- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Dendam Cinta Dari Masa Silam
TS
beqichot
Dendam Cinta Dari Masa Silam
WARNING!!!!
Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Jika ada kesamaan nama, tempat, dan kejadian, semua hanyalah kebetulan belaka.
Khusus untuk usia 17++
Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Jika ada kesamaan nama, tempat, dan kejadian, semua hanyalah kebetulan belaka.
Khusus untuk usia 17++
Prolog
Hai...namaku Aji, lengkapnya Bayu Satriaji.
Aku baru saja pulang dari PETUALANG MASA LALU
Terakhir yang kuingat, aku beserta Zulaikha dan Menik, dua jin cantik.yang selalu mendampingiku selain dari Sang Pamomong, baru saja keluar dari portal yang membawa kami pulang dari masa lalu ratusan tahun silam.
Aku memgerjapkan mataku yang silau oleh cahaya yang menyorot di atas mataku.
Ah...rupanya cahaya lampu.
Perlahan, pandangan mataku menjadi semakin jelas. Kulihat langit-langit kamar yang putih dengan lampu yang menyilaukan mataku tadi.
Di mana aku gerangan? Bukankah aku baru saja keluar dari portal yang menghubungkan masa kini dan masa lalu?
"Mas Aji.... Kau sudah sadar?" sebuah suara menyapaku.
Aku menoleh ke arah suara yang menyapaku itu. Seraut wajah cantik dengan mata yang berair, menatapku.
"Desi...?"
"Iya mas... Ini aku!" jawabnya.
"Mas Aji...!" sebuah suara lain menyapaku.
Aku menoleh ke asal suara itu..
"Anin...? Kamu kok di sini? Aku di mana?" tanyaku.
"Sebentar mas, biar aku kasih tahu bapak dan dokter.kalau kamu sudah sadar!" katanya sambil beranjak pergi.
Bapak? Dokter?
Kok bapak juga ada di sini? Dokter? Berarti aku di rumah sakit...
Sebenarnya apa yang terjadi? Bagaimana bisa aku ada di rumah sakit?
"Des...ini di rumah sakit?"
"Iya Mas...!"
"Kok aku bisa disini?"
"Ssttt...mas istirahat saja dulu. Kita tunggu dokter dulu!" sahutnya sambil mengelus-elus tanganku.
Saat itulah pintu terbuka, dan dua wanita dengan pakaian serba putih menghampiriku. Seorang diantaranya memeriksa nadiku, menyenteri mataku, dan menempelkan stetoskop di dadaku.
"Bagaimana dokter?" sebuah suara yang berat terdengar beetanya.
"Keadaannya normal pak! Mungkin butuh pemulihan sebentar, dan 2 atau 3 hari kemudian sudah bisa pulang!" kata bu dokter.
'Syukurlah...!" kata Bapak.
"Bapak.....!" panggilku.
"Hai..cah bagus... Bikin panik orang tua saja kamu!" kata bapak sambil mengacak-acak rambutku.
"Maaf pak... Sudah bikin khawatir bapak..!" ucapku.
"Sudahlah. Yang penting kamu sudah ga papa sekarang!" ujar bapak.
"Apa yang sebenarnya terjadi pak?" tanyaku.
"Kamu ditemukan orang terbaring di jalanan setelah hujan. Lalu dibawa ke rumah sakit ini. Lalu orang itu membuka kontak hpmu dan menghubungi bapak. Bapak dsn Anin segera kemari. Dan kamu baru sadar setelah 3 hari pingsan!" kata bapak.
Hah.3 hari? Padahal aku ada di masa lalu selama 35 hari.
Jadi apakah kejadian di masa lalu itu hanyalah mimpi di saat aku tak sadar?
Kalau memang hanya mimpi, syukurlah...
Dan aku berharap itu semua memang hanya mimpi.
Aku menoleh pada Zulaikha dan Menik yang sedari tadi berdiri di samping ranjangku.
Mereka cuma mengangkat bahu dan menggeleng. .
Yah...semoga saja semua itu hanya mimpi belaka. Kembang tidur di saat aku pingsan. .
Semoga....
Aku masih dirawat selama 2 hari, dan Desi setia memungguku jika sudah pulang kuliah.
Sementara, bapak dan Anin jika malam istirahat di kostku.
Setelah dirasa sehat, aku diperbolehkan pulang.
Bersama bapak dan Anin, kami nakk taksi menuju kostan.
Zulaikha dan Menik melayang di samping mobil.
Di kostan sudah ada pacar tersayang dan adiknya yang menunggu kedatangan kami....
Yah...aku kembali berada di jamanku. Pengalaman di masa lalu itu, entah nyata ataukah sekedar mimpi belaka?
Only time will tell.....
INDEX:
Prolog
The Begining
Naning
The Truth
Lanjutan
Naning Lagi....
Melati's Pov
Godaan Nenek Bohai
Menik's Pov
Tukang Ojek
Masalah Cewe Dino
Di Rumah Firda
Menolong Naning....
One By One
Pulang....
Di Madrasah 1
Di Madrasah 2
It's Begin...
Bingung
Masih Di Rumah Naning
Menik's Pov
Pengakuan Firda
Desi Cemburu
Pertempuran
Bendera Perang Sudah Dikibarkan
Masalah mulai bertambah
Firda's Pov
Liburan Semester
Kejadian Di Kamar Kost.....
Di Gazebo..
Tekad Naning
Pov nya Kunyil
Balada Lontong Opor
Kunyil Ember
Ditinggal.....
Pengusiran
Pulang....
Nenek Tua
Mimpi
RSJ
Pertempuran Seru
Serangan Susulan
Menuju Sumber....
Lanjutannya..
Kurnia
Sebuah Pengakuan
Interogasi
Menepati Janji
Malam Minggu
Piknik....
Di Curug
Ki Sarpa
Berlatih
Ketiduran
Kejadian Aneh
Kyai Punggel
Pagi Absurd
Pov: Naning
Latihan Di Gunung
Wejangan
Aku Dipelet?
Lebih Hebat Dari Pelet
Terusan Kemarin
Tante Fitri Yang....
She's Back
Bros
Makhluk Paling Absurd
Makhluk Absurd 2
Part Kesekian
Cowo Tajir
Jangan Buat Naning Menangis
Surprise
Kejadian Aneh
Quote:
Menghentikan Perang
Ahaha ..
Jatuh Bangun
Selaras
Mulai Dari Awal
Kembali
Rencana Bapak
Gadis Galak
Pengobatan
Sang Dukun
Sandra
A Little Bonus: Sandra's Pov
Pulang Ke Kost
Nenek Tukang Pijat
Upgrade
Si Galak Sakit
Fight....
Proyek Besar
Kesurupan Massal
Kalahkan Biangnya
Kosong
Dreamin'
About Renita
Kenapa Dengan Sandra?
Teluh
Serangan kedua
Gelud Lagi...
Hadiah Nyi Rambat
Kembalinya Trio Ghaib
Kepergian Zulaikha
Kurnia's Pov
Lanjutan Indeks
Diubah oleh beqichot 18-09-2021 12:54
xue.shan dan 199 lainnya memberi reputasi
190
387.7K
12.1K
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
TS
beqichot
#2255
Ke Sumbernya
Setelah Naning diselimuti oleh Menik dan dibikin lemas, aku mendekati Naning...
Walaupun lemas, bibirnya masih saja mengucap nama cowo yang tadi sore datang ke rumahnya dan dihajarnya.
Kasihan sekali Naning... Dia dikirimi pelet yang membuatnya tergila-gila pada cowo itu.
Hal yang kutakutkan ternyata terjadi juga. Cowo itu mulai main halus dengan mengirim pelet.
Aku berpikir, gimana kalau pelet itu aku ambil, lalu kukirim ke cowo itu biar dia yang tergila-gila pada Naning....?
Ah...jangan... Kasihan Naning nanti dikejar-kejar terus oleh cowo itu...
Aku menempelkan tanganku di ubun-ubun Naning. Biarlah pelet ini aku buang saja dan hancurkan.
Dengan ilmu pemusnah pelet pemberian Ki Patih, dan dengan membaca basmallah, aku mulai melakukan penarikan terhadap ilmu pelet yang ada dalam tubuh Naning.
Tak lupa, aku membentengi diriku sendiri dengan pagar ghaib, agar pelet itu tak berbalik menyerang diriku.
Kan ga lucu kalau nanti tiba-tiba aku tergila-gila sama cowo? Emang eike cowo apaan....ihh..!!! Sebel dech...
Perlahan, dari ubun-ubun Naning keluar asap pink sedikit demi sedikit. Terjadi tarik menarik antara aku yang ingin mengeluarkan asap pink itu, dengan ilmu pelet yang ingin tetap berada di dalam tubuh Naning. Rupanya dukun yang mengirimnya hebat juga. Sekian lama aku harus berkutat untuk mengeluarkan pelet itu dari tubuh Naning. Peluhku mulai bercucuran... berat juga rupanya.
Hampir 10 menit aku berusaha, nanun agaknya dukun yang mengirimnya tak mau mengalah juga
Wah, kalau begini caranya, aku bisa kehabisan energi nih
Maka, kukontak energi Nagawiru yang dititipkan padaku. Sebentuk energi berwarna biru mulai melingkupi sukmaku. Dengan sebuah hentakan, akhirnya aku berhasil mengeluarkan asap pink itu dari tubuh Naning.
ARGHHHH....!!!
Naning berteriak saat pelet itu keluar dari tubuhnya
Aku terkejut...gimana jika ortunya dengar dan ke sini, lalu melihatku ada di kamar Naning? Bakal runyam nih....!!!
Eh...tapi kan aku berbentuk sukma ya? Ahaha....aman...aman...
Segera aku memberi tanda pada Menik. Menik mengangguk tanda mengerti.... Kulempar pelet itu tinggi menembus atap...dan Menik melesat mengikutinya...
Tak lama kemudian...
BLEGARRRRR....!!!!!!
Terdengar suara ledakan yang amat keras.
Menik sudah melesat balik ke hadapanku...
"Bagaimana...?" tanyaku
"Beres mas...sudah aku hancurkan pelet itu...!"
"Syukurlah... mari kita pulang...!" ujarku.
"Maaf den... apa tidak sebaiknya aden membuat pagar ghaib untuk melindungi rumah ini den? Supaya jika ada serangan lagi, bisa dihalangi...!" kata Ki Mackom.
Kenapa aku ga berfikir ke situ ya?
"Benar Ki.. terima kasih sudah mengingatkan...!"
Aku melesat keluar rumah, dan membuat pagar ghaib yang melingkupi rumah Naning .
Menik dan Ki Mackom ikut menambahi 2 lapis pagar sehingga sekarang ada 3 lapis pagar ghaib yang melindungi rumah itu dari serangan ghaib..
Semoga saja pagar itu dapat bertahan dari serangan ghaib yang mungkin datang nantinya.
Setelah semua selesai, kami pulang kembali ke kost. Nampak Kurnia dengan waspada menjaga ragaku.
"Sudah pulang den...?" kata Kurnia saat melihat kedatangan kami.
"Sudah... apa ada yang mencoba mengganggu ragaku?"
"Tidak ada den... Semua aman terkendali ..!" Jawab Kurnia.
"Syukurlah. . terima kasih banyak Kurnia. !"
Aku juga mengucapkan terima kasih pada Menik dan Ki Mackom..
Lalu aku kembali tidur. .
Hingga esok paginya, tak terjadi apapun lagi.
Aku merasa lega... Kupikir, semua akan selesai sampai di sini saja.
Tapi dugaanku ternyata keliru besar...
Malam harinya, rumah Naning kembali diserang. Menik dan Ki Mackom yang merasakan bahwa pagar ghaib buatan mereka dikenai serangan.
Bukan itu saja... Serangan juga mengarah padaku....
Terdengar ledakan-ledakan di atas genteng kamar kostku....
Wah...ngajak perang nih dukun...
"Apa yang akan kita lakukan den?" tanya ki Mackom.
"Mengobati penyakit harus dari sumbernya Ki... Sekarang, kalau Ki Mackom tidak keberatan, tolong dilacak keberadaan orang yang mengirim serangan ini...!" kataku.
"Baik den... Aku akan segera melacaknya. Aden bersabar sebentar di sini...!"katanya sambil menghilang dari pandanganku.
Sementara itu, suara ledakan di atas genteng semakin gencar. Tapi aku yakin, pagar ghaib yang kubangun masih mampu menghalangi serangan itu. Namun tetap saja aku agak khawatir, jika terus dihujani serangan, bisa jadi pagar ghaib itu tak bertahan lama.
Aku harus segera bisa menaklukkan sumber serangan ini.
20 menit kemudian, Ki Mackom sudah kembali di hadapanku
"Bagaimana Ki? Ketemu....??"tanyaku.
"Ketemu den... ada dua manusia yang melakukan serangan den. Satu orang mengarah rumah yang kemarin, dan satu orang mengarahkan serangannya kemari..!"
"Apakah mereka berada di satu tempat yang sama?"tanyaku.
"Benar den... mereka di tempat yang sama ..!"
"Baiklah....mari kita kesana ..!"
"Kami ikut juga ya mas ..??".
"Ayolah kalau kalian mau ikut... Biar semakin ramai . Aku siapkan motor dulu...!" kataku sambil beranjak hendak keluar kamar.
"Ga usah mas.... biar mas Aji kami bawa ke sana. Ga perlu pakai motor mas....!"
"Emang kalian bisa...?"tanyaku ragu.
"Ehhh...jangan meremehkan kami mas. ..!" Ujar menik sambil bertolak pinggang
"Baiklah....mari kita coba. Awas saja kalau nyasar...!"
"Tenang mas, ga akan nyasar. Ki Macan Kombang silahkan menjadi penunjuk arah....!"kata Menik.
Menik dan Kurnia segera memegang tanganku. Ada aliran energi yang masuk ke dalam tubuhku, dan membuat tubuhku jadi terasa sangat ringan.
Ki Mackom melayang menembus tembok... Menik dan Kurnia menyusul sambil menarikku.
"Eh...eh...awas...!!"teriakku saat kami hendak menabrak tembok kamarku.
Aku menutup mataku...
WUZZ...
Aku menunggu tubuhku membentur tembok.
Namun beberapa saat menunggu, kok belum nabrak juga?
Aku membuka mata..ternyata, kami sudah melayang di atas rumah-rumah....
Aku menghembuskan nafas lega, sementara duo centil malah cekikikan.
"Lucu ya wajah den Aji yang pucat waktu mau nabrak tembok...hihihi..!" Kata Kurnia.
"Iya...hihihi... Pucet banget wajahnya.. udah kayak kertas aja ..!" Kata Menik.
Duh ..malu juga diejekin sama duo kunyil ini...
Aku diem saja, daripada nanti semakin dibully sama mereka.
Kami terus melayang mengikuti bayangan hitam yang juga melesat cepat. Dia adalah Ki Mackom yang menjadi penunjuk jalan.
Ki Mackom berhenti saat kami sampai di pinggiran kota.
"Apakah kita sudah sampai Ki?" tanyaku.
"Sudah den.. Itu, mereka ada di rumah yang kelihatan remang-renang itu. Dan banyak jin yang menjaga di luar rumah itu!" tutur Ki Mackom.
Aku memandang ke rumah yang ditunjukkan oleh Ki Mackom. Nampak rumah permanen yang lampunya nampak remang-remang.
Jaraknya masih sekitar 20 meter lagi.
Kulihat banyak makhluk astral yang berjaga di sana.
"Apakah kita mampu menghadapi para penjaga itu Ki?".
"Maaf den... bukan bermaksud sombong, tapi aku sendiri saja sudah mampu untuk menghadapi mereka. Yang perlu dikhawatirkan, adalah penjaga yang di dalam. Mereka lumayan kuat den... !"
"Apakah kita perlu mengundang bala bantuan?" tanyaku.
"Cih ..aku cuma merasakan 2 aura makhluk yang di dalam. Rasanya aku dan Kurnia masih mampu menghadapinya...!" kata Menik.
"Mungkin benar den, aku bisa membantu mereka jika yang di luar sudah kuselesaikan...!" Ki Mackom berkata.
"Tapi aku ga mau mengambil resiko. Aku akan memanggil Saloka untuk menambah kekuatan kita..!"
"Terserah mas Aji deh... tapi bilang sama Saloka, dia boleh membantu kalau aku dan kurkur sudah kewalahan...dan itu ga akan terjadi..!"kata Menik.
Fyuh...rasa percaya diri yang tinggi dari Menik.
Tapi bagaimanapun aku masih kurang percaya pada mereka, jadi aku tetap memanggil Saloka untuk memperkuat barisan kami.
Setelah Saloka datang, kami rundingkan lagi rencananya. Dan Menik mewanti-wanti pada Saloka, jangan turun tangan kalau dia dan kurnia belum kewalahan...
Setelah semua siap, mulailah kami melakukan penyerbuan ke rumah itu..Segera saja kami disambut oleh para penjaga di luar. Ki Mackom dengan ganas menghadapi mereka... namun karena jumlah mereka banyak, sebagian mengeroyok kami. Untunglah mereka hanya jin tingkat rendah yang ilmunya belum terlalu tinggi.
Dengan mudah kami bisa menembus pertahanan mereka.
Sementara Ki Mackom sibuk menghabisi para pengawal, aku dengan digandeng duo centil melesat menerobos tembok rumah, diikuti oleh Saloka.
Begitu kami berhasil menembus tembok, dua serangan dahsyat menyambar ke arah kami.
Menik dan Kurnia melemparkanku ke arah Saloka, lalu keduanya menghadang serangan yang datang itu.
DHUARR...DHUARR ..
Benturan 4 buah energi, menimbulkan ledakan yang teramat keras.
Walaupun lemas, bibirnya masih saja mengucap nama cowo yang tadi sore datang ke rumahnya dan dihajarnya.
Kasihan sekali Naning... Dia dikirimi pelet yang membuatnya tergila-gila pada cowo itu.
Hal yang kutakutkan ternyata terjadi juga. Cowo itu mulai main halus dengan mengirim pelet.
Aku berpikir, gimana kalau pelet itu aku ambil, lalu kukirim ke cowo itu biar dia yang tergila-gila pada Naning....?
Ah...jangan... Kasihan Naning nanti dikejar-kejar terus oleh cowo itu...
Aku menempelkan tanganku di ubun-ubun Naning. Biarlah pelet ini aku buang saja dan hancurkan.
Dengan ilmu pemusnah pelet pemberian Ki Patih, dan dengan membaca basmallah, aku mulai melakukan penarikan terhadap ilmu pelet yang ada dalam tubuh Naning.
Tak lupa, aku membentengi diriku sendiri dengan pagar ghaib, agar pelet itu tak berbalik menyerang diriku.
Kan ga lucu kalau nanti tiba-tiba aku tergila-gila sama cowo? Emang eike cowo apaan....ihh..!!! Sebel dech...
Perlahan, dari ubun-ubun Naning keluar asap pink sedikit demi sedikit. Terjadi tarik menarik antara aku yang ingin mengeluarkan asap pink itu, dengan ilmu pelet yang ingin tetap berada di dalam tubuh Naning. Rupanya dukun yang mengirimnya hebat juga. Sekian lama aku harus berkutat untuk mengeluarkan pelet itu dari tubuh Naning. Peluhku mulai bercucuran... berat juga rupanya.
Hampir 10 menit aku berusaha, nanun agaknya dukun yang mengirimnya tak mau mengalah juga
Wah, kalau begini caranya, aku bisa kehabisan energi nih
Maka, kukontak energi Nagawiru yang dititipkan padaku. Sebentuk energi berwarna biru mulai melingkupi sukmaku. Dengan sebuah hentakan, akhirnya aku berhasil mengeluarkan asap pink itu dari tubuh Naning.
ARGHHHH....!!!
Naning berteriak saat pelet itu keluar dari tubuhnya
Aku terkejut...gimana jika ortunya dengar dan ke sini, lalu melihatku ada di kamar Naning? Bakal runyam nih....!!!
Eh...tapi kan aku berbentuk sukma ya? Ahaha....aman...aman...
Segera aku memberi tanda pada Menik. Menik mengangguk tanda mengerti.... Kulempar pelet itu tinggi menembus atap...dan Menik melesat mengikutinya...
Tak lama kemudian...
BLEGARRRRR....!!!!!!
Terdengar suara ledakan yang amat keras.
Menik sudah melesat balik ke hadapanku...
"Bagaimana...?" tanyaku
"Beres mas...sudah aku hancurkan pelet itu...!"
"Syukurlah... mari kita pulang...!" ujarku.
"Maaf den... apa tidak sebaiknya aden membuat pagar ghaib untuk melindungi rumah ini den? Supaya jika ada serangan lagi, bisa dihalangi...!" kata Ki Mackom.
Kenapa aku ga berfikir ke situ ya?
"Benar Ki.. terima kasih sudah mengingatkan...!"
Aku melesat keluar rumah, dan membuat pagar ghaib yang melingkupi rumah Naning .
Menik dan Ki Mackom ikut menambahi 2 lapis pagar sehingga sekarang ada 3 lapis pagar ghaib yang melindungi rumah itu dari serangan ghaib..
Semoga saja pagar itu dapat bertahan dari serangan ghaib yang mungkin datang nantinya.
Setelah semua selesai, kami pulang kembali ke kost. Nampak Kurnia dengan waspada menjaga ragaku.
"Sudah pulang den...?" kata Kurnia saat melihat kedatangan kami.
"Sudah... apa ada yang mencoba mengganggu ragaku?"
"Tidak ada den... Semua aman terkendali ..!" Jawab Kurnia.
"Syukurlah. . terima kasih banyak Kurnia. !"
Aku juga mengucapkan terima kasih pada Menik dan Ki Mackom..
Lalu aku kembali tidur. .
Hingga esok paginya, tak terjadi apapun lagi.
Aku merasa lega... Kupikir, semua akan selesai sampai di sini saja.
Tapi dugaanku ternyata keliru besar...
Malam harinya, rumah Naning kembali diserang. Menik dan Ki Mackom yang merasakan bahwa pagar ghaib buatan mereka dikenai serangan.
Bukan itu saja... Serangan juga mengarah padaku....
Terdengar ledakan-ledakan di atas genteng kamar kostku....
Wah...ngajak perang nih dukun...
"Apa yang akan kita lakukan den?" tanya ki Mackom.
"Mengobati penyakit harus dari sumbernya Ki... Sekarang, kalau Ki Mackom tidak keberatan, tolong dilacak keberadaan orang yang mengirim serangan ini...!" kataku.
"Baik den... Aku akan segera melacaknya. Aden bersabar sebentar di sini...!"katanya sambil menghilang dari pandanganku.
Sementara itu, suara ledakan di atas genteng semakin gencar. Tapi aku yakin, pagar ghaib yang kubangun masih mampu menghalangi serangan itu. Namun tetap saja aku agak khawatir, jika terus dihujani serangan, bisa jadi pagar ghaib itu tak bertahan lama.
Aku harus segera bisa menaklukkan sumber serangan ini.
20 menit kemudian, Ki Mackom sudah kembali di hadapanku
"Bagaimana Ki? Ketemu....??"tanyaku.
"Ketemu den... ada dua manusia yang melakukan serangan den. Satu orang mengarah rumah yang kemarin, dan satu orang mengarahkan serangannya kemari..!"
"Apakah mereka berada di satu tempat yang sama?"tanyaku.
"Benar den... mereka di tempat yang sama ..!"
"Baiklah....mari kita kesana ..!"
"Kami ikut juga ya mas ..??".
"Ayolah kalau kalian mau ikut... Biar semakin ramai . Aku siapkan motor dulu...!" kataku sambil beranjak hendak keluar kamar.
"Ga usah mas.... biar mas Aji kami bawa ke sana. Ga perlu pakai motor mas....!"
"Emang kalian bisa...?"tanyaku ragu.
"Ehhh...jangan meremehkan kami mas. ..!" Ujar menik sambil bertolak pinggang
"Baiklah....mari kita coba. Awas saja kalau nyasar...!"
"Tenang mas, ga akan nyasar. Ki Macan Kombang silahkan menjadi penunjuk arah....!"kata Menik.
Menik dan Kurnia segera memegang tanganku. Ada aliran energi yang masuk ke dalam tubuhku, dan membuat tubuhku jadi terasa sangat ringan.
Ki Mackom melayang menembus tembok... Menik dan Kurnia menyusul sambil menarikku.
"Eh...eh...awas...!!"teriakku saat kami hendak menabrak tembok kamarku.
Aku menutup mataku...
WUZZ...
Aku menunggu tubuhku membentur tembok.
Namun beberapa saat menunggu, kok belum nabrak juga?
Aku membuka mata..ternyata, kami sudah melayang di atas rumah-rumah....
Aku menghembuskan nafas lega, sementara duo centil malah cekikikan.
"Lucu ya wajah den Aji yang pucat waktu mau nabrak tembok...hihihi..!" Kata Kurnia.
"Iya...hihihi... Pucet banget wajahnya.. udah kayak kertas aja ..!" Kata Menik.
Duh ..malu juga diejekin sama duo kunyil ini...
Aku diem saja, daripada nanti semakin dibully sama mereka.
Kami terus melayang mengikuti bayangan hitam yang juga melesat cepat. Dia adalah Ki Mackom yang menjadi penunjuk jalan.
Ki Mackom berhenti saat kami sampai di pinggiran kota.
"Apakah kita sudah sampai Ki?" tanyaku.
"Sudah den.. Itu, mereka ada di rumah yang kelihatan remang-renang itu. Dan banyak jin yang menjaga di luar rumah itu!" tutur Ki Mackom.
Aku memandang ke rumah yang ditunjukkan oleh Ki Mackom. Nampak rumah permanen yang lampunya nampak remang-remang.
Jaraknya masih sekitar 20 meter lagi.
Kulihat banyak makhluk astral yang berjaga di sana.
"Apakah kita mampu menghadapi para penjaga itu Ki?".
"Maaf den... bukan bermaksud sombong, tapi aku sendiri saja sudah mampu untuk menghadapi mereka. Yang perlu dikhawatirkan, adalah penjaga yang di dalam. Mereka lumayan kuat den... !"
"Apakah kita perlu mengundang bala bantuan?" tanyaku.
"Cih ..aku cuma merasakan 2 aura makhluk yang di dalam. Rasanya aku dan Kurnia masih mampu menghadapinya...!" kata Menik.
"Mungkin benar den, aku bisa membantu mereka jika yang di luar sudah kuselesaikan...!" Ki Mackom berkata.
"Tapi aku ga mau mengambil resiko. Aku akan memanggil Saloka untuk menambah kekuatan kita..!"
"Terserah mas Aji deh... tapi bilang sama Saloka, dia boleh membantu kalau aku dan kurkur sudah kewalahan...dan itu ga akan terjadi..!"kata Menik.
Fyuh...rasa percaya diri yang tinggi dari Menik.
Tapi bagaimanapun aku masih kurang percaya pada mereka, jadi aku tetap memanggil Saloka untuk memperkuat barisan kami.
Setelah Saloka datang, kami rundingkan lagi rencananya. Dan Menik mewanti-wanti pada Saloka, jangan turun tangan kalau dia dan kurnia belum kewalahan...
Setelah semua siap, mulailah kami melakukan penyerbuan ke rumah itu..Segera saja kami disambut oleh para penjaga di luar. Ki Mackom dengan ganas menghadapi mereka... namun karena jumlah mereka banyak, sebagian mengeroyok kami. Untunglah mereka hanya jin tingkat rendah yang ilmunya belum terlalu tinggi.
Dengan mudah kami bisa menembus pertahanan mereka.
Sementara Ki Mackom sibuk menghabisi para pengawal, aku dengan digandeng duo centil melesat menerobos tembok rumah, diikuti oleh Saloka.
Begitu kami berhasil menembus tembok, dua serangan dahsyat menyambar ke arah kami.
Menik dan Kurnia melemparkanku ke arah Saloka, lalu keduanya menghadang serangan yang datang itu.
DHUARR...DHUARR ..
Benturan 4 buah energi, menimbulkan ledakan yang teramat keras.
arinu dan 74 lainnya memberi reputasi
75
Tutup