papahmuda099Avatar border
TS
papahmuda099
Dhea Adikku Sayang Adikku Malang
Assalamu'alaikum semuanya...




Kali ini, papah akan menceritakan sebuah cerita mengenai adik papah sendiri. Namanya Dhea. Seorang gadis yang saaaaaangat cantik yang ternyata Allah lebih sayang dengannya daripada Allah sayang dengan papah emoticon-Frown.

Kenapa tiba-tiba papah nulis tentang Dhea?

Kenapa enggak lanjutin cerita tentang kontrakan berhantu, ini linknya?

Itu karena mood emoticon-Betty

Sekali lagi papah ini menulis hanya karena mood saja emoticon-Nyepilalu alasan kedua adalah karena papah sedang kangen dengan anak ini. Maafin Aa udah lama gak nengok kamu dek emoticon-Matabelo.

Dhea Lista Maharani, adalah nama dari adik kandungku lain ibu yang terlahir kembar. Fyi, bapak menikah dengan 3 wanita selama hidupnya (sekarang juga masih hidup sih emoticon-Wink) dan memiliki total 6 anak yang ganteng (terutama aku) dan cantik.

Oke, lanjut ke ceritanya.

Dhea dan saudara kembarnya, Denta lahir secara prematur pada tahun 2010 bulan Oktober. Keduanya adalah keturunan pertama dari bapak dan ibu tiri ke 2 ku (istri bapak yang ketiga). Selanjutnya ibu tiriku ini akan kutulis sebagai ibu saja. Karena beliau sangat baik dan sabar sekali orangnya.

Denta sang kakak dan Dhea sang adik, lahir di sebuah RS swasta di kota Tangerang. Dan seperti yang kubilang, kalau kedua saudara kembar itu terlahir sebagai bayi prematur. Kalau gak salah ingat, diusia kehamilan yang ke 8 bulan ibu melahirkan keduanya. Dan, kedua bayi kembar itu lahir dengan cara di vakum.

Menurut saksi mata, yakni bapak sendiri, Dhea terlahir dengan badan sebesar/sepanjang aqua botol ukuran 600 ml. Kecil dan kurus sekali. Tidak menangis ataupun bergerak. Hanya nafasnya saja yang menandakan bahwa bayi kecil itu masih hidup. Sedangkan Denta, kebalikan dari adiknya, Dhea.

Denta terlahir dengan bobot normal, sekitar 2,9 kg dan panjang 48 cm. Saat lahirpun bayi laki-laki ini menangis secara normalnya bayi-bayi pada umumnya. Hanya saja, berhubung keduanya lahir secara prematur, maka kedua bayi merah ini dimasukkan kedalam inkubator (maaf kalau ada salah penyebutan, soalnya saat kejadian, saya lagi di serang dan kondisi saat itu masih belum menerima kalau bapak ternyata sudah menikah lagi. Jadi untuk persalinan keduanya, ini hanya dapet dari ceritanya saja. Dan apa yang saya tulis juga hanya dari apa yang saya dengar dan ingat saja emoticon-Amazed).

Donter dan para perawat saat itu sudah berpikir, kalau bayi perempuan itu tidak akan bertahan hidup lebih lama lagi. Karena sampai 3 hari kemudian, bayi Dhea masih tak bergerak ataupun menangis. Namun indikator masih bergerak naik turun, yang mana tandanya Dhea masih hidup dan bernafas. Hingga sebuah keajaiban atau bisa disebut keanehan muncul di hari ke 4.

Dini hari menjelang subuh.

Mak oyot (ibunya ibu/nenek), yang saat itu tengah menjaga kedua bayi kembar tersebut terkejut dengan diamnya Denta. Padahal, bayi laki-laki itu bisa dibilang sangat aktif dalam bergerak dan menangis. Jadi dengan Denta yang tiba-tiba saja diam, itu membuat Mak oyot khawatir. Maka dengan gugup, perempuan tua itu langsung membangunkan bapak yang saat itu tengah tertidur di lantai kamar.

"Mantu, bangun. Itu si Denta tau-tau kok diem aja," katanya lirih dengan nada sedikit bergetar. Menandakan kecemasan didalam dirinya tengah mulai memuncak.

Bapak bangun dengan sigap. Meskipun matanya masih sangat berat, akan tetapi dengan insting kebapakannya. Beliau langsung memeriksa kondisi anak laki-lakinya itu.

Benar kata mertuanya ini. Denta saat itu tak bergerak. Diam tak bersuara. Entah kenapa, bapak tiba-tiba memiliki firasat yang buruk. Maka dengan cepat, bapak segera memencet tombol darurat yang ada diatas ranjang tempat ibu tertidur.

Tak menunggu terlalu lama, 2 perawat perempuan tiba dan setelah dijelaskan dengan singkat, keduanya langsung mengecek kondisi Denta. Seolah tak percaya dengan hasil pengecekan mereka sendiri, salah satu dari perawat itu kemudian berlari cepat dan kembali dengan seorang dokter jaga.

Dokter tersebut segera mengecek kondisi Denta. Tidak cuma sekali, tapi sampai tiga kali ia melakukan pengecekan. Namun hasilnya ternyata sama. Denta dinyatakan meninggal dunia!

Bapak dan mak oyot langsung lemas. Bahkan bapak sampai jatuh terduduk dilantai begitu mendengar kabar buruk itu. Setelah anak perempuannya yang tidak menunjukkan tanda-tanda membaik, malah kini anak laki-laki yang ia rasa akan hidup malah meninggal.

Bapak secara tak sadar menoleh kearah dimana ibu terbaring. Dan ternyata, perempuan itu sudah terbangun. Mata perempuan itu tampak kosong, hanya ada air mata yang tiba-tiba saja muncul lalu mengalir turun.

Bapak hendak bangun, guna menguatkan hati ibu. Namun Tuhan berkehendak lain. Disaat kedua pasangan ini mulai berputus asa, Allah menunjukkan kebesaran-NYA.

Secara tiba-tiba, Dhea, yang sedari tadi diam tak bergerak dan bersuara. Tiba-tiba saja menangis kencang. Sangat keras dan berisik sekali. Seolah-olah suara tangisannya itu adalah hasil rapelan tangis 3 hari yang lalu. Saking kerasnya ia menangis, sampai membuat bayi-bayi lainnya yang berbeda kamar ikutan menangis!

Dengan segera dokter menyuruh kedua perawat itu. Satu untuk mengurusi almarhum Denta, satu lagi mengurus Dhea yang tiba-tiba saja seolah baru tersadar bahwa ia sudah lahir di dunia yang kejam ini.

Ada satu cerita atau obrolan ringan, yang entah siapa yang pertama mencetuskannya. Cerita itu berkara bahwa sang kakak, Denta, telah mengorbankan dirinya sendiri untuk menyelamatkan hidup adiknya, Dhea. Jadi, begitu Denta meninggal, maka kehidupannya itu ia berikan kepada adiknya, Dhea. Wallahu'alam, hanya Allah yang tahu bagaimana kebenaran ini terjadi.

Singkat cerita, Denta akhirnya dikuburkan di pemakaman desa kelahiran ibu, di desa Oja, Tangerang. Sedangkan Dhea dan ibu masih belum pulang. Karena meskipun Dhea sudah mulai stabil. Tapi dokter dan juga pihak RS masih belum sepenuhnya memperbolehkan ibu dan bayinya itu pulang. Hingga akhirnya, 7 hari kemudian keduanya baru boleh pulang kerumah.

Dhea, yang tadinya hanya sebesar botol Aqua itu perlahan-lahan mulai menunjukkan perubahan yang baik. Tubuhnya mulai sebesar bayi-bayi pada umumnya. Dengan demikian, maka bapak dan juga ibu, mulai lupa bahwa Dhea itu adalah bayi prematur.

Keduanya menganggap anak pertama mereka itu kini sudah normal seperti anak-anak pada umumnya. Padahal kenyataannya tidak!

Dhea, memiliki kekurangan yang kita sering menyebutnya sebagai kelebihan. Yakni, Dhea...bisa melihat makhluk lain, selain manusia!
emoticon-Takut

Indeks bree



1. Pertemuan pertama
2. Dhea dan ular
3. Dhea dan penghuni RS
4. Warung dipinggir sungai bag. 1




NB : kisah Dhea gak akan terlalu panjang. Papah hanya akan menulis yang penting-penting aja.
Diubah oleh papahmuda099 11-12-2023 07:25
soepudin395180
raaaaud20
al.galauwi
al.galauwi dan 7 lainnya memberi reputasi
8
1.3K
52
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
papahmuda099Avatar border
TS
papahmuda099
#3
Pertemuan pertama








"Aku, pertama kali bertemu dengan Dhea adalah pada tahun 2011 awal, antara bulan februari atau maret, lupa soalnya."



*



Dipertengahan bulan Januari 2011, aku yang sudah akan menikah dengan pacarku (yang saat ini menjadi istriku) dengan membulatkan hati datang menemui bapak dikantornya dibilangan Jakarta selatan. Aku sudah harus bisa berdamai dan memaafkan kesalahan beliau karena sudah mencampakkan aku dan juga mamah. Meskipun pada awalnya berat, tapi hal itu bisa berhasil hingga saat ini aku tengah berdiri didepan pintu gerbang kantor bapak.

didalam tas selempang yang berada dipundak, terselip sebuah kertas berwarna biru muda. sebuah surat undangan pernikahanku. Jujur, jantungku berdegup demikian kencang kala itu. Aku juga sedikit takut.

Pertama, aku takut dengan bapakku sendiri. Yah, karena aku memang mengenal sifatnya yang temperamental itu ditambah bapak yang suka main fisik apabila beliau marah. Itulah kenanganku akan sifat bapak. Dan aku berpikir, dalam waktu 2 tahun tak bertemu ini, aku yakin bahwa sifatnya akan sama saja. Lalu yang kedua adalah, aku takut bapak sedang tidak berjaga hari ini (bapak satpam dikantor itu).

Namun, setelah membulatkan tekad. Akupun segera melangkah mendekati pintu gerbang kantor tersebut sambil dalam hati malah berharap tidak bertemu dengan bapakku sendiri.

"Titipin ajalah nanti mah. Yang penting udah niat ini," ujarku dalam hati.

namun lagi-lagi harapanku tak seperti yang kuinginkan. Seperti yang sudah-sudah, apabila aku berharap tak bertemu bapak, maka aku pasti akan bertemu dengannya (pas jaman SMA juga begitu soalnya. Waktu itu aku sama mamah hendak kabur karena sudah gak tahan hidup sama bapak lagi, eh tau-tau dijalan malah papasan sama beliau dan aku yang kena hajar lagi saat itu).

Saat beli aku bunyikan, tak lama pintu kecil yang hanya cukup untu 1 orang keluar masuk itu terbuka (letak pintu kecil itu disamping pintu gerbang yang besar).

Munculah seorang pria paruh baya bertubuh tinggi besar dengan tatapan mata yang tajam menyorot kepadaku. wajahnya sangat mirip denganku. itulah bapak.

Kami berdiri berhadap-hadapan. Tak ada yang mulai berbicara, keringat dinginku kini keluar dan bercampur dengan keringat karena cuaca yang saat itu lembab.

Hingga akhirnya bapaklah yang pertamakali bersuara.

"Ada apa, nang?"

Aku bingung hendak berkata apa. Lidahku serasa kaku hanya untuk bisa menjawab pertanyaannya yang mudah itu. Keberanianku mendadak hilang tak tau kemana. Berdiri dihadapannya, seolah-olah aku sedang berdiri didepan harimau ganas yang bersiap menerkamku.

Bapak kudengar menghela nafas berat. Ia lalu membalikkan badannya seraya berucap.

"Ayo masuk,"

Akupun berjalan mengekor dibelakangnya.

Kami berjalan menuju pos satpam yang tak jauh dari pintu gerbang itu. Kuperhatikan punggungnya yang lebar tapi kokoh itu. Tak sekokoh dulu memang, tapi masih nampak disana bekas-bekas bangun tubuhnya yang dulu berotot dan kukuh itu. Aku juga melihat rambut bapak mulai nampak ditumbuhi oleh uban, padahal 2 tahun lalu,saat masih bersama mamah, rambut bapak masih hitam legam. Lalu pakaiannya, baju kerja bapak tampak sedikit lusuh dan tampak kurang bersih. Padahal dulu bapak selalu tampak necis dan rapi dalam berpakaian.

"Ya Allah, apa yang terjadi dengan bapakku selama 2 tahun belakangan ini?" gumamku dalam hati.

Namun semua pertanyaan itu hanya aku pendam saja didalam hati.

Kami berjalan memasuki pos jaga dikantor itu. Disana ada seorang satpam lagi. Oleh bapak satpam tersebut dimintanya untuk keluar sejenak.

Setelahnya, tinggalah kami berdua didalamnya. Namun lagi-lagi kami masih saling diam. Aku sibuk dengan pikiranku, bapak sibuk menyalakan rokok dan menghisapnya.

Setelah habis satu batang rokok, bapak lalu mulai berbicara. Ia mungkin tahu akan sifatku yang apabila sudah diam. Maka akan tahan untuk tetap diam dalam waktu yang sangat lama.

"Ada apa kamu kemari?"

Aku menoleh, menatap matanya sekilas, namun kembali lagi menunduk. Seolah-olah dibawah sanalah suara itu tanya itu berasal. Aku menelan ludah, berusaha untuk membasahi tenggorokan ini agar bisa berbicara.

Namun rasanya sangat sulit untuk mulai berbicara dengannya. Padahal dari kecil, aku dan bapak sangat akrab. Bercanda tawa riang sering kami lakukan hingga kejadian itu datang. Dan kini, bapak kandungku saat ini seperti orang lain. Seolah-olah aku baru bertemu dengan laki-laki ini pertama kalinya. Canggung hendak berkata apa. Seolah-olah ada tembok penghalang diantara kami. Setelah dipikir-pikir, itu mungkin karena kekecewaan yang telah aku rasakan akibat perbuatannya. Maka dari sayang, rasa itu berbuah menjadi benci. Hingga akhirnya lahirlah perasaan baru. Yang entah apa namanya.

"Nang...," Tegur bapak lagi. Membangunkan ku yang tengah sibuk dengan segala khayalan dan lamunanku.

"Oh, eh...anu. Saya mau ngasih ini, pap,"

Aku lalu segera membuka tasku, kemudian aku menyerahkan sebuah benda berwarna biru muda yang disana tertampung jelas foto muda-mudi diikuti dengan tulisan undangan pernikahan.

Bapak menerima surat undangan yang sedikit tipis itu. Memperhatikannya dengan cermat. Lalu, tanpa aku duga-duga. Laki-laki berperawakan tinggi besar itu tiba-tiba saja menangis sesenggukan. Seolah-olah ada sebuah beban berat yang ia panggul di pundaknya. Dan beban itu seperti sudah tak kuasa ia tahan lagi, hingga akhirnya jebol dan tumpah dalam bentukan tangisan.

Aku yang duduk disampingnya seperti terpukau dengan pemandangan itu. Bapak menangis? Tanyaku seolah tak percaya dengan hal ini. Karena baru pertama kalinya aku melihat laki-laki itu dalam kondisi seperti ini.

Dan, entah apa yang merasuki ku. Aku langsung berjongkok dihadapan bapak, lalu tak terasa air mata ini juga mengalir begitu saja. Aku memeluk pinggangnya. Pinggang yang sangat aku rindukan sejak 2 tahun lalu. Dan, kamipun menangis bersama.

Skip...

Sore harinya, setelah puas mengobrol dengan bapak. Aku lalu pamit untuk kembali ke mess tempatku bekerja di bilangan Ciputat. Selama didalam metromini, aku kembali mengingat semua percakapan ku dengan beliau. Dari masalah rencana pernikahan ku, aku kerja dimana, dimana bapak sekarang tinggal dan ternyata, aku sudah memiliki seorang adik perempuan.

"Wah, bagaimana ya rasanya jadi kakak," Gumam ku dalam hati.

Fyi, aku adalah anak tunggal dari pernikahan pertama bapak. Lalu bapak sempat menikah lagi saat aku SMP dengan seorang perempuan asal wilayahnya, Indramayu. Namun pernikahan kedua bapak hanya berlangsung singkat, kurang lebih 2 tahunan. Dan dari hasil pernikahannya itu, bapak juga punya 1 anak perempuan. Namun, aku belum pernah melihatnya.

Dan kini, dalam waktu dekat. Aku akan bertemu dengan adik perempuanku dari pernikahan bapak yang ketiga. Seperti apa rupanya, bentuknya, dan bagaimana aku akan bersikap? Entahlah, aku bingung bagaimana nantinya.

"Huft...," Aku menghela nafas panjang.

Jujur, aku entah kenapa begitu menantikan pertemuanku dengan adik baruku itu. Berbeda dengan adik dari pernikahan bapak yang kedua (yang aku biasa saja dan tak ada niat untuk bertemu).

Terngiang ditelingaku ucapan bapak sebelum kami berpisah tadi sore.

"Nang, bulan depan mau ada acara keluarga di daerah lebak bulus. Saudara bapak anaknya mau disunatin. Bapak harap kamu bisa datang. Kakek gonam (kakekku dari keluarga bapak) kangen sama kamu katanya. Udah lama banget gak ketemu. Nanti disana juga kamu bisa ketemu sama Dhea. Adik kamu yang baru lahir."

Aku saat itu mengiyakan saja. Padahal kata mamah, aku tak boleh dekat-dekat dengan keluarga bapak. Entah apa alasannya. Dan itulah kenapa selama 2 tahun ini aku tak sekalipun menampakkan diri dihadapan keluarga dari pihak bapak.

Aku menyenderkan punggungku kebangku mobil 3/4 ini. Penuh sesaknya tak ku hiraukan. Aku sibuk dengan pikiranku sendiri.




*






Sebulan kemudian.

Lewat telpon bapak sudah mengirimkan alamat dan juga patokan lokasinya. Aku yang meminjam motor temanku akhirnya sampai juga di acara khitanan dari saudara bapak tersebut.

Disana, aku bagaikan seorang artis yang sudah lama ditunggu-tunggu kemunculannya. Aku langsung dipeluk oleh para saudara dari bapak. Mereka seolah heran dan tak percaya saat melihatku yang sudah tumbuh sebagai pemuda gagah dan tampan ini. Maklum saja, sudah sangat lama mereka tak melihatku. Kakekku saja, terakhir melihatku saat aku masih kelas 1 SMA yang mana itu tahun 2005. Sekarang sudah 2011, hampir 6 tahun berarti.

Tapi, aku sendiri malah sibuk mencari-cari sesosok anak kecil yang membuatku sangat penasaran. Seolah-olah semua sambutan hangat mereka itu tak ada atau hanya angin lalu. Mataku fokus jelalatan mencari-cari.

Hingga akhirnya bapak mendekatiku dan mengajakku untuk ke sebuah rumah yang berada disamping rumah hajatan. Disana, diruang tamu. Aku melihat seorang bayi perempuan lucu yang juga tengah menatapku tajam. Tatapan mata kami saling beradu pandang. Seperti ada sebuah "klik" yang aku rasakan didalam hatiku begitu melihatnya.

Aku berjalan masuk, tak lupa kusalami perempuan muda yang adalah istri ketiga bapak.

Bayi itu...

ya.

Bayi yang saat itu tengah dibopong didalam kain jarik itu tiba-tiba saja mengangkat kedua tangannya. Aku melirik kearah bapak dan ibu. Keduanya tersenyum dan mengangguk.

Maka, dengan hati yang berdebar-debar. Aku mulai menyambut uluran tangan kecilnya. Aku angkat dan kugendong dengan sangat pelan. Tak bisa kulupakan senyum kecilnya yang tiba-tiba saja mengembang. Mataku tiba-tiba saja terasa perih. Dadaku bergejolak dengan sebuah perasaan senang.

"Beginikah rasanya menjadi seorang kakak?"





***
Diubah oleh papahmuda099 18-11-2023 13:17
suryaassyauqie3
namakuve
kulipriok
kulipriok dan 4 lainnya memberi reputasi
5
Tutup