- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Dendam Cinta Dari Masa Silam
TS
beqichot
Dendam Cinta Dari Masa Silam
WARNING!!!!
Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Jika ada kesamaan nama, tempat, dan kejadian, semua hanyalah kebetulan belaka.
Khusus untuk usia 17++
Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Jika ada kesamaan nama, tempat, dan kejadian, semua hanyalah kebetulan belaka.
Khusus untuk usia 17++
Prolog
Hai...namaku Aji, lengkapnya Bayu Satriaji.
Aku baru saja pulang dari PETUALANG MASA LALU
Terakhir yang kuingat, aku beserta Zulaikha dan Menik, dua jin cantik.yang selalu mendampingiku selain dari Sang Pamomong, baru saja keluar dari portal yang membawa kami pulang dari masa lalu ratusan tahun silam.
Aku memgerjapkan mataku yang silau oleh cahaya yang menyorot di atas mataku.
Ah...rupanya cahaya lampu.
Perlahan, pandangan mataku menjadi semakin jelas. Kulihat langit-langit kamar yang putih dengan lampu yang menyilaukan mataku tadi.
Di mana aku gerangan? Bukankah aku baru saja keluar dari portal yang menghubungkan masa kini dan masa lalu?
"Mas Aji.... Kau sudah sadar?" sebuah suara menyapaku.
Aku menoleh ke arah suara yang menyapaku itu. Seraut wajah cantik dengan mata yang berair, menatapku.
"Desi...?"
"Iya mas... Ini aku!" jawabnya.
"Mas Aji...!" sebuah suara lain menyapaku.
Aku menoleh ke asal suara itu..
"Anin...? Kamu kok di sini? Aku di mana?" tanyaku.
"Sebentar mas, biar aku kasih tahu bapak dan dokter.kalau kamu sudah sadar!" katanya sambil beranjak pergi.
Bapak? Dokter?
Kok bapak juga ada di sini? Dokter? Berarti aku di rumah sakit...
Sebenarnya apa yang terjadi? Bagaimana bisa aku ada di rumah sakit?
"Des...ini di rumah sakit?"
"Iya Mas...!"
"Kok aku bisa disini?"
"Ssttt...mas istirahat saja dulu. Kita tunggu dokter dulu!" sahutnya sambil mengelus-elus tanganku.
Saat itulah pintu terbuka, dan dua wanita dengan pakaian serba putih menghampiriku. Seorang diantaranya memeriksa nadiku, menyenteri mataku, dan menempelkan stetoskop di dadaku.
"Bagaimana dokter?" sebuah suara yang berat terdengar beetanya.
"Keadaannya normal pak! Mungkin butuh pemulihan sebentar, dan 2 atau 3 hari kemudian sudah bisa pulang!" kata bu dokter.
'Syukurlah...!" kata Bapak.
"Bapak.....!" panggilku.
"Hai..cah bagus... Bikin panik orang tua saja kamu!" kata bapak sambil mengacak-acak rambutku.
"Maaf pak... Sudah bikin khawatir bapak..!" ucapku.
"Sudahlah. Yang penting kamu sudah ga papa sekarang!" ujar bapak.
"Apa yang sebenarnya terjadi pak?" tanyaku.
"Kamu ditemukan orang terbaring di jalanan setelah hujan. Lalu dibawa ke rumah sakit ini. Lalu orang itu membuka kontak hpmu dan menghubungi bapak. Bapak dsn Anin segera kemari. Dan kamu baru sadar setelah 3 hari pingsan!" kata bapak.
Hah.3 hari? Padahal aku ada di masa lalu selama 35 hari.
Jadi apakah kejadian di masa lalu itu hanyalah mimpi di saat aku tak sadar?
Kalau memang hanya mimpi, syukurlah...
Dan aku berharap itu semua memang hanya mimpi.
Aku menoleh pada Zulaikha dan Menik yang sedari tadi berdiri di samping ranjangku.
Mereka cuma mengangkat bahu dan menggeleng. .
Yah...semoga saja semua itu hanya mimpi belaka. Kembang tidur di saat aku pingsan. .
Semoga....
Aku masih dirawat selama 2 hari, dan Desi setia memungguku jika sudah pulang kuliah.
Sementara, bapak dan Anin jika malam istirahat di kostku.
Setelah dirasa sehat, aku diperbolehkan pulang.
Bersama bapak dan Anin, kami nakk taksi menuju kostan.
Zulaikha dan Menik melayang di samping mobil.
Di kostan sudah ada pacar tersayang dan adiknya yang menunggu kedatangan kami....
Yah...aku kembali berada di jamanku. Pengalaman di masa lalu itu, entah nyata ataukah sekedar mimpi belaka?
Only time will tell.....
INDEX:
Prolog
The Begining
Naning
The Truth
Lanjutan
Naning Lagi....
Melati's Pov
Godaan Nenek Bohai
Menik's Pov
Tukang Ojek
Masalah Cewe Dino
Di Rumah Firda
Menolong Naning....
One By One
Pulang....
Di Madrasah 1
Di Madrasah 2
It's Begin...
Bingung
Masih Di Rumah Naning
Menik's Pov
Pengakuan Firda
Desi Cemburu
Pertempuran
Bendera Perang Sudah Dikibarkan
Masalah mulai bertambah
Firda's Pov
Liburan Semester
Kejadian Di Kamar Kost.....
Di Gazebo..
Tekad Naning
Pov nya Kunyil
Balada Lontong Opor
Kunyil Ember
Ditinggal.....
Pengusiran
Pulang....
Nenek Tua
Mimpi
RSJ
Pertempuran Seru
Serangan Susulan
Menuju Sumber....
Lanjutannya..
Kurnia
Sebuah Pengakuan
Interogasi
Menepati Janji
Malam Minggu
Piknik....
Di Curug
Ki Sarpa
Berlatih
Ketiduran
Kejadian Aneh
Kyai Punggel
Pagi Absurd
Pov: Naning
Latihan Di Gunung
Wejangan
Aku Dipelet?
Lebih Hebat Dari Pelet
Terusan Kemarin
Tante Fitri Yang....
She's Back
Bros
Makhluk Paling Absurd
Makhluk Absurd 2
Part Kesekian
Cowo Tajir
Jangan Buat Naning Menangis
Surprise
Kejadian Aneh
Quote:
Menghentikan Perang
Ahaha ..
Jatuh Bangun
Selaras
Mulai Dari Awal
Kembali
Rencana Bapak
Gadis Galak
Pengobatan
Sang Dukun
Sandra
A Little Bonus: Sandra's Pov
Pulang Ke Kost
Nenek Tukang Pijat
Upgrade
Si Galak Sakit
Fight....
Proyek Besar
Kesurupan Massal
Kalahkan Biangnya
Kosong
Dreamin'
About Renita
Kenapa Dengan Sandra?
Teluh
Serangan kedua
Gelud Lagi...
Hadiah Nyi Rambat
Kembalinya Trio Ghaib
Kepergian Zulaikha
Kurnia's Pov
Lanjutan Indeks
Diubah oleh beqichot 18-09-2021 12:54
xue.shan dan 199 lainnya memberi reputasi
190
387.7K
12.1K
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
TS
beqichot
#972
Jangan Buat Naning Menangis
Damar ini ternyata, enak buat diajak ngobrol. Apalagi dia juga indigo, dan punya kemampuan yang sama kayak aku. Jadi klop dah...
Rasa minder yang tadi hadir, tak terasa hilang ditelan keramahannya.
Satu lagi poin positifnya, dia ga pernah pamer kekayaannya.
Walaupun dari tongkrongannya, aku tahu kalau dia sangat kaya.
Boleh dibilang, dia itu low profile.
"Jadi bang Damar ini kerja di mana?" tanyaku.
"Nguli di ibukota Ji. Dah 5 tahun aku nguli di sana!" katanya.
"Duh, bahasanya nguli... Ga cocok bang, ama tunggangannya...!" kataku.
"Ahaha...buat beli itu aja, aku mesti nabung 5 tahun Ji...!" katanya.
"Wuah...nabung 5 tahun dapat kuda jlngkrak bang? Kalau aku nabung 5 tahun dapat kuda lumping bang ..!"
"Huahaha...bisa aja kamu Ji. Kamu kan belum kerja, nanti kalau dah kerja pasti blsa kok!"
"Amin...doain ya bang? Eh, abang tamu juga di sini? Atau....?" tanyaku.
"Lah...kamu belum tahu toh, kalau aku ini kakak satu-satunya Naning...!"
"What...? Naning ga pernah cerlta punya kakak yang tajir dan tamvan gini bang...!"
"Ahaha... Lupa kall Ji...! Kamu pacarnya Naning Jl?"
Jadi ini rupanya yang membuatku merasa familiar dengan Damar. Wajahnya mirip dengan Naning, cuma beda dl kumis doank..
"Bukan bang... Aku cuman temennya kok...! Eh, abang sendirian aja pulangnya?"
Sebuah pertanyaan pancingan, karena tiba-tiba aku teringat peristiwa di masa lalu.dengan Damar, kakaknya Wening.
Takutnya, nanti ga sengajaetemu Desl, langsung main lamar aja. Bisa apes nasibku...
"Iya... Anakku masih kecil soalnya... Belum berani ngajak buat perjalanan jauh. Takut ga kuat...!" jawabnya.
Huft...lega. Dia udah nikah dan punya anak rupanya.
"Baru satu bang anaknya?"
"Iya nih... Baru setengah tahun umurnya. Tiga tahun menikah, baru sekarang dikaruniai anak...!" sahutnya.
"Wah..pasti lucu banget tuh! Cewe apa cowo bang?"
"Cewe... Iya lucu banget..selalu bikin kangen. Aku ga betah lama-lama ninggalin anakku itu. Ini aja, karena denger Naning sakit, aku nyempetin pulang. Besok paling ballk lagi ke sana!"
"Wah...cepet amat bang?"
"Iya lah... Kangen sama anakku...!"
"Sama anak apa bini bang?"
"Hahaha...dua-duanya lah...!"katanya sambil ketawa ngakak.
Seru ngobrol sama Damar, sampai aku lupa tujuanku ke situ buat jenguk Naning...
"Wah...malah pada ngobrol di sini... Dah dari tadi Ji?" sebuah suara mengalihkan perhatianku dari Damar.
"Eh..elo Ning... Gimana? Udah baikan?" tanyaku setelah tahu Naning yang bertanya.
Dia berdiri di ambang pintu dengan wajah agak pucat.
"Alhamdulillah...udah lumayan, sehabis diobatin sama bang Damar..!"
"Oh...syukur deh...! Emang bang Damar dokter ya?" tanyaku.
"Hihi...bukan. Dia sama kayak kamu... Dukun...!" katanya.
"Eh busyet... Kita dikatain Dukun bang...!" kataku pada Damar.
"Halah...biarin aja. Suka-suka dia mau manggil apa deh... Daripada ngambek...!" kata Damar sambil mengangkat bahu.
"Emang suka ngambek dia bang?" tanyaku sambil melirik Naning yang sudah duduk di dekat kami
"Beuh...kamu ga tahu Ji. Naning ini manja banget kalau sama aku. Kalau kemauannya ga dituruti, bakal ngambek dia." sahut Damar.
"Bang...jangan buka rahasia napa?" sungut Naning sambil cemberut.
"Ahaha...mulai merajuk tuh dia...!" Damar menggoda adiknya itu.
"Sakit apa dia sebenarnya bang?" aku bertanya pada Damar
"Huft...dia ketempelan tuh. Ga tahu dapet dari mana...!"
"Ketempelan bang? Masa sih? Dia kan rajin puasa dan tahajud bang!" kataku.
"Eh..Ji, darimana kamu tahu hal itu? Aku kan ga pernah cerita...!" tanya Naning.
"Eh...anu...itu...perkiraanku saja kok!" jawabku kebingungan.
Duh, ini mulut kok asal bunyi sih...
"Atau jangan-jangan kamu ghosting aku ya?"
"Huh...kurang kerjaan amat ghostingin kamu...!" sahutku.
Damar kulihat hanya senyum senyum aja melihat perdebatan kami.
"Aku lihat, kalian ini sebenarnya cocok lho...!"kata Damar.
"Cocok apanya...!????" kataku dan Naning bersamaan.
Aku dan Naning saling berpandangan... Kok bisa sih ngomong bareng gitu...
"Tuh kan.... Emang cocok kok kalian...!" kata Damar sambil ketawa.
"Halah...bang Damar bisa wae bang ...bang..! Aku dah punya pacar kok bang...!" kataku.
"Wah...susah kalau gitu Ning...si Aji dah punya pacar tuh...!" kata Damar sambil mengedipkan matanya pada adiknya.
"Abang apaan sih... Aku juga ga minat sama Aji kok..!" kata Naning.
"Ahaha....ga usah ngeles lah dek.. Mukamu yang merah itu ga bisa bohong!"
"Ihh...bang Damar emang nyebelin...!" kata Naning sambil berlari masuk ke dalam rumah, diiringi tawa ngakak dari Damar.
Nampaknya dia seneng banget bisa ngerjain adiknya itu.
"Huft...dia itu adikku satu-satunya, dan paling kusayang. Tapi aku ga bisa terus menjaganya, karena aku punya keluarga yang harus kujaga juga. Aku titip Naning ya Ji? Tolong jagain dia... Nampaknya kamu orang yang bisa dipercaya...!" kata Damar padaku.
"Eh...kok aku sih bang? Aku kan punya cewe yang harus kujaga juga kali...!" kataku.
"Aku kan minta tolong buat jagain Ji, bukan buat dipacarin....hahaha. Serius amat lo ah...!"
"Iya bang.. Aku usahain deh, buat jagain Naning." kataku mengalah.
Ga enak rasanya buat menolak permintaan seorang kakak yang begitu sayang pada adiknya.
"Dan satu hal, aku minta sama kamu Ji. Ini permintaan seorang teman ya .. Ga tahu kenapa, aku merasa cocok sama kamu. Jadi kurasa peemintaan ini ga berat buat kamu!" kata Damar.
"Lah....minta mulu dari tadi bang? Harusnya aku yang minta duit sama abang yang tajir ini...hahaha!"
"Ah...lo ini! Serius... Aku minta, jangan buat Naning menangis. Atau kau bakal berurusan denganku!" katanya dengan serius..
Wah..berat ini... Berat sangat. Dan entah kenapa, aku mencium makna tersirat dalam kalimat Damar barusan..tapi aku belum bisa menemukan makna itu.
"Yah...ga janji bang! Tapi tenang aja, Naning ga bakalan nangis lah... Cewe jagoan gitu...!" sahutku.
"Emang, dia jagoan kalau berkelahi. Tapi, hatinya sangat sensitif."
Wah, ga asik nih si Damar. Kenapa jadi serius gini sih? Aku malah dibikin bingung sendiri.
Aku garuk-garuk kepalaku yang memang gatal... Belum keramas...
"Wah...berat bang. Gini aja deh, aku mengundurkan diri aja dari tugas jagain Naning... Berat bang...!" kataku memelas.
Kalau sampai nanti aku bikin Naning nangis, aku bakalan bertempur sama Damar dong.
Hiii...aku paling ga suka bertempur melawan teman sendiri.
Rasanya, itu adalah hal yang sangat memalukan.
"Ji...inget, tadi kamu sudah janji lho. Ucapan laki-laki pantang ditarik lagi. Jangan menjilat ludah sendiri...!"
Mampus....!!! Kena dah aku sekarang.. Pakai dikatain begitu lagi..
Berarti kalau aku menarik kata-kataku, aku bukan laki2 dong? Trus jadi apa?
Fyuh....kok jadi gini sih kejadiannya.
"Oke bang... Aku sebagai laki-laki tak akan menarik kata-kataku. Tapi aku ga bisa janji untuk tidak membuat Naning menangis...!" jawabku tegas.
"Nah...itu baru cowo namanya." kata Damar sambil menepuk pundakku.
"Lah kok cowo bang? Laki-laki lah....!" kataku.
"Loh, bukannya sama? Apa bedanya?"
"Cari di aplikasi penelusuran aja bang... Males jelasinnya...!" jawabku ngaco.
"Dasar... Bilang aja ga tahu bedanya..!"
"Hehe...iya bang. Eh, aku pamit pulang dulu ya bang?"ucapku.
" Ga boleh... Kan belum ngobrol sama Naning. Biar aku panggilin dulu...!" katanya sambil beranjak pergi ke dalam rumah.
Meninggalkan aku sendiri yang sedang mencerna kata-katanya...jangan buat Naning menangis
Rasa minder yang tadi hadir, tak terasa hilang ditelan keramahannya.
Satu lagi poin positifnya, dia ga pernah pamer kekayaannya.
Walaupun dari tongkrongannya, aku tahu kalau dia sangat kaya.
Boleh dibilang, dia itu low profile.
"Jadi bang Damar ini kerja di mana?" tanyaku.
"Nguli di ibukota Ji. Dah 5 tahun aku nguli di sana!" katanya.
"Duh, bahasanya nguli... Ga cocok bang, ama tunggangannya...!" kataku.
"Ahaha...buat beli itu aja, aku mesti nabung 5 tahun Ji...!" katanya.
"Wuah...nabung 5 tahun dapat kuda jlngkrak bang? Kalau aku nabung 5 tahun dapat kuda lumping bang ..!"
"Huahaha...bisa aja kamu Ji. Kamu kan belum kerja, nanti kalau dah kerja pasti blsa kok!"
"Amin...doain ya bang? Eh, abang tamu juga di sini? Atau....?" tanyaku.
"Lah...kamu belum tahu toh, kalau aku ini kakak satu-satunya Naning...!"
"What...? Naning ga pernah cerlta punya kakak yang tajir dan tamvan gini bang...!"
"Ahaha... Lupa kall Ji...! Kamu pacarnya Naning Jl?"
Jadi ini rupanya yang membuatku merasa familiar dengan Damar. Wajahnya mirip dengan Naning, cuma beda dl kumis doank..
"Bukan bang... Aku cuman temennya kok...! Eh, abang sendirian aja pulangnya?"
Sebuah pertanyaan pancingan, karena tiba-tiba aku teringat peristiwa di masa lalu.dengan Damar, kakaknya Wening.
Takutnya, nanti ga sengajaetemu Desl, langsung main lamar aja. Bisa apes nasibku...
"Iya... Anakku masih kecil soalnya... Belum berani ngajak buat perjalanan jauh. Takut ga kuat...!" jawabnya.
Huft...lega. Dia udah nikah dan punya anak rupanya.
"Baru satu bang anaknya?"
"Iya nih... Baru setengah tahun umurnya. Tiga tahun menikah, baru sekarang dikaruniai anak...!" sahutnya.
"Wah..pasti lucu banget tuh! Cewe apa cowo bang?"
"Cewe... Iya lucu banget..selalu bikin kangen. Aku ga betah lama-lama ninggalin anakku itu. Ini aja, karena denger Naning sakit, aku nyempetin pulang. Besok paling ballk lagi ke sana!"
"Wah...cepet amat bang?"
"Iya lah... Kangen sama anakku...!"
"Sama anak apa bini bang?"
"Hahaha...dua-duanya lah...!"katanya sambil ketawa ngakak.
Seru ngobrol sama Damar, sampai aku lupa tujuanku ke situ buat jenguk Naning...
"Wah...malah pada ngobrol di sini... Dah dari tadi Ji?" sebuah suara mengalihkan perhatianku dari Damar.
"Eh..elo Ning... Gimana? Udah baikan?" tanyaku setelah tahu Naning yang bertanya.
Dia berdiri di ambang pintu dengan wajah agak pucat.
"Alhamdulillah...udah lumayan, sehabis diobatin sama bang Damar..!"
"Oh...syukur deh...! Emang bang Damar dokter ya?" tanyaku.
"Hihi...bukan. Dia sama kayak kamu... Dukun...!" katanya.
"Eh busyet... Kita dikatain Dukun bang...!" kataku pada Damar.
"Halah...biarin aja. Suka-suka dia mau manggil apa deh... Daripada ngambek...!" kata Damar sambil mengangkat bahu.
"Emang suka ngambek dia bang?" tanyaku sambil melirik Naning yang sudah duduk di dekat kami
"Beuh...kamu ga tahu Ji. Naning ini manja banget kalau sama aku. Kalau kemauannya ga dituruti, bakal ngambek dia." sahut Damar.
"Bang...jangan buka rahasia napa?" sungut Naning sambil cemberut.
"Ahaha...mulai merajuk tuh dia...!" Damar menggoda adiknya itu.
"Sakit apa dia sebenarnya bang?" aku bertanya pada Damar
"Huft...dia ketempelan tuh. Ga tahu dapet dari mana...!"
"Ketempelan bang? Masa sih? Dia kan rajin puasa dan tahajud bang!" kataku.
"Eh..Ji, darimana kamu tahu hal itu? Aku kan ga pernah cerita...!" tanya Naning.
"Eh...anu...itu...perkiraanku saja kok!" jawabku kebingungan.
Duh, ini mulut kok asal bunyi sih...
"Atau jangan-jangan kamu ghosting aku ya?"
"Huh...kurang kerjaan amat ghostingin kamu...!" sahutku.
Damar kulihat hanya senyum senyum aja melihat perdebatan kami.
"Aku lihat, kalian ini sebenarnya cocok lho...!"kata Damar.
"Cocok apanya...!????" kataku dan Naning bersamaan.
Aku dan Naning saling berpandangan... Kok bisa sih ngomong bareng gitu...
"Tuh kan.... Emang cocok kok kalian...!" kata Damar sambil ketawa.
"Halah...bang Damar bisa wae bang ...bang..! Aku dah punya pacar kok bang...!" kataku.
"Wah...susah kalau gitu Ning...si Aji dah punya pacar tuh...!" kata Damar sambil mengedipkan matanya pada adiknya.
"Abang apaan sih... Aku juga ga minat sama Aji kok..!" kata Naning.
"Ahaha....ga usah ngeles lah dek.. Mukamu yang merah itu ga bisa bohong!"
"Ihh...bang Damar emang nyebelin...!" kata Naning sambil berlari masuk ke dalam rumah, diiringi tawa ngakak dari Damar.
Nampaknya dia seneng banget bisa ngerjain adiknya itu.
"Huft...dia itu adikku satu-satunya, dan paling kusayang. Tapi aku ga bisa terus menjaganya, karena aku punya keluarga yang harus kujaga juga. Aku titip Naning ya Ji? Tolong jagain dia... Nampaknya kamu orang yang bisa dipercaya...!" kata Damar padaku.
"Eh...kok aku sih bang? Aku kan punya cewe yang harus kujaga juga kali...!" kataku.
"Aku kan minta tolong buat jagain Ji, bukan buat dipacarin....hahaha. Serius amat lo ah...!"
"Iya bang.. Aku usahain deh, buat jagain Naning." kataku mengalah.
Ga enak rasanya buat menolak permintaan seorang kakak yang begitu sayang pada adiknya.
"Dan satu hal, aku minta sama kamu Ji. Ini permintaan seorang teman ya .. Ga tahu kenapa, aku merasa cocok sama kamu. Jadi kurasa peemintaan ini ga berat buat kamu!" kata Damar.
"Lah....minta mulu dari tadi bang? Harusnya aku yang minta duit sama abang yang tajir ini...hahaha!"
"Ah...lo ini! Serius... Aku minta, jangan buat Naning menangis. Atau kau bakal berurusan denganku!" katanya dengan serius..
Wah..berat ini... Berat sangat. Dan entah kenapa, aku mencium makna tersirat dalam kalimat Damar barusan..tapi aku belum bisa menemukan makna itu.
"Yah...ga janji bang! Tapi tenang aja, Naning ga bakalan nangis lah... Cewe jagoan gitu...!" sahutku.
"Emang, dia jagoan kalau berkelahi. Tapi, hatinya sangat sensitif."
Wah, ga asik nih si Damar. Kenapa jadi serius gini sih? Aku malah dibikin bingung sendiri.
Aku garuk-garuk kepalaku yang memang gatal... Belum keramas...
"Wah...berat bang. Gini aja deh, aku mengundurkan diri aja dari tugas jagain Naning... Berat bang...!" kataku memelas.
Kalau sampai nanti aku bikin Naning nangis, aku bakalan bertempur sama Damar dong.
Hiii...aku paling ga suka bertempur melawan teman sendiri.
Rasanya, itu adalah hal yang sangat memalukan.
"Ji...inget, tadi kamu sudah janji lho. Ucapan laki-laki pantang ditarik lagi. Jangan menjilat ludah sendiri...!"
Mampus....!!! Kena dah aku sekarang.. Pakai dikatain begitu lagi..
Berarti kalau aku menarik kata-kataku, aku bukan laki2 dong? Trus jadi apa?
Fyuh....kok jadi gini sih kejadiannya.
"Oke bang... Aku sebagai laki-laki tak akan menarik kata-kataku. Tapi aku ga bisa janji untuk tidak membuat Naning menangis...!" jawabku tegas.
"Nah...itu baru cowo namanya." kata Damar sambil menepuk pundakku.
"Lah kok cowo bang? Laki-laki lah....!" kataku.
"Loh, bukannya sama? Apa bedanya?"
"Cari di aplikasi penelusuran aja bang... Males jelasinnya...!" jawabku ngaco.
"Dasar... Bilang aja ga tahu bedanya..!"
"Hehe...iya bang. Eh, aku pamit pulang dulu ya bang?"ucapku.
" Ga boleh... Kan belum ngobrol sama Naning. Biar aku panggilin dulu...!" katanya sambil beranjak pergi ke dalam rumah.
Meninggalkan aku sendiri yang sedang mencerna kata-katanya...jangan buat Naning menangis
arinu dan 60 lainnya memberi reputasi
61
Tutup