

TS
ekka4shiki
[Orifict-oneshot] A Jest to Arms
A Jest to Arms
Iseng - iseng bikin cerita oneshot nih ...

it's about war , and soldiers ...
oh ya fic ini dibuat oleh author maksud awalnya pingin coba bikin fic bergenre black comedy gitu , tapi gak tau deh berhasil apa nggak

Jadi yg baca minta masukan/kritikN ya jangan cuma jadi SR

Spoiler for Part 1:
Pemandangan yang mencekam terlihat dengan jelas di kota mati itu. Pemandangan yang terlihat oleh mata orang orang yang berlarian menghindari peluru, menghindari granat dan orang yang terkapar berlumuran darah. Berlindung, balas serang, berlindung lagi. Satu kubu ingin mempertahankan kota, satu kubu ingin mengambil alih kota. Kota yang sebenarnya berhawa sejuk itu pun telah menjadi ajang pertempuran yang panas. Pertempuran panas yang agak berat sebelah sebenarnya, karena satu kubu sudah sangat terdesak sehingga kini semuanya tinggal menjadi masalah waktu saja. Cepat atau lambat kota itu akan jatuh. Dan mungkin pemandangan yang mencekam itu akan berakhir, tapi itu nanti, karena sekarang pemandangan itu sedang dalam puncaknya. Dan bagi yang tidak cukup beruntung untuk melihatnya, yah apa yang mereka dengar juga sama mencekamnya.
Ialah kelompok dari Tom Cleverley yang ditugaskan untuk tetap bersiaga di perbatasan kota itu. Tetap siaga di pos, jangan masuk ke dalam kota, serang musuh yang muncul. Itulah perintah yang diberikan Letnan Mark Johansen kepadanya dan timnya sebelum ia kembali ke baris depan. Diberi kepercayaan untuk menjadi garis terakhir pertahanan kota itu, menjadi kehormatan siapapun untuk membela negaranya, tapi Tom hanya menganggap itu misi yang sia - sia, membuang waktu dan juga nyawanya.
Jadi tim ini diserahi tugas untuk menyerang musuh yang muncul diperbatasan, tapi dengan tim yang hanya terdiri dari 8 orang ? Melawan musuh yang logikanya telah mengalahkan pasukan baris depan ? Omong kosong apa ini, gerutu Tom pada dirinya sendiri seusai diberi perintah.
Tom Cleverley memang bukanlah seorang tentara militer asli. Ia hanyalah seorang warga sipil yang terkena wajib militer, seperti halnya kebanyakan orang orang yang menjadi pasukan negara nya yang lain. Tapi Tom punya kemampuan, ia mahir dalam menembakan senjata. Mungkin ia tak semahir kalo dibandingkan tentara milter yang terlatih sesungguhnya, tapi itu bisa dikatakan untuk 99,85 % warga wajib militer yang lain. Mungkin itulah kenapa dia dipilih menjadi ketua tim ini oleh Letnan Johansen, keahliannya dalam melakukan headshot sudah cukup dikenal, setidaknya di divisi dia. Itu atau mungkin Letnan Johansen memang tidak punya pilihan lain. Apapun itu , keputusan itu tetap bisa dipertanyakan. Beberapa orang dilahirkan dengan keberanian, beberapa mendapatkan keberanian, dan beberapa yang lain dianugrahi keberanian pada mereka. Tom bukanlah ketiganya, ia hanyalah seorang yang tak ingin mati konyol. Dan ia pun berharap musuh tak pernah datang.
Hey kau dengar itu ? Ledakan itu ? Makin dekat, tanya Tom khawatir.
Ya dengar, kita makin terdesak rupanya, jawab Jamie salah satu rekan setim Tom.
Ini keliatannya tidak begitu baik, kata Tom.
Maaf?
Ini kedengarannya tidak begitu baik, kata Tom lagi.
Apa tindakan kita ?
Aku sih ingin kita mundur saja
Tapi?
Ya ya ya aku tahu, perintahnya adalah tetap dipos dan itulah yang akan kita lakukan.
Tom memutar otaknya, ia ketuanya disini. Meski ia enggan ia harus melakukannya, walaupun didalam hatinya ia tetap berharap musuh tak pernah datang.
Suruh Hunningway dan Jones untuk menjaga dari sisi barat. Steven dan Camus jaga dari bagian kiri. Jangan gunakan granat, sebisa mungkin langsung lumpuhkan jika ada musuh yang muncul dan pastikan langsung berpindah tempat jika kita menyerang, jumlah kita sedikit, kita tak ingin langsung terekspos .
Kalian dengar itu ? kata Jamie.
Ya Baik" jawab mereka yang bersangkutan dan pergilah mereka ke posnya.
Hey itu terdengar seperti rencana yang rasional, pikir Tom. Meskipun ia sangat meragukan apa kah timnya itu punya kemampuan yang dibutuhkan untuk melumpuhkan lawan. Alih-alih menjatuhkan musuh , bisa - bisa malah menjatuhkan teman sendiri dengan luka konyol di pantat. Lagipula daripada dibilang misi serangan kejutan, lebih cocok kalau dibilang mereka hanya bisa menunggu untuk diserang dan dihabisi saja mengingat jumlah dan lawan yang sangat tidak seimbang. Dipenuhi pikiran negatif, Tom pun makin berharap musuh tak pernah datang.
Hey, bagaimana dengan ku ? kata seorang lelaki yang tampaknya paling muda diantara tim ini, kegelisahan tampak terpeta diwajahnya, mungkin 50 kali lipat lebih gelisah daripada Tom.
Holden, kau disini bersama aku dan Jamie, kita err mengamati keadaan dulu.
Baguslah kalau begitu katanya dan kembali diam dalam kegelisahan.
Hey kita kurang satu orang, dimana Salinger ? tanya Jamie.
Oh dia sudah kusuruh untuk naik ke gedung itu, untuk snipping kata Tom sambil menunjuk.
Sendiri?
Ya sendiri, biarkan saja lah, dia toh senang begitu ,dia lebih suka menyendiri. Mungkin dia juga ingin mati dalam kesendirian supaya orang-orang tak perlu menangisi dia. Begitulah sifat dia, menghindari hubungan dengan orang sejak ia bergabung dengan pasukan.
Suram, terdengar seperti bunuh diri perlahan untukku.
Aku tahu.
Dan mereka pun menunggu, dan menunggu. Suara tembakan dan ledakan perlahan tapi pasti makin mendekati pos tempat mereka berada. Tom yang sedari tadi berharap musuh tidak pernah datang, mulai menyadari bahwa ia harus menerima kenyataan bahwa musuh tinggal sejengkal lagi dari tempatnya. Tom tambah merasa gelisah, Jamie yang dari tenang juga mulai menunjukkan kegelisahannya, sedangkan Holden ? Jika gelisah bisa ditukar dengan emas, maka mungkin dia sudah menjadi orang terkaya di dunia.
Oh, musuh sudah sedekat ini perlukan aku berdoa pada Tuhan untuk meminta keajaiban? tanya Tom pada siapapun yang mendengarnya.
Holden yang sangat gelisah, terpancing dan menanggapi dengan histeris.
Berdoa ? Dan kau baru mulai berdoa sekarang ? Tipikal orang yang baru berpaling pada Tuhan jika semua jalan sudah habis. Tipe orang yang paling kubenci. Lagipula Tuhan itu tidak ada. Kuberitahu ya, jika Tuhan itu ada, kita tidak akan terjebak dalam situasi begini menyusahkan, seharusnya aku sedang berada di rumah menonton TV," kata Holden menggebu gebu.
Oh, benarkah ? Kalau begitu ayo bermain Roulette, kita bergiliran menghina Tuhan dan lihat siapa yang tersambar petir lebih dahulu ? kata Tom menanggapi Holden dengan santai.
Atau terkena hujan peluru selanjutnya . Kalian berdua tenanglah , kita tidak ingin terekspos disini, benar ? tanya Jamie.
Benar, kata Tom menganggukan kepala tanda setuju.
Holden pun kembali terdiam, kembali memikirkan situasi yang dari tadi ia cemaskan, suara- suara tembakan makin mendekat dan ia tak tahu harus bagaimana, ia pikir Tom atau siapapun punya rencana tapi keadaan tidak menunjukan demikian. Keringat dingin mulai berpucuran dari mukanya.
Aku Aku
Nah , apa Holden?
Aku tidak mau mati, aku tidak mau mati
Holden berteriak dengan histeris. Seketika ia membalikkan tubuhnya, keluar dari persembunyian, dan berlari dari tempat mereka berada. Holden tidak kuat menghadapi tekanan, ia tidak ingin mati di tempat seperti itu. Ia takut mati, ia berarti masih waras di medan peperangan yang sinting ini.
Tunggu jangan teriak Jamie menengok ke arah Holden.
Jangan cegah aku kata Holden sambil terus berlari.
0
3.4K
Kutip
26
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan