- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Dendam Cinta Dari Masa Silam
TS
beqichot
Dendam Cinta Dari Masa Silam
WARNING!!!!
Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Jika ada kesamaan nama, tempat, dan kejadian, semua hanyalah kebetulan belaka.
Khusus untuk usia 17++
Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Jika ada kesamaan nama, tempat, dan kejadian, semua hanyalah kebetulan belaka.
Khusus untuk usia 17++
Prolog
Hai...namaku Aji, lengkapnya Bayu Satriaji.
Aku baru saja pulang dari PETUALANG MASA LALU
Terakhir yang kuingat, aku beserta Zulaikha dan Menik, dua jin cantik.yang selalu mendampingiku selain dari Sang Pamomong, baru saja keluar dari portal yang membawa kami pulang dari masa lalu ratusan tahun silam.
Aku memgerjapkan mataku yang silau oleh cahaya yang menyorot di atas mataku.
Ah...rupanya cahaya lampu.
Perlahan, pandangan mataku menjadi semakin jelas. Kulihat langit-langit kamar yang putih dengan lampu yang menyilaukan mataku tadi.
Di mana aku gerangan? Bukankah aku baru saja keluar dari portal yang menghubungkan masa kini dan masa lalu?
"Mas Aji.... Kau sudah sadar?" sebuah suara menyapaku.
Aku menoleh ke arah suara yang menyapaku itu. Seraut wajah cantik dengan mata yang berair, menatapku.
"Desi...?"
"Iya mas... Ini aku!" jawabnya.
"Mas Aji...!" sebuah suara lain menyapaku.
Aku menoleh ke asal suara itu..
"Anin...? Kamu kok di sini? Aku di mana?" tanyaku.
"Sebentar mas, biar aku kasih tahu bapak dan dokter.kalau kamu sudah sadar!" katanya sambil beranjak pergi.
Bapak? Dokter?
Kok bapak juga ada di sini? Dokter? Berarti aku di rumah sakit...
Sebenarnya apa yang terjadi? Bagaimana bisa aku ada di rumah sakit?
"Des...ini di rumah sakit?"
"Iya Mas...!"
"Kok aku bisa disini?"
"Ssttt...mas istirahat saja dulu. Kita tunggu dokter dulu!" sahutnya sambil mengelus-elus tanganku.
Saat itulah pintu terbuka, dan dua wanita dengan pakaian serba putih menghampiriku. Seorang diantaranya memeriksa nadiku, menyenteri mataku, dan menempelkan stetoskop di dadaku.
"Bagaimana dokter?" sebuah suara yang berat terdengar beetanya.
"Keadaannya normal pak! Mungkin butuh pemulihan sebentar, dan 2 atau 3 hari kemudian sudah bisa pulang!" kata bu dokter.
'Syukurlah...!" kata Bapak.
"Bapak.....!" panggilku.
"Hai..cah bagus... Bikin panik orang tua saja kamu!" kata bapak sambil mengacak-acak rambutku.
"Maaf pak... Sudah bikin khawatir bapak..!" ucapku.
"Sudahlah. Yang penting kamu sudah ga papa sekarang!" ujar bapak.
"Apa yang sebenarnya terjadi pak?" tanyaku.
"Kamu ditemukan orang terbaring di jalanan setelah hujan. Lalu dibawa ke rumah sakit ini. Lalu orang itu membuka kontak hpmu dan menghubungi bapak. Bapak dsn Anin segera kemari. Dan kamu baru sadar setelah 3 hari pingsan!" kata bapak.
Hah.3 hari? Padahal aku ada di masa lalu selama 35 hari.
Jadi apakah kejadian di masa lalu itu hanyalah mimpi di saat aku tak sadar?
Kalau memang hanya mimpi, syukurlah...
Dan aku berharap itu semua memang hanya mimpi.
Aku menoleh pada Zulaikha dan Menik yang sedari tadi berdiri di samping ranjangku.
Mereka cuma mengangkat bahu dan menggeleng. .
Yah...semoga saja semua itu hanya mimpi belaka. Kembang tidur di saat aku pingsan. .
Semoga....
Aku masih dirawat selama 2 hari, dan Desi setia memungguku jika sudah pulang kuliah.
Sementara, bapak dan Anin jika malam istirahat di kostku.
Setelah dirasa sehat, aku diperbolehkan pulang.
Bersama bapak dan Anin, kami nakk taksi menuju kostan.
Zulaikha dan Menik melayang di samping mobil.
Di kostan sudah ada pacar tersayang dan adiknya yang menunggu kedatangan kami....
Yah...aku kembali berada di jamanku. Pengalaman di masa lalu itu, entah nyata ataukah sekedar mimpi belaka?
Only time will tell.....
INDEX:
Prolog
The Begining
Naning
The Truth
Lanjutan
Naning Lagi....
Melati's Pov
Godaan Nenek Bohai
Menik's Pov
Tukang Ojek
Masalah Cewe Dino
Di Rumah Firda
Menolong Naning....
One By One
Pulang....
Di Madrasah 1
Di Madrasah 2
It's Begin...
Bingung
Masih Di Rumah Naning
Menik's Pov
Pengakuan Firda
Desi Cemburu
Pertempuran
Bendera Perang Sudah Dikibarkan
Masalah mulai bertambah
Firda's Pov
Liburan Semester
Kejadian Di Kamar Kost.....
Di Gazebo..
Tekad Naning
Pov nya Kunyil
Balada Lontong Opor
Kunyil Ember
Ditinggal.....
Pengusiran
Pulang....
Nenek Tua
Mimpi
RSJ
Pertempuran Seru
Serangan Susulan
Menuju Sumber....
Lanjutannya..
Kurnia
Sebuah Pengakuan
Interogasi
Menepati Janji
Malam Minggu
Piknik....
Di Curug
Ki Sarpa
Berlatih
Ketiduran
Kejadian Aneh
Kyai Punggel
Pagi Absurd
Pov: Naning
Latihan Di Gunung
Wejangan
Aku Dipelet?
Lebih Hebat Dari Pelet
Terusan Kemarin
Tante Fitri Yang....
She's Back
Bros
Makhluk Paling Absurd
Makhluk Absurd 2
Part Kesekian
Cowo Tajir
Jangan Buat Naning Menangis
Surprise
Kejadian Aneh
Quote:
Menghentikan Perang
Ahaha ..
Jatuh Bangun
Selaras
Mulai Dari Awal
Kembali
Rencana Bapak
Gadis Galak
Pengobatan
Sang Dukun
Sandra
A Little Bonus: Sandra's Pov
Pulang Ke Kost
Nenek Tukang Pijat
Upgrade
Si Galak Sakit
Fight....
Proyek Besar
Kesurupan Massal
Kalahkan Biangnya
Kosong
Dreamin'
About Renita
Kenapa Dengan Sandra?
Teluh
Serangan kedua
Gelud Lagi...
Hadiah Nyi Rambat
Kembalinya Trio Ghaib
Kepergian Zulaikha
Kurnia's Pov
Lanjutan Indeks
Diubah oleh beqichot 18-09-2021 12:54
xue.shan dan 199 lainnya memberi reputasi
190
387.7K
12.1K
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
TS
beqichot
#1952
Teleportasi
Menlk membisikkan sesuatu yang membuatku ternganga... Kaget dan shock...
"Beneran kalian minta iru...?"
"Iya mas, kita udah diskusi tadi.. Pokoknya kalau mas Aji minta tolong, kita bakal mlnta ltu. Habisnya, kita penasaran mas...!" kata Menik.
Gila... Permintaan gila sekaligus menantang....
"Wah...ga boleh itu... Aku ga mau..!"
"Kalau ga mau, kita juga ga mau bantu ah...!" kata Menik.
"Huh...kamu ini kayak jin pesugihan aja. Mau nolong kalau ada imbalannya. Aku ga mau...titik...!" kataku tegas.
Ga mungkin lah aku memenuhi permintaan mereka.
Lebih baik aku ga bisa datang ke pernikahan mbak Dinda...!
Skip...ke hari Sabtu sore.
Saloka datang dengan membawa baju dan juga sepatuku.
"Gimana mas...? Jadi kan ke pulau seberang?" tanya Saloka.
"Kayaknya ga jadi deh... Dua bocah tu ngasih syarat ga masuk akal buat bsntuin kita...!"
"Ga masuk akal gimana?" tanya Saloka penasaran.
Aku bisikkan apa yang jadi permintaan duo centil.itu...
"Apaa....??? Mereka minta ciuman bibir dan digrepe-grepe? Kok bisa sih.???" teriak Saloka.
"Psstt...jangan keras2 dong... Ts aja dah nyembunyiin biar readers penasaran... Malah kamu teriak2....!" gerutuku.
"Eh...maaf...maaf, keceplosan. Habisnya kaget dan ga habis pikir... Tapi kok bisa mereka minta itu sih mas?"
"Yah...mungkin ini salahku. Mungkin mereka melihat saat aku dan pacarku begitu, jadi mereka penasaran gimana rasanya...!" sahutku.
"Oh...gitu ya? Kenapa ga diturutin aja mas?"
"Gila kamu... Lihat mereka yang masih usia segitu, aku jelas ga tega lah...!"
"Iya juga sih... Mereka kalau disamakan dengan manusia kan masih anak kelas 3 SMP ya mas? Masih bau kencur... Heran, kenapa sih, mereka berani minta itu? Aku aja ga berani kok...!" gumam Saloka.
"Kamu omong apa Saloka?"
"Eh...enggak mas. Trus gimana rencana ke pulau sebrangnya?"
"Kayaknya batal deh...! Khan kamu kekurangan energi...!" jawabku dengan sedih.
"Hmmm....!" Saloka nampak berpikir... "Gimana kalau kita coba menggabungkan energi kita? Mas kan punya energi dari Naga Wiru... Mungkin bisa kita satukan dan bisa cukup untuk mencapai pulau seberang!" usulnya.
"Ayolah kita coba...!" semangatku kembali bangkit.
"Ayo mas... Tapi kok sepi banget rumah ini? Teman-teman mas pada kemana?" tanyanya.
"Pada pulang mereka. Aku juga udah pamit pak Kades, bakal pergi sampai besok. Kalau ga pamit, takutnya mereka tahunya aku di sini, besok mereka nyariin aku...! Kalau ga ketemu bisa geger semua..!"
"Iya juga ya...? Kebetulan kalau sepi... Ga akan ada yang mengganggu kita. Sebaiknya kita mulai sekarang sebelum terlalu malam."
"Baiklah...ayo kita mulai...!"
Kami duduk bersila berhadapan, saling menempelkan dua tangan. Lalu aku mengeluarkan energiku sedikit demi sedikit, lalu mentransfernya pada Saloka. Saloka mencoba menggabungkan energi kami. Namun sampai adzan Isya berkumandang, belum berhasil juga. Peluh sudah membasahi seluruh tubuhku.
"Bagaimana Saloka? Bisa?" tanyaku saat kami beristirahat.
"Sudah mukai bisa mas... Hanya perlu menyesuaikan lagi. Mungkin sebelum tengah malam bisa berhasil mas. Lebih baik kita sholat dulu...!"
Setelah sholat Isya dan makan camilan, aku mengajak Saloka untuk melanjutkan.
Syukurlah, pada pukul 10 malam, Saloka berhasil menggabungkan energi kami.
"Sudah berhasil mas, ayo kita mulai perjalanan kita. Jadi mas mau ke pulau ini? Dan tempatnya untuk mendarat, mas tahu?" tanya Saloka.
Aku mengambil hp, memperlihatkan gambar pulau yang kami tuju, dan titik di mana kami harus mendarat.
"Oh, di titik merah seperti tetesan air kebalik ini ya mas?" tanyanya sambil menunjuk tanda lokasi di aplikasi map-ku.
"Iya... Nggak persis ga papa, yang penting di dekat-dekat situ!"
"Baik mas, sudah kucatat di pikiranku. Nah, sekarang mas peluk aku...!"
"Hei...mau ngapain? Kok pake peluk-pelukan?"
"Ya biar aku bisa bawa mas Aji. Kalau jauh-jauhan mana bisa?" kata Saloka.
"Oh...gitu. Ga papa nih kalau aku meluk kamu?"
"Ga papa mas....!" katanya sambil tersenyum manis.
Aku mendekatinya dan memeluknya erat...
"Jangan kenceng-kenceng meluknya mas....!"
"Hehe...maaf...!" kataku sambil sedikit merenggangkan pelukan.
Sekarang kami saling peluk dan wajah kami berhadapan.
"Mas sudah siap?" tanya Saloka.
Hmm...nafasnya wangi banget...
"Aku siap....!"
"Nah, sekarang mas pejamkan mata... Ga usah berdebar gitu mas... Jantungnya kok berdegup kencang...!"
Hadeehh...gimana ga deg degan, ketika ada sesuatu yang empuk menekan dadaku?
Dan juga bibir merah penuh berbau harum yang begitu dekat dengan bibirku?
Aku memejamkan mataku, dan menekan gejolak di dadaku.
Mencoba menghitung angka, agar pikiranku teralihkan.
Dalam hitungan ke lima puluh....
"Sekarang buka mata mas. Kita sudah sampai...!"
Dengan terkejut aku membuka mata, dan kulihat lsgi dua bibir merah beserta senyumnya yang begitu menawan.
"Eh...sudah sampai? Secepat itu?" tanyaku tak percaya.
Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling.
Terang benderang... Aku berada di sebuah tanah lapang yang luas, dan terdapat lampu taman di mana-mana. Banyak orang yang berlalu lalang.
Benarkah kami sudah sampai?
Kucoba melihat hpku. Kuhidupkan lokasi saat ini
Dan benar saja, aku sudah berada di pulau sebrang. Tepat di kota tempat tinggal pakdeku.
Saloka berdiri di hadapanku, dengan berpakaian celana jeans dan jumper berhoddie.
"Eh...kamu mewujud?"
"Iya mas, biar lebih mudah berkomunikasi saja. Daripada nanti mas dilihat orang ngomong sendiri,.kan ga lucu...hihihi..!"
"Bener juga kamu. Ga ada.yang tahu kita muncul mendadak di sini kan?" tanyaku.
"Enggak mas .. Kita kan sekarang di tempat yang agak terlindung...?"
Benar juga, tempat kami berdiri memang agak terlindung dari pandangan orang lain. Selamat...
"Se...se...setan....!" teriak seorang pemuda sambil menunjuk kami.
Semua orang mengarahkan pandangan pada kami.
"Mana setannya..?" tanya salah seorang yang dekaf pemuda itu.
"Mereka itu setannya... Mendadak muncul di depanku...hiii...!"
Seseorang mendekati pemuda itu dan mengendus-endus.
Lalu dia berpaling pada orang-orang yang ada di situ.
"Hei...pemuda ini sedang mabuk. Ga usah digubris...!" serunya.
"Hei...aku ga mabok. Mereka itu setan...!" kata pemuda itu bersikeras.
Tapi orang-orang sudah tak ambil pusing omongan pemuda itu.
Huft...hampir copot jantungku. Ternyata ada yang melihat kemunculan kami. Untunglah yang melihat orang mabuk, jadi ga ada yang percaya....ahaha.
Aku segera menghubungi Anin, dan share lokasi padanya.
Anin langsung menelponku, dan bertanya, apa benar aku ada di lokasi yang aku share?
Setelah heboh sendiri nanya-nanya, dia bilang aku akan dijemput mbak Dinda. Aku disuruh menunggu di sebuah tempat di sekitar tempatku sekarang.
Aku dan Saloka menuju tempat itu dan duduk menunggu di sana.
Tak sampai 10 menit kemudian, sebuah mobil menghampiriku.
Dsri pintu depan kiri, keluar Anin yang segera berlari menghampiriku.
Namun langkahnya terhenti saat melihat Saloka.
Dipandangnya Saloka dengan wajah penuh ingin tahu.
"Dia Saloka... Temen seperjalanan. Dia mau menemui saudaranya di sini!* kataku menjelaskan
Ssloka mengulurkan tangan kepada Anin, mengajak berkenalan.
Sementara, dari pintu sopir, keluar sosok.cewe cantik berkaca mata...mbak Dinda.
"Beneran kalian minta iru...?"
"Iya mas, kita udah diskusi tadi.. Pokoknya kalau mas Aji minta tolong, kita bakal mlnta ltu. Habisnya, kita penasaran mas...!" kata Menik.
Gila... Permintaan gila sekaligus menantang....
"Wah...ga boleh itu... Aku ga mau..!"
"Kalau ga mau, kita juga ga mau bantu ah...!" kata Menik.
"Huh...kamu ini kayak jin pesugihan aja. Mau nolong kalau ada imbalannya. Aku ga mau...titik...!" kataku tegas.
Ga mungkin lah aku memenuhi permintaan mereka.
Lebih baik aku ga bisa datang ke pernikahan mbak Dinda...!
Skip...ke hari Sabtu sore.
Saloka datang dengan membawa baju dan juga sepatuku.
"Gimana mas...? Jadi kan ke pulau seberang?" tanya Saloka.
"Kayaknya ga jadi deh... Dua bocah tu ngasih syarat ga masuk akal buat bsntuin kita...!"
"Ga masuk akal gimana?" tanya Saloka penasaran.
Aku bisikkan apa yang jadi permintaan duo centil.itu...
"Apaa....??? Mereka minta ciuman bibir dan digrepe-grepe? Kok bisa sih.???" teriak Saloka.
"Psstt...jangan keras2 dong... Ts aja dah nyembunyiin biar readers penasaran... Malah kamu teriak2....!" gerutuku.
"Eh...maaf...maaf, keceplosan. Habisnya kaget dan ga habis pikir... Tapi kok bisa mereka minta itu sih mas?"
"Yah...mungkin ini salahku. Mungkin mereka melihat saat aku dan pacarku begitu, jadi mereka penasaran gimana rasanya...!" sahutku.
"Oh...gitu ya? Kenapa ga diturutin aja mas?"
"Gila kamu... Lihat mereka yang masih usia segitu, aku jelas ga tega lah...!"
"Iya juga sih... Mereka kalau disamakan dengan manusia kan masih anak kelas 3 SMP ya mas? Masih bau kencur... Heran, kenapa sih, mereka berani minta itu? Aku aja ga berani kok...!" gumam Saloka.
"Kamu omong apa Saloka?"
"Eh...enggak mas. Trus gimana rencana ke pulau sebrangnya?"
"Kayaknya batal deh...! Khan kamu kekurangan energi...!" jawabku dengan sedih.
"Hmmm....!" Saloka nampak berpikir... "Gimana kalau kita coba menggabungkan energi kita? Mas kan punya energi dari Naga Wiru... Mungkin bisa kita satukan dan bisa cukup untuk mencapai pulau seberang!" usulnya.
"Ayolah kita coba...!" semangatku kembali bangkit.
"Ayo mas... Tapi kok sepi banget rumah ini? Teman-teman mas pada kemana?" tanyanya.
"Pada pulang mereka. Aku juga udah pamit pak Kades, bakal pergi sampai besok. Kalau ga pamit, takutnya mereka tahunya aku di sini, besok mereka nyariin aku...! Kalau ga ketemu bisa geger semua..!"
"Iya juga ya...? Kebetulan kalau sepi... Ga akan ada yang mengganggu kita. Sebaiknya kita mulai sekarang sebelum terlalu malam."
"Baiklah...ayo kita mulai...!"
Kami duduk bersila berhadapan, saling menempelkan dua tangan. Lalu aku mengeluarkan energiku sedikit demi sedikit, lalu mentransfernya pada Saloka. Saloka mencoba menggabungkan energi kami. Namun sampai adzan Isya berkumandang, belum berhasil juga. Peluh sudah membasahi seluruh tubuhku.
"Bagaimana Saloka? Bisa?" tanyaku saat kami beristirahat.
"Sudah mukai bisa mas... Hanya perlu menyesuaikan lagi. Mungkin sebelum tengah malam bisa berhasil mas. Lebih baik kita sholat dulu...!"
Setelah sholat Isya dan makan camilan, aku mengajak Saloka untuk melanjutkan.
Syukurlah, pada pukul 10 malam, Saloka berhasil menggabungkan energi kami.
"Sudah berhasil mas, ayo kita mulai perjalanan kita. Jadi mas mau ke pulau ini? Dan tempatnya untuk mendarat, mas tahu?" tanya Saloka.
Aku mengambil hp, memperlihatkan gambar pulau yang kami tuju, dan titik di mana kami harus mendarat.
"Oh, di titik merah seperti tetesan air kebalik ini ya mas?" tanyanya sambil menunjuk tanda lokasi di aplikasi map-ku.
"Iya... Nggak persis ga papa, yang penting di dekat-dekat situ!"
"Baik mas, sudah kucatat di pikiranku. Nah, sekarang mas peluk aku...!"
"Hei...mau ngapain? Kok pake peluk-pelukan?"
"Ya biar aku bisa bawa mas Aji. Kalau jauh-jauhan mana bisa?" kata Saloka.
"Oh...gitu. Ga papa nih kalau aku meluk kamu?"
"Ga papa mas....!" katanya sambil tersenyum manis.
Aku mendekatinya dan memeluknya erat...
"Jangan kenceng-kenceng meluknya mas....!"
"Hehe...maaf...!" kataku sambil sedikit merenggangkan pelukan.
Sekarang kami saling peluk dan wajah kami berhadapan.
"Mas sudah siap?" tanya Saloka.
Hmm...nafasnya wangi banget...
"Aku siap....!"
"Nah, sekarang mas pejamkan mata... Ga usah berdebar gitu mas... Jantungnya kok berdegup kencang...!"
Hadeehh...gimana ga deg degan, ketika ada sesuatu yang empuk menekan dadaku?
Dan juga bibir merah penuh berbau harum yang begitu dekat dengan bibirku?
Aku memejamkan mataku, dan menekan gejolak di dadaku.
Mencoba menghitung angka, agar pikiranku teralihkan.
Dalam hitungan ke lima puluh....
"Sekarang buka mata mas. Kita sudah sampai...!"
Dengan terkejut aku membuka mata, dan kulihat lsgi dua bibir merah beserta senyumnya yang begitu menawan.
"Eh...sudah sampai? Secepat itu?" tanyaku tak percaya.
Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling.
Terang benderang... Aku berada di sebuah tanah lapang yang luas, dan terdapat lampu taman di mana-mana. Banyak orang yang berlalu lalang.
Benarkah kami sudah sampai?
Kucoba melihat hpku. Kuhidupkan lokasi saat ini
Dan benar saja, aku sudah berada di pulau sebrang. Tepat di kota tempat tinggal pakdeku.
Saloka berdiri di hadapanku, dengan berpakaian celana jeans dan jumper berhoddie.
"Eh...kamu mewujud?"
"Iya mas, biar lebih mudah berkomunikasi saja. Daripada nanti mas dilihat orang ngomong sendiri,.kan ga lucu...hihihi..!"
"Bener juga kamu. Ga ada.yang tahu kita muncul mendadak di sini kan?" tanyaku.
"Enggak mas .. Kita kan sekarang di tempat yang agak terlindung...?"
Benar juga, tempat kami berdiri memang agak terlindung dari pandangan orang lain. Selamat...
"Se...se...setan....!" teriak seorang pemuda sambil menunjuk kami.
Semua orang mengarahkan pandangan pada kami.
"Mana setannya..?" tanya salah seorang yang dekaf pemuda itu.
"Mereka itu setannya... Mendadak muncul di depanku...hiii...!"
Seseorang mendekati pemuda itu dan mengendus-endus.
Lalu dia berpaling pada orang-orang yang ada di situ.
"Hei...pemuda ini sedang mabuk. Ga usah digubris...!" serunya.
"Hei...aku ga mabok. Mereka itu setan...!" kata pemuda itu bersikeras.
Tapi orang-orang sudah tak ambil pusing omongan pemuda itu.
Huft...hampir copot jantungku. Ternyata ada yang melihat kemunculan kami. Untunglah yang melihat orang mabuk, jadi ga ada yang percaya....ahaha.
Aku segera menghubungi Anin, dan share lokasi padanya.
Anin langsung menelponku, dan bertanya, apa benar aku ada di lokasi yang aku share?
Setelah heboh sendiri nanya-nanya, dia bilang aku akan dijemput mbak Dinda. Aku disuruh menunggu di sebuah tempat di sekitar tempatku sekarang.
Aku dan Saloka menuju tempat itu dan duduk menunggu di sana.
Tak sampai 10 menit kemudian, sebuah mobil menghampiriku.
Dsri pintu depan kiri, keluar Anin yang segera berlari menghampiriku.
Namun langkahnya terhenti saat melihat Saloka.
Dipandangnya Saloka dengan wajah penuh ingin tahu.
"Dia Saloka... Temen seperjalanan. Dia mau menemui saudaranya di sini!* kataku menjelaskan
Ssloka mengulurkan tangan kepada Anin, mengajak berkenalan.
Sementara, dari pintu sopir, keluar sosok.cewe cantik berkaca mata...mbak Dinda.
arinu dan 75 lainnya memberi reputasi
76
Tutup