimpin militer keluar dari salah satu truk dengan pakaian elegan yang berbeda. Dia mengenakan topi militer Jendral dan juga masker gas dengan kaca bulat berwarna merah. Berjalan dengan kedua ajudannya dan kemudian berhenti memandangi orang-orang yang lusuh disekelilingnya.
Hujan yang turun deras kemduian perlahan berhenti menjadi rintik-rintik. Aku yang berada disana memandangi sosok pemimpin militer itu dan menunggu apa yang akan dia lakukan selanjutnya.
Titah dari Edenia. Negara kalian adalah pembelot yang menyangkal keberadaan absolute dari pemimpin kami yang sangat berkuasa! pemimpin militer itu berbicara dengan keras sambil membaca isi kertas pada map hitam yang dia pegang.
Dia yang menjadi perwakilan Tuhan di bumi yang abadi, telah memutuskan bahwa kalian adalah mereka golongan yang layak dihukum. Siapapun yang menyangkal bahwa Dia adalah Tuhan di bumi akan mendapatkan neraka sebagai kompensasinya!!
Semua orang-orang sipil terhenyak mendengar memorandum itu. Mereka ketakutan karena para tentara serba hitam dengan pakaian special-ops menodongkan senapan mereka yang memiliki laser-sight merah kearah diri mereka.
Bagi dia yang menerima maka kalian akan ikut bersama kami ke Gehenna sebagai abdi yang taat. Bagi mereka yang menyangkal maka kalian akan tewas ditempat ini!
Terintimidasi, rasa takut akan mati, dan terasa dipaksa, mereka merasakan bahwa tentara ini memaksa diri mereka untuk mengakui pemimpin tertinggi mereka sebagai sosok Tuhan. Ya, hal yang merupakan pemicu awal terjadinya perang dan kehancuran ini adalah karena hal itu.
Aku yang tanpa bicara, dengan beraninya melangkahkan kaki dan berjalan mendekat kearah Jendral militer yang sedang berdiri itu. Para militer kemudian mengarahkan senapan mereka kearah diriku hingga tubuhku dipenuhi banyak sekali titik-titik merah.
Berhenti jangan coba-coba untuk mendekat! ucap salah satu dari dua ajudan yang berposisi menodongkan handgun FN-Five seven kearah diriku.
Aku tetap melangkah berjalan tanpa peduli dan kemudian kedua ajudan yang berada dikiri kanan sang Jendral terlihat berniat menekan pelatuk senjatanya.
Sebelum letusan peluru terjadi, sang Jendral yang terlihat gagah dan berwibawa dengan topeng masker gas yang dia kenakan, tiba-tiba saja mengangkat tangan kanannya sebahu. Ya itu merupakan suatu kode bagi para bawahannya untuk menahan tembakan.
Aku kemudian menghentikan langkahku hingga jarak antara aku dan dirinya hanya terpaut Sekitar 4 meter jaraknya. Aku yang memandangnya dengan mengerutkan dahi, diam tidak mengeluarkan ucapan apapun.
Dia adalah pemuda pemberani yang berjalan sendirian kehadapanku. Biarkan dia berbicara.
*********
*********
0
1.7K
Kutip
9
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan