Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

papahmuda099Avatar border
TS
papahmuda099
Dhea Adikku Sayang Adikku Malang
Assalamu'alaikum semuanya...




Kali ini, papah akan menceritakan sebuah cerita mengenai adik papah sendiri. Namanya Dhea. Seorang gadis yang saaaaaangat cantik yang ternyata Allah lebih sayang dengannya daripada Allah sayang dengan papah emoticon-Frown.

Kenapa tiba-tiba papah nulis tentang Dhea?

Kenapa enggak lanjutin cerita tentang kontrakan berhantu, ini linknya?

Itu karena mood emoticon-Betty

Sekali lagi papah ini menulis hanya karena mood saja emoticon-Nyepilalu alasan kedua adalah karena papah sedang kangen dengan anak ini. Maafin Aa udah lama gak nengok kamu dek emoticon-Matabelo.

Dhea Lista Maharani, adalah nama dari adik kandungku lain ibu yang terlahir kembar. Fyi, bapak menikah dengan 3 wanita selama hidupnya (sekarang juga masih hidup sih emoticon-Wink) dan memiliki total 6 anak yang ganteng (terutama aku) dan cantik.

Oke, lanjut ke ceritanya.

Dhea dan saudara kembarnya, Denta lahir secara prematur pada tahun 2010 bulan Oktober. Keduanya adalah keturunan pertama dari bapak dan ibu tiri ke 2 ku (istri bapak yang ketiga). Selanjutnya ibu tiriku ini akan kutulis sebagai ibu saja. Karena beliau sangat baik dan sabar sekali orangnya.

Denta sang kakak dan Dhea sang adik, lahir di sebuah RS swasta di kota Tangerang. Dan seperti yang kubilang, kalau kedua saudara kembar itu terlahir sebagai bayi prematur. Kalau gak salah ingat, diusia kehamilan yang ke 8 bulan ibu melahirkan keduanya. Dan, kedua bayi kembar itu lahir dengan cara di vakum.

Menurut saksi mata, yakni bapak sendiri, Dhea terlahir dengan badan sebesar/sepanjang aqua botol ukuran 600 ml. Kecil dan kurus sekali. Tidak menangis ataupun bergerak. Hanya nafasnya saja yang menandakan bahwa bayi kecil itu masih hidup. Sedangkan Denta, kebalikan dari adiknya, Dhea.

Denta terlahir dengan bobot normal, sekitar 2,9 kg dan panjang 48 cm. Saat lahirpun bayi laki-laki ini menangis secara normalnya bayi-bayi pada umumnya. Hanya saja, berhubung keduanya lahir secara prematur, maka kedua bayi merah ini dimasukkan kedalam inkubator (maaf kalau ada salah penyebutan, soalnya saat kejadian, saya lagi di serang dan kondisi saat itu masih belum menerima kalau bapak ternyata sudah menikah lagi. Jadi untuk persalinan keduanya, ini hanya dapet dari ceritanya saja. Dan apa yang saya tulis juga hanya dari apa yang saya dengar dan ingat saja emoticon-Amazed).

Donter dan para perawat saat itu sudah berpikir, kalau bayi perempuan itu tidak akan bertahan hidup lebih lama lagi. Karena sampai 3 hari kemudian, bayi Dhea masih tak bergerak ataupun menangis. Namun indikator masih bergerak naik turun, yang mana tandanya Dhea masih hidup dan bernafas. Hingga sebuah keajaiban atau bisa disebut keanehan muncul di hari ke 4.

Dini hari menjelang subuh.

Mak oyot (ibunya ibu/nenek), yang saat itu tengah menjaga kedua bayi kembar tersebut terkejut dengan diamnya Denta. Padahal, bayi laki-laki itu bisa dibilang sangat aktif dalam bergerak dan menangis. Jadi dengan Denta yang tiba-tiba saja diam, itu membuat Mak oyot khawatir. Maka dengan gugup, perempuan tua itu langsung membangunkan bapak yang saat itu tengah tertidur di lantai kamar.

"Mantu, bangun. Itu si Denta tau-tau kok diem aja," katanya lirih dengan nada sedikit bergetar. Menandakan kecemasan didalam dirinya tengah mulai memuncak.

Bapak bangun dengan sigap. Meskipun matanya masih sangat berat, akan tetapi dengan insting kebapakannya. Beliau langsung memeriksa kondisi anak laki-lakinya itu.

Benar kata mertuanya ini. Denta saat itu tak bergerak. Diam tak bersuara. Entah kenapa, bapak tiba-tiba memiliki firasat yang buruk. Maka dengan cepat, bapak segera memencet tombol darurat yang ada diatas ranjang tempat ibu tertidur.

Tak menunggu terlalu lama, 2 perawat perempuan tiba dan setelah dijelaskan dengan singkat, keduanya langsung mengecek kondisi Denta. Seolah tak percaya dengan hasil pengecekan mereka sendiri, salah satu dari perawat itu kemudian berlari cepat dan kembali dengan seorang dokter jaga.

Dokter tersebut segera mengecek kondisi Denta. Tidak cuma sekali, tapi sampai tiga kali ia melakukan pengecekan. Namun hasilnya ternyata sama. Denta dinyatakan meninggal dunia!

Bapak dan mak oyot langsung lemas. Bahkan bapak sampai jatuh terduduk dilantai begitu mendengar kabar buruk itu. Setelah anak perempuannya yang tidak menunjukkan tanda-tanda membaik, malah kini anak laki-laki yang ia rasa akan hidup malah meninggal.

Bapak secara tak sadar menoleh kearah dimana ibu terbaring. Dan ternyata, perempuan itu sudah terbangun. Mata perempuan itu tampak kosong, hanya ada air mata yang tiba-tiba saja muncul lalu mengalir turun.

Bapak hendak bangun, guna menguatkan hati ibu. Namun Tuhan berkehendak lain. Disaat kedua pasangan ini mulai berputus asa, Allah menunjukkan kebesaran-NYA.

Secara tiba-tiba, Dhea, yang sedari tadi diam tak bergerak dan bersuara. Tiba-tiba saja menangis kencang. Sangat keras dan berisik sekali. Seolah-olah suara tangisannya itu adalah hasil rapelan tangis 3 hari yang lalu. Saking kerasnya ia menangis, sampai membuat bayi-bayi lainnya yang berbeda kamar ikutan menangis!

Dengan segera dokter menyuruh kedua perawat itu. Satu untuk mengurusi almarhum Denta, satu lagi mengurus Dhea yang tiba-tiba saja seolah baru tersadar bahwa ia sudah lahir di dunia yang kejam ini.

Ada satu cerita atau obrolan ringan, yang entah siapa yang pertama mencetuskannya. Cerita itu berkara bahwa sang kakak, Denta, telah mengorbankan dirinya sendiri untuk menyelamatkan hidup adiknya, Dhea. Jadi, begitu Denta meninggal, maka kehidupannya itu ia berikan kepada adiknya, Dhea. Wallahu'alam, hanya Allah yang tahu bagaimana kebenaran ini terjadi.

Singkat cerita, Denta akhirnya dikuburkan di pemakaman desa kelahiran ibu, di desa Oja, Tangerang. Sedangkan Dhea dan ibu masih belum pulang. Karena meskipun Dhea sudah mulai stabil. Tapi dokter dan juga pihak RS masih belum sepenuhnya memperbolehkan ibu dan bayinya itu pulang. Hingga akhirnya, 7 hari kemudian keduanya baru boleh pulang kerumah.

Dhea, yang tadinya hanya sebesar botol Aqua itu perlahan-lahan mulai menunjukkan perubahan yang baik. Tubuhnya mulai sebesar bayi-bayi pada umumnya. Dengan demikian, maka bapak dan juga ibu, mulai lupa bahwa Dhea itu adalah bayi prematur.

Keduanya menganggap anak pertama mereka itu kini sudah normal seperti anak-anak pada umumnya. Padahal kenyataannya tidak!

Dhea, memiliki kekurangan yang kita sering menyebutnya sebagai kelebihan. Yakni, Dhea...bisa melihat makhluk lain, selain manusia!
emoticon-Takut

Indeks bree



1. Pertemuan pertama
2. Dhea dan ular
3. Dhea dan penghuni RS
4. Warung dipinggir sungai bag. 1




NB : kisah Dhea gak akan terlalu panjang. Papah hanya akan menulis yang penting-penting aja.
Diubah oleh papahmuda099 11-12-2023 07:25
soepudin395180
raaaaud20
al.galauwi
al.galauwi dan 7 lainnya memberi reputasi
8
1.3K
52
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
papahmuda099Avatar border
TS
papahmuda099
#6
Dhea dan ular







Setelah menikah dengan mbak Rara, lalu sukses menghamilinya emoticon-Malu. Pada malam pergantian tahun dari 2011 ke 2012, aku mengajak istriku itu untuk main dan bersilaturahmi dengan keluarga baru bapak di Tangerang.

Saat itu kami berdua masih tinggal di kontrakan kami di daerah Tambak (untuk lebih detail lokasinya, bisa baca di cerita papah tentang kontrakan berhantu. Karena timeline-nya sama). Saat kami berdua menikah, hanya bapak yang bisa datang ke Lampung, tempat acara digelar. Jadi ibu sama Dhea gak ikut. Entah sengaja gak diajak sama bapak (karena memang, dari pihak keluarga bapak, hanya bapak yang aku ajak. Sedangkan dari keluarga mamah, semuanya datang).

Selain itu, aku juga memang belum pernah main kesana sama sekali. Jadilah saat malam tahun baru, kami berdua berkeinginan untuk menghabiskan waktu tahun baru dirumah kontrakan bapak di Tangerang (bapak saat itu masih ngontrak).

Perjalanan diawali dari kontrakan kami di kragilan. Oya, kami saat itu meminjam motor milik teman istriku. Orangnya mudik ke kampung. Jadi daripada nggak dipake, akhirnya dikasihlah motor itu untuk kami pinjam.
emoticon-Ngacir


Sabtu siang tanggal 31 desember, dijalan raya Cikande. Saat itu kami terjebak dalam kemacetan yang sangat parah. Dari Cikande sampai melewati jembatan Jayanti membutuhkan waktu hampir 1 jam lamanya. Entah apa yang menjadi penyebab kemacetan panjang itu, aku sudah lupa. Pokoknya kami sampai di rumah bapak hampir maghrib, itupun sempat kelewatan dulu (dan you know what, jalan tempat aku berputar balik saat kelewatan itu, adalah jalan menuju rumahku yang sekarang).
emoticon-I Love Kaskus


Sesampainya dirumah bapak dan ibu di Tangerang, lagi-lagi Dhea langsung menempel padaku emoticon-Wowcantik. Padahal menurut cerita ibu, Dhea termasuk anak yang susah untuk digendong ataupun diajak oleh orang lain. Tapi entah kenapa, denganku Dhea langsung nempel. Usia Dhea saat itu sudah setahun lebih beberapa bulan. Sudah mulai belajar berjalan dan mulai cerewet.

Malam itu, sambil menunggu malam tahun baru. Kami membuat acara bakar-bakar ikan dan ayam dengan sederhana. Selain aku, ternyata ada adik bapak 2 orang yang datang (mamang Suk dan mamang Yan alias pak Iket). Pak Iket ini umurnya hanya beda 1 tahun saja denganku. Dan karena itulah kami berdua sangat akrab.

Disaat kami sedang saling mengobrol dan bercanda, tiba-tiba saja mak oyot berteriak sambil menyebut nama Dhea. Kamipun serentak berdiri dan berlari menghampiri asal suara.



Ternyata saat itu mak oyot tengah berdiri didepan pintu kamar mandi. Mata tuanya menatap nanar kedalam kamar mandi. Kami segera mendekati beliau.

"Ada apa, mak?" Tanya bapak cepat.

"Itu, si Dhea...," Tunjuk mak oyot sambil jari telunjuknya menunjuk kearah dalam kamar mandi yang berada di belakang.

Dan secara otomatis, mata kami saling berlomba untuk segera melihat apa yang tengah mak oyot tunjuk itu.

Dan mata serta mulut kami langsung terbuka lebar demi melihat apa yang terjadi didalam sana.

Disana, kami melihat ada seekor ular yang berukuran lumayan besar sedang bergabung ditangan kecil Dhea!

Entah bagaimana ceritanya ular tersebut tiba-tiba saja ada disana, dan menggelung erat tangan kecilnya. Posisi Dhea saat itu tengah duduk di bak mandinya.

Tapi yang aneh adalah, Dhea tidak menangis. Malah tertawa-tawa, seolah ular yang kini sedang menggelung erat tangannya adalah barang mainannya saja. Lalu keanehan lainnya adalah, meskipun si ular menggelung tangan adikku itu, tapi kepalanya yang berada tepat dipundak Dhea tidak menunjukkan tanda-tanda akan mematuk atau menggigitnya. Kepala ular itu malah seakan sedang menggleyot manja di pundaknya. Mata ular itu terpejam saja.

Kami semua bingung harus merespon dengan cara apa. Memang betul bahwa ular itu bukan ular berbisa, karena hanya ular sawah atau kami biasa menyebutnya ular koros. Tapi tetap saja, apabila ular itu merasa terganggu ataupun terancam. Maka bisa saja ular itu akan marah dan mematuk tubuh ataupun wajah Dhea. Bisa berabe urusannya.

Bapak lalu menyuruh kami semua untuk tidak berkerumun didepan kamar mandi. Mamang Suk lalu meminta kami semua untuk berpindah tempat keruang tengah. Membiarkan bapak sendiri yang berusaha untuk menyelamatkan Dhea dari lilitan "manjalita" ular tersebut.

Di ruang tengah, mak oyot menjelaskan bahwa tadinya, ia hendak nyebokin Dhea yang buang hajat di pampersnya. Setelah bersih, mak oyot meninggalkan Dhea sebentar didalam kamar mandi, tepatnya didalam bak mandinya. Beliau berniat untuk membuang bekas pampers yang sudah penuh itu.

Namun, saat mak oyot kembali ke kamar mandi. Beliau menemukan Dhea yang sedang bermain-main dengan seekor ular sawah yang entah bagaimana caranya, bisa masuk kedalam kamar mandi. Dan seketika itulah mak oyot berteriak.

"Kemungkinan, ular koros itu masuk dari arah saluran pembuangan air yang mengarah ke sawah-sawah itu," Ucap ibu dengan raut wajahnya gelisah.

Kami semua setuju dengan pendapatnya. Tapi, aku sendiri tak habis pikir, kok bisa ular itu malah seperti bermain dengan adikku tersebut.

Selang 5 menit kemudian, bapak akhirnya kembali menggendong Dhea yang masih saja tertawa-tawa. Entah karena apa. Ibu segera menggendong anak kecil berambut sedikit keriwil itu ke kamar.

Bapak lalu duduk dilantai bersama dengan kami. Jujur, wajah kami semua saat itu hampir semuanya menunjukan raut wajahnya yang sama. Yakni ingin tahu apa yang terjadi barusan, dan bagaimana cara bapak menyelamatkan Dhea.

"Jadi gimana, pap?" Tanyaku mendahului yang lainnya.

Bapak tampak menghembuskan nafasnya sejenak. Kemudian ia meminta sebatang rokok kepada pak iket lalu menyalakannya.

Dengan sabar kami menunggu bapak menyelesaikan hembusan nafas rokok pertamanya. Kami tahu, bahwa bapak tengah menenangkan diri terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaanku barusan.

Setelah bapak rasa cukup. Bapak lalu menceritakan tentang ular itu dan Dhea.

"Ternyata ular itu bukanlah ular sembarangan. Ular itu peliharaan salah satu sosok penunggu rawa disini," Kata bapak memulai penjelasannya.

Fyi, dibelakang kontrakan bapak ini, ada sebuah rawa yang lumayan besar. Sebagian rawa itu tertutup oleh tanaman eceng gondok. Membuat rawa itu sedikit kotor dan seram, karenaa tak ada cahaya lampu penerangan disekitar areanya.

"Lalu?" Kejar ku.

"Bapak sempat berkomunikasi dengan pemiliknya. Bapak minta agar ular peliharaannya itu untuk diambil lagi. Karena bapak takut, ular itu bisa nyakitin Dhea. Nah, yang punya itu menjawab kalau sebentar lagi juga ular itu akan pulang," Jelas bapak.

"Yang punyanya nampakin diri gak?" Tanya mamang Suk.

Bapak menggeleng.

"Cuman suaranya aja. Tapi aku tahu, kalau sosok itu berada tak jauh dari rumah ini dan sedang memperhatikan kita," Kata bapak.

"Terus ularnya gimana, pap. Ngilang sendiri apa gimana?" Tanyaku.

"Ular itu tak lama kemudian membuka gelungannya ditangan Dhea, terus merayap pergi melalui saluran pembuangan air yang mengarah ke belakang itu," Jawab bapak.

"Yang ngalir ke rawa itu?" Tanya mak oyot.

Bapak menganggukkan kepalanya.

"Sebelum ular tadi lepas dari tangan Dhea, pemiliknya sempat berkata kalau ular itu tertarik dengan hawa keberadaan Dhea. Hingga ular itu nekat mencari cara untuk bisa dekat dengannya," Kata bapak mengakhiri penjelasannya.

Hampir serempak kami semua menganggukkan kepala tanda memahami kejadian tadi. Sungguh menakjubkan dan membuat ngeri melihat pemandangan tadi. Seekor ular lumayan besar melilit tangan anak kecil usia 1 tahunan. Hebatnya lagi, kepala ular itu seperti tengah bersandar di bahu Dhea.

Masya Allah, semua keajaiban dan keanehan itu adalah atas izin dan kehendak-Nya. Dan alhamdulillahnya lagi, tak ada tanda-tanda Dhea terluka ataupun ketakutan dengan kejadian tadi. Hingga akhirnya acara kumpul keluarga itu berakhir di keesokan harinya.

Diperjalanan pulang, mbak Rara sempat berkata.

"Sayang, semalem hampir aja aku ingin ngajak pulang. Soalnya aku takut banget sama ular,"

Akupun menjawab, "Ah masa sih, kok sama ular yang disini gak takut,"

Sambil mencubit ku, mbak Rara berbisik.

"Uler yang itu mah enak,"
emoticon-Betty






***
Diubah oleh papahmuda099 19-11-2023 06:25
kulipriok
suryaassyauqie3
pulaukapok
pulaukapok dan 4 lainnya memberi reputasi
5
Tutup