- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Dendam Cinta Dari Masa Silam
TS
beqichot
Dendam Cinta Dari Masa Silam
WARNING!!!!
Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Jika ada kesamaan nama, tempat, dan kejadian, semua hanyalah kebetulan belaka.
Khusus untuk usia 17++
Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Jika ada kesamaan nama, tempat, dan kejadian, semua hanyalah kebetulan belaka.
Khusus untuk usia 17++
Prolog
Hai...namaku Aji, lengkapnya Bayu Satriaji.
Aku baru saja pulang dari PETUALANG MASA LALU
Terakhir yang kuingat, aku beserta Zulaikha dan Menik, dua jin cantik.yang selalu mendampingiku selain dari Sang Pamomong, baru saja keluar dari portal yang membawa kami pulang dari masa lalu ratusan tahun silam.
Aku memgerjapkan mataku yang silau oleh cahaya yang menyorot di atas mataku.
Ah...rupanya cahaya lampu.
Perlahan, pandangan mataku menjadi semakin jelas. Kulihat langit-langit kamar yang putih dengan lampu yang menyilaukan mataku tadi.
Di mana aku gerangan? Bukankah aku baru saja keluar dari portal yang menghubungkan masa kini dan masa lalu?
"Mas Aji.... Kau sudah sadar?" sebuah suara menyapaku.
Aku menoleh ke arah suara yang menyapaku itu. Seraut wajah cantik dengan mata yang berair, menatapku.
"Desi...?"
"Iya mas... Ini aku!" jawabnya.
"Mas Aji...!" sebuah suara lain menyapaku.
Aku menoleh ke asal suara itu..
"Anin...? Kamu kok di sini? Aku di mana?" tanyaku.
"Sebentar mas, biar aku kasih tahu bapak dan dokter.kalau kamu sudah sadar!" katanya sambil beranjak pergi.
Bapak? Dokter?
Kok bapak juga ada di sini? Dokter? Berarti aku di rumah sakit...
Sebenarnya apa yang terjadi? Bagaimana bisa aku ada di rumah sakit?
"Des...ini di rumah sakit?"
"Iya Mas...!"
"Kok aku bisa disini?"
"Ssttt...mas istirahat saja dulu. Kita tunggu dokter dulu!" sahutnya sambil mengelus-elus tanganku.
Saat itulah pintu terbuka, dan dua wanita dengan pakaian serba putih menghampiriku. Seorang diantaranya memeriksa nadiku, menyenteri mataku, dan menempelkan stetoskop di dadaku.
"Bagaimana dokter?" sebuah suara yang berat terdengar beetanya.
"Keadaannya normal pak! Mungkin butuh pemulihan sebentar, dan 2 atau 3 hari kemudian sudah bisa pulang!" kata bu dokter.
'Syukurlah...!" kata Bapak.
"Bapak.....!" panggilku.
"Hai..cah bagus... Bikin panik orang tua saja kamu!" kata bapak sambil mengacak-acak rambutku.
"Maaf pak... Sudah bikin khawatir bapak..!" ucapku.
"Sudahlah. Yang penting kamu sudah ga papa sekarang!" ujar bapak.
"Apa yang sebenarnya terjadi pak?" tanyaku.
"Kamu ditemukan orang terbaring di jalanan setelah hujan. Lalu dibawa ke rumah sakit ini. Lalu orang itu membuka kontak hpmu dan menghubungi bapak. Bapak dsn Anin segera kemari. Dan kamu baru sadar setelah 3 hari pingsan!" kata bapak.
Hah.3 hari? Padahal aku ada di masa lalu selama 35 hari.
Jadi apakah kejadian di masa lalu itu hanyalah mimpi di saat aku tak sadar?
Kalau memang hanya mimpi, syukurlah...
Dan aku berharap itu semua memang hanya mimpi.
Aku menoleh pada Zulaikha dan Menik yang sedari tadi berdiri di samping ranjangku.
Mereka cuma mengangkat bahu dan menggeleng. .
Yah...semoga saja semua itu hanya mimpi belaka. Kembang tidur di saat aku pingsan. .
Semoga....
Aku masih dirawat selama 2 hari, dan Desi setia memungguku jika sudah pulang kuliah.
Sementara, bapak dan Anin jika malam istirahat di kostku.
Setelah dirasa sehat, aku diperbolehkan pulang.
Bersama bapak dan Anin, kami nakk taksi menuju kostan.
Zulaikha dan Menik melayang di samping mobil.
Di kostan sudah ada pacar tersayang dan adiknya yang menunggu kedatangan kami....
Yah...aku kembali berada di jamanku. Pengalaman di masa lalu itu, entah nyata ataukah sekedar mimpi belaka?
Only time will tell.....
INDEX:
Prolog
The Begining
Naning
The Truth
Lanjutan
Naning Lagi....
Melati's Pov
Godaan Nenek Bohai
Menik's Pov
Tukang Ojek
Masalah Cewe Dino
Di Rumah Firda
Menolong Naning....
One By One
Pulang....
Di Madrasah 1
Di Madrasah 2
It's Begin...
Bingung
Masih Di Rumah Naning
Menik's Pov
Pengakuan Firda
Desi Cemburu
Pertempuran
Bendera Perang Sudah Dikibarkan
Masalah mulai bertambah
Firda's Pov
Liburan Semester
Kejadian Di Kamar Kost.....
Di Gazebo..
Tekad Naning
Pov nya Kunyil
Balada Lontong Opor
Kunyil Ember
Ditinggal.....
Pengusiran
Pulang....
Nenek Tua
Mimpi
RSJ
Pertempuran Seru
Serangan Susulan
Menuju Sumber....
Lanjutannya..
Kurnia
Sebuah Pengakuan
Interogasi
Menepati Janji
Malam Minggu
Piknik....
Di Curug
Ki Sarpa
Berlatih
Ketiduran
Kejadian Aneh
Kyai Punggel
Pagi Absurd
Pov: Naning
Latihan Di Gunung
Wejangan
Aku Dipelet?
Lebih Hebat Dari Pelet
Terusan Kemarin
Tante Fitri Yang....
She's Back
Bros
Makhluk Paling Absurd
Makhluk Absurd 2
Part Kesekian
Cowo Tajir
Jangan Buat Naning Menangis
Surprise
Kejadian Aneh
Quote:
Menghentikan Perang
Ahaha ..
Jatuh Bangun
Selaras
Mulai Dari Awal
Kembali
Rencana Bapak
Gadis Galak
Pengobatan
Sang Dukun
Sandra
A Little Bonus: Sandra's Pov
Pulang Ke Kost
Nenek Tukang Pijat
Upgrade
Si Galak Sakit
Fight....
Proyek Besar
Kesurupan Massal
Kalahkan Biangnya
Kosong
Dreamin'
About Renita
Kenapa Dengan Sandra?
Teluh
Serangan kedua
Gelud Lagi...
Hadiah Nyi Rambat
Kembalinya Trio Ghaib
Kepergian Zulaikha
Kurnia's Pov
Lanjutan Indeks
Diubah oleh beqichot 18-09-2021 12:54
xue.shan dan 199 lainnya memberi reputasi
190
387.6K
12.1K
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
TS
beqichot
#373
Pertempuran
Sementara aku berpikir, gada itu sudah sangat dekat dengan kepalaku dan.....
PRAAKKK......
Aku tertegun. Kupikir, aku akan terkena pukulan gada itu. Tapi tak kurasakan apapun.
Sedelikian saktikah diriku? Ga mempan dipukul gada sebesar itu?
"Teruskan mas Aji, biar kami yang menghadapi makhluk ga jelas ini!" kudengar Menik berkata.
Aku membuka mata yang tadinya terpejam, dan...ah...bikin aku kecewa.
Ternyata Menik dan mbakyunya yang menahan pukulan gada itu.
Aku pikir aku yang terlalu sakti...ahaha.
Sejenak kulihat mereka terlibat dalam pertempuran 2 lawan 1.
Gupala itu walaupun perutnya besar dan badannya besar, tapi sangat gesit geraknya. Tapi tentu lebih gesit dua kakak beradik ghaib itu. Khan lebih langsing...ahaha
Setelah melihat bahwa untuk sementara waktu Zulaikha dan Menik ga bakal kalah, aku melanjutkan pengobatan pada papanya Firda.
Saat aku lengah sebentar karena serangan gada Gupala tadi, kembali muncul perlawanan dari dalam perut Om Bram.
Aku mencoba menekannya lagi dengan hampir seluruh eneegiku.
Hingga perlawanan itu melemah, dan perlahan aku bisa mengalahkan energi ghaib yang bersarang di tubuh Om Bram.
Perut Om Bram tampak bergejolak dan tiba-tiba beliau terduduk dan menyemburkan gumpalan darah kental berwarna hitam.
Lalu beliau kembali terhempas ke kasur dan tidur...atau pingsan??
Kudeteksi energi gelap di tubuh Om Bram, ternyata sudah bersih, tak adw sisa.
Beres... Walaupun tubuhku lemas karena energiku terluras.
Kulihat Menik dan mbakyunya masih bertempur dengan seru dan masih di atas angin.
Aku segeta bersila dan bermeditasi untuk mengembalikan energiku yang terkuras.
Kira-kira setengah jam kemudian, aku mulai pulih. Dan tubuhku sudah merasa segar.
Aku ingin membantu Zulaikha dan Menik, namun eneegiku belum 100% pulih.
Jadi, aku keluarkan saja Kyai Cemeng..
Tombak pendek itu segera muncul di tanganku. Dengan sabar aku membidik, dan di saat Gupala itu sibuk dikeroyok Ikha dan Kunyil, aku lontarkan tombak itu.
SYUUTTT......
Tombak kyai Cemeng melesat cepat menuju ke arah raksasa Gupala itu.
Sepertinya makhluk itu menyadari bahaya mengancam.
Dengan gesit dia menghindari pukulan dari Menik dan serangan pedang Zulaikha.
Lalu bersalto menghindari lemparan tombak Kyai Cemeng.
Tubuhnya yang gendut mendarat di tanah dengan suara berdebum.
Lucu tahu nggak, melihat raksasa gendut salto.
Meskipun bisa menghindari ,3 serangan sekaligus, namun tak urung tombak Kyai Cemeng berhasil menggores dadanya.
Darah hitam bercucuran dari dadanya yang terluka.
Makhluk itu menggeram marah... Dan dengan membabi buta, menyerang Ikha dan Menik.
Tapi gerakannya tertahan oleh tombak pendek hitam yang ternyata mampu bertempur sendiri tanpa kupegangi.
Tahu begitu, dari dulu aku suruh perang sendiri aja... Ga usah aku pegang
Tombak Kyai Cemeng menyambar-nyambar Gupala itu.
Raksasa iti sibuk menangkis serangan dari kyai Cemeng
Ditambah serangan dari Zulaikha dan Menik, Gupala itu kewalahan.
Apalagi dadanya sudah terluka
Gerakannya semakin lamban dan akhirnya tiga serangan mengenai tubuhnya
Pukulan Menik, tusukan pedang Zulaikha dan tikaman tombak kyai Cemeng
Makhluk itu meraung dahsyat dan berkelojotan, lalu hancur menjadi debu. Hilang tertiup angin meninggalkan bau busuk.
Kyai Cemeng segera masuk ke tubuhku. Zulaikha dan Menik menghela nafas lega dan menghampiriku.
"Terima kaaih...!" ujarku
"Sama-sama mas !" jawab Zul dan Menik.
Aku berbalik dan memandang Om Bram yang masih tertidur.
Nafasnya teratur...dan tidak mengigau lagi.
Aura gelap sudah hilang dari tubuhnya.
Aku membuka pintu dan keluar dari kamar.
Melihat aku keluar, tante Fitri dan Firda mendekat padaku.
"Bagaimana keadaan papanya Firda Nak Aji?" tanya tante Fitri.
"Alhamdulillah tante... Om sudah sembuh sekarang!"
"Terima kasih banyak ya Ji? Kamu selalu saja menolong keluarga kami!" kata Firda.
"Sudahlah... Itu khan kewajiban sesama manusia buat tolong menolong. Aku senang jika bisa menolong orang lain!" sahutku.
"Kami banyak berhutang budi padamu nak Aji. Entah bagaimana kami membalas budi baikmu ini?" kata tante Fitri dengan mata berkaca-kaca.
"Sudah tante... Ga ada hutang budi... Karena bukan saya yang menolong, tapi Allah SWT. Saya cuma perantara saja tante. Jadi tante ga perlu merasa berhutang apapun!" kataku.
"Sekarang papa gimana? Apa yang sebenarnya terjadi sama papa?" tanya Firda.
"Sekarang om sedang tidur, sebaiknya jangan diganggu. Menurut pengamatanku, ada orang yang hendak mencelakai om melalui ilmu ghaib yang dimasukkan lewat makanan atau minuman. Entah modusnya apa, aku juga ga tahu. Oh...iya, tolong bibi suruh membersihkan kamar Om, karena Om sempat muntah darah tadi! Tapi ga apa-apa... Itu sebagai akibat keluarnya hal ghaib dari tubuh Om!"
Tante Fitri mengajakku duduk di sofa, lalu beliau ke belakang.
ART masuk ke kamar Om Bram dan membersihkan muntahan tadi.
Sementara tante Fitri membawakan kopi untukku beserta camilannya.
Kami bertiga ngobrol kesana kemari. Tiba-tiba pintu kamar Om Bram terbuka dan papanya Firda keluar dari kamar.
"Eh..ada nak Aji. Sudah lama?" tanyanya.
"Sudah lumayan lama Om...!"
"Papa sudah sembuh...?" tanya tante Fitri.
"Loh..papa khan sehat-sehat aja. Kok ditanya udah sembuh apa belum?" tanya Om Bram heran.
Tante Fitrin lalu menceritakan semua kejadian yang menimpa suaminya itu. Mulai pulang kerja, tanpa sholat maghrib langsung tidur dan mengigau ga jelas.
Semua diceritakan. Sesekali Firda menambahi cerita mamanya.
Aku hanya mendengarkan saja.
"Wah.. Ternyata papa dah jadi korban ilmu ghaib ya? Nak Aji, terima kasih banyak sudah menolong Om...!" katanya.
"Sama-sama Om...!"
"Tadi Om makan bareng seorang kolega.. Apa mungkin dia yang memasukkan ilmu itu dalam makanan Om?"tanya Om Bram.
"Om, menurut hemat saya, karena peristiwa ini sudah berlalu, lebih baik ga usah dicari siapa orangnya.
Yang penting Om sudah sehat dan mesti lebih berhati-hati saja?" kataku.
"Iya sih.. Tapi om penasaran nih nak Aji!"
"Penasaran boleh Om. Tapi kalau sudah tahu pelakunya, emang mau Om apain coba?"
"Hmm..rasanya pengin Om balas!"
"Jangan lah Om... Memaafkan lebih baik lho Om. Nanti kalau saling balas, ga bakal ada akhirnya. Juga ga ada untungnya buat kedua belah pihak!"
"Yah..bener juga apa katamu itu. Tapi om masih merasa ga terima sudah dibikin begini!" kata Om Bram dengan geram.
"Sudahlah pa... Yang berlalu biarkan berlalu. Mama ga mau papa sampai kenapa-napa. Kita minta tolong Nak Aji saja buat gimana caranya supaya papa ga kena lagi!"tante Fitri menambahkan.
Om Bram memandang istrinya, lalu memegang tangannya dengan lembut.
"Iya Ma... Papa nurut apa kata mama!"
Tante Fitri tampak tersenyum lega.
'Ji...gimana caranya supaya papa ga kena lagi?" tanya Firda.
"Iya nak Aji.. Gimana caranya?" tanya om Bram.
"Ada beberapa cara yang harus dilakukan Om. Yang pertama, semakin mendekatkan diri pada Yang Maha Esa... Karena DIA lah Yang Maha Kuat dan yang bisa melindungi kita dari segala bala atau malapetaka.
Yang kedua, perbanyak sedekah.. Karena sedekah akan menjauhkan kita dari bala'.
Yang ketiga, nanti akan saya coba membuat pagar ghaib untuk Om, supaya jika ada sesuatu yang menyerang Om, tidak sampai mengenai diri Om.
Maaf Om, bukan bermaksud menggurui.
Pagar ghaib itu akan semakin kuat jika Om melakukan dzikir, bersedekah, dan melakukan kebaikan lain. Dan pagar ghaib itu akan melemah jika Om melakukan tindakan dzalim pada orang lain!" kataku.
"Iya nak Aji. Om ga merasa digurui, tetapi merasa diingatkan. Memang sih, karena keaibukan Om selama ini, seringkali sholat Om terbengkalai. Baiklah... Om akan berubah mulai sekarang "
Aku lalu membuat sebuah pagar ghaib yang melingkupi diri Om Bram.
Yah...seperti manusia pada umumnya..akan berubah menjadi lebih baik dan mendekatkan diri pada Penciptanya jika sudah ditegur dengan kemalangan.
Aku juga sama saja sih...
Mungkin memang sudah sifat manusia pada umumnya begitu ya?
Kadang lupa dengan yang menciptakan kita.
Kufur terhadap nikmat yang ada...
Dan melakukan perbuatan yang dilarang agama.
Yah...begitulah manusia...
Tak ada yang sempurna..
Tetapi minimal kita harus tetap berusaha menjadi lebih baik dari hari ke hari.
Aku juga begitu adanya... Masih belum bener..hahaha.
Setelah makan malam bersama keluarga Firda, dan ngobrol lagi sejenak, aku pamit pulang
Sampai di koat ditanya-tanya sama Desi. Aku ceritakan saja semuanya...
Kadang Desi tampak ketakutan... Tapi setelah aku selesai bercerita, dia menghela nafas lega.
Karena capek, aku pamit tidur pada Desi.
Bener-bener capek...
Dan benar saja, tak lama berselang aku langsung tertidur.
Aku terbangun saat merasakan hembusan angib dingin menerpa tubuhku.
Aku kaget saat mendapati diriku tidur di bawah sebatang pohon.
Aku melihat sekeliling... Kok seperti pernah melihat tempat ini?
Ah..iya.. Aku ada di hutan sebelah Selatan tanah perdikan Manyaran.
Tapi kenapa aku bisa ada di sini?"
PRAAKKK......
Aku tertegun. Kupikir, aku akan terkena pukulan gada itu. Tapi tak kurasakan apapun.
Sedelikian saktikah diriku? Ga mempan dipukul gada sebesar itu?
"Teruskan mas Aji, biar kami yang menghadapi makhluk ga jelas ini!" kudengar Menik berkata.
Aku membuka mata yang tadinya terpejam, dan...ah...bikin aku kecewa.
Ternyata Menik dan mbakyunya yang menahan pukulan gada itu.
Aku pikir aku yang terlalu sakti...ahaha.
Sejenak kulihat mereka terlibat dalam pertempuran 2 lawan 1.
Gupala itu walaupun perutnya besar dan badannya besar, tapi sangat gesit geraknya. Tapi tentu lebih gesit dua kakak beradik ghaib itu. Khan lebih langsing...ahaha
Setelah melihat bahwa untuk sementara waktu Zulaikha dan Menik ga bakal kalah, aku melanjutkan pengobatan pada papanya Firda.
Saat aku lengah sebentar karena serangan gada Gupala tadi, kembali muncul perlawanan dari dalam perut Om Bram.
Aku mencoba menekannya lagi dengan hampir seluruh eneegiku.
Hingga perlawanan itu melemah, dan perlahan aku bisa mengalahkan energi ghaib yang bersarang di tubuh Om Bram.
Perut Om Bram tampak bergejolak dan tiba-tiba beliau terduduk dan menyemburkan gumpalan darah kental berwarna hitam.
Lalu beliau kembali terhempas ke kasur dan tidur...atau pingsan??
Kudeteksi energi gelap di tubuh Om Bram, ternyata sudah bersih, tak adw sisa.
Beres... Walaupun tubuhku lemas karena energiku terluras.
Kulihat Menik dan mbakyunya masih bertempur dengan seru dan masih di atas angin.
Aku segeta bersila dan bermeditasi untuk mengembalikan energiku yang terkuras.
Kira-kira setengah jam kemudian, aku mulai pulih. Dan tubuhku sudah merasa segar.
Aku ingin membantu Zulaikha dan Menik, namun eneegiku belum 100% pulih.
Jadi, aku keluarkan saja Kyai Cemeng..
Tombak pendek itu segera muncul di tanganku. Dengan sabar aku membidik, dan di saat Gupala itu sibuk dikeroyok Ikha dan Kunyil, aku lontarkan tombak itu.
SYUUTTT......
Tombak kyai Cemeng melesat cepat menuju ke arah raksasa Gupala itu.
Sepertinya makhluk itu menyadari bahaya mengancam.
Dengan gesit dia menghindari pukulan dari Menik dan serangan pedang Zulaikha.
Lalu bersalto menghindari lemparan tombak Kyai Cemeng.
Tubuhnya yang gendut mendarat di tanah dengan suara berdebum.
Lucu tahu nggak, melihat raksasa gendut salto.
Meskipun bisa menghindari ,3 serangan sekaligus, namun tak urung tombak Kyai Cemeng berhasil menggores dadanya.
Darah hitam bercucuran dari dadanya yang terluka.
Makhluk itu menggeram marah... Dan dengan membabi buta, menyerang Ikha dan Menik.
Tapi gerakannya tertahan oleh tombak pendek hitam yang ternyata mampu bertempur sendiri tanpa kupegangi.
Tahu begitu, dari dulu aku suruh perang sendiri aja... Ga usah aku pegang
Tombak Kyai Cemeng menyambar-nyambar Gupala itu.
Raksasa iti sibuk menangkis serangan dari kyai Cemeng
Ditambah serangan dari Zulaikha dan Menik, Gupala itu kewalahan.
Apalagi dadanya sudah terluka
Gerakannya semakin lamban dan akhirnya tiga serangan mengenai tubuhnya
Pukulan Menik, tusukan pedang Zulaikha dan tikaman tombak kyai Cemeng
Makhluk itu meraung dahsyat dan berkelojotan, lalu hancur menjadi debu. Hilang tertiup angin meninggalkan bau busuk.
Kyai Cemeng segera masuk ke tubuhku. Zulaikha dan Menik menghela nafas lega dan menghampiriku.
"Terima kaaih...!" ujarku
"Sama-sama mas !" jawab Zul dan Menik.
Aku berbalik dan memandang Om Bram yang masih tertidur.
Nafasnya teratur...dan tidak mengigau lagi.
Aura gelap sudah hilang dari tubuhnya.
Aku membuka pintu dan keluar dari kamar.
Melihat aku keluar, tante Fitri dan Firda mendekat padaku.
"Bagaimana keadaan papanya Firda Nak Aji?" tanya tante Fitri.
"Alhamdulillah tante... Om sudah sembuh sekarang!"
"Terima kasih banyak ya Ji? Kamu selalu saja menolong keluarga kami!" kata Firda.
"Sudahlah... Itu khan kewajiban sesama manusia buat tolong menolong. Aku senang jika bisa menolong orang lain!" sahutku.
"Kami banyak berhutang budi padamu nak Aji. Entah bagaimana kami membalas budi baikmu ini?" kata tante Fitri dengan mata berkaca-kaca.
"Sudah tante... Ga ada hutang budi... Karena bukan saya yang menolong, tapi Allah SWT. Saya cuma perantara saja tante. Jadi tante ga perlu merasa berhutang apapun!" kataku.
"Sekarang papa gimana? Apa yang sebenarnya terjadi sama papa?" tanya Firda.
"Sekarang om sedang tidur, sebaiknya jangan diganggu. Menurut pengamatanku, ada orang yang hendak mencelakai om melalui ilmu ghaib yang dimasukkan lewat makanan atau minuman. Entah modusnya apa, aku juga ga tahu. Oh...iya, tolong bibi suruh membersihkan kamar Om, karena Om sempat muntah darah tadi! Tapi ga apa-apa... Itu sebagai akibat keluarnya hal ghaib dari tubuh Om!"
Tante Fitri mengajakku duduk di sofa, lalu beliau ke belakang.
ART masuk ke kamar Om Bram dan membersihkan muntahan tadi.
Sementara tante Fitri membawakan kopi untukku beserta camilannya.
Kami bertiga ngobrol kesana kemari. Tiba-tiba pintu kamar Om Bram terbuka dan papanya Firda keluar dari kamar.
"Eh..ada nak Aji. Sudah lama?" tanyanya.
"Sudah lumayan lama Om...!"
"Papa sudah sembuh...?" tanya tante Fitri.
"Loh..papa khan sehat-sehat aja. Kok ditanya udah sembuh apa belum?" tanya Om Bram heran.
Tante Fitrin lalu menceritakan semua kejadian yang menimpa suaminya itu. Mulai pulang kerja, tanpa sholat maghrib langsung tidur dan mengigau ga jelas.
Semua diceritakan. Sesekali Firda menambahi cerita mamanya.
Aku hanya mendengarkan saja.
"Wah.. Ternyata papa dah jadi korban ilmu ghaib ya? Nak Aji, terima kasih banyak sudah menolong Om...!" katanya.
"Sama-sama Om...!"
"Tadi Om makan bareng seorang kolega.. Apa mungkin dia yang memasukkan ilmu itu dalam makanan Om?"tanya Om Bram.
"Om, menurut hemat saya, karena peristiwa ini sudah berlalu, lebih baik ga usah dicari siapa orangnya.
Yang penting Om sudah sehat dan mesti lebih berhati-hati saja?" kataku.
"Iya sih.. Tapi om penasaran nih nak Aji!"
"Penasaran boleh Om. Tapi kalau sudah tahu pelakunya, emang mau Om apain coba?"
"Hmm..rasanya pengin Om balas!"
"Jangan lah Om... Memaafkan lebih baik lho Om. Nanti kalau saling balas, ga bakal ada akhirnya. Juga ga ada untungnya buat kedua belah pihak!"
"Yah..bener juga apa katamu itu. Tapi om masih merasa ga terima sudah dibikin begini!" kata Om Bram dengan geram.
"Sudahlah pa... Yang berlalu biarkan berlalu. Mama ga mau papa sampai kenapa-napa. Kita minta tolong Nak Aji saja buat gimana caranya supaya papa ga kena lagi!"tante Fitri menambahkan.
Om Bram memandang istrinya, lalu memegang tangannya dengan lembut.
"Iya Ma... Papa nurut apa kata mama!"
Tante Fitri tampak tersenyum lega.
'Ji...gimana caranya supaya papa ga kena lagi?" tanya Firda.
"Iya nak Aji.. Gimana caranya?" tanya om Bram.
"Ada beberapa cara yang harus dilakukan Om. Yang pertama, semakin mendekatkan diri pada Yang Maha Esa... Karena DIA lah Yang Maha Kuat dan yang bisa melindungi kita dari segala bala atau malapetaka.
Yang kedua, perbanyak sedekah.. Karena sedekah akan menjauhkan kita dari bala'.
Yang ketiga, nanti akan saya coba membuat pagar ghaib untuk Om, supaya jika ada sesuatu yang menyerang Om, tidak sampai mengenai diri Om.
Maaf Om, bukan bermaksud menggurui.
Pagar ghaib itu akan semakin kuat jika Om melakukan dzikir, bersedekah, dan melakukan kebaikan lain. Dan pagar ghaib itu akan melemah jika Om melakukan tindakan dzalim pada orang lain!" kataku.
"Iya nak Aji. Om ga merasa digurui, tetapi merasa diingatkan. Memang sih, karena keaibukan Om selama ini, seringkali sholat Om terbengkalai. Baiklah... Om akan berubah mulai sekarang "
Aku lalu membuat sebuah pagar ghaib yang melingkupi diri Om Bram.
Yah...seperti manusia pada umumnya..akan berubah menjadi lebih baik dan mendekatkan diri pada Penciptanya jika sudah ditegur dengan kemalangan.
Aku juga sama saja sih...
Mungkin memang sudah sifat manusia pada umumnya begitu ya?
Kadang lupa dengan yang menciptakan kita.
Kufur terhadap nikmat yang ada...
Dan melakukan perbuatan yang dilarang agama.
Yah...begitulah manusia...
Tak ada yang sempurna..
Tetapi minimal kita harus tetap berusaha menjadi lebih baik dari hari ke hari.
Aku juga begitu adanya... Masih belum bener..hahaha.
Setelah makan malam bersama keluarga Firda, dan ngobrol lagi sejenak, aku pamit pulang
Sampai di koat ditanya-tanya sama Desi. Aku ceritakan saja semuanya...
Kadang Desi tampak ketakutan... Tapi setelah aku selesai bercerita, dia menghela nafas lega.
Karena capek, aku pamit tidur pada Desi.
Bener-bener capek...
Dan benar saja, tak lama berselang aku langsung tertidur.
Aku terbangun saat merasakan hembusan angib dingin menerpa tubuhku.
Aku kaget saat mendapati diriku tidur di bawah sebatang pohon.
Aku melihat sekeliling... Kok seperti pernah melihat tempat ini?
Ah..iya.. Aku ada di hutan sebelah Selatan tanah perdikan Manyaran.
Tapi kenapa aku bisa ada di sini?"
arinu dan 65 lainnya memberi reputasi
66
Tutup