Kitab itu sudah dihancurkan oleh Salma dengan ilmu kesaktiannya. Semua orang yang masih berada disitu membelalakkan mata, mereka sangat menyayangkan kejadian itu, termasuk pakde juga, dia tampak kecewa sekali sampe cuma bisa berdiri mematung nggak berbuat apa-apa.

    Pertempuran Ratu Peri dan makhluk bertanduk itu udah berakhir dengan hasil yang mengerikan, sosok bertanduk itu hancur dicacah-cacah puluhan peri yang sepertinya menyimpan dendam. Selesai dengan pencacahan yang mengerikan itu, mereka berkumpul mengelilingi ratu mereka. Dan sang ratu peri malah melayang ke arahku, kini dia berdiri sejauh tiga meter di depanku. Salma dan Amrita segera mendekat di samping kiri kananku, mereka bersiaga penuh untuk menjagaku.

     Sang ratu peri tersenyum sangat manis, dari jarak dekat gini baru bisa kulihat kalo dia memang benar-benar cantik luar biasa, ditambah pakaiannya yang bikin mata nggak mau berkedip, tanpa sadar aku menelan ludah.  

    Tapi aku merasakan kalo dibalik senyumnya itu terpancar suatu ajian semacam ilmu pengasihan tingkat tinggi. Untunglah aku telah melambari diri dengan ilmunya Amrita. Salma dan Amrita menatapku dengan cemberut karena mereka tau kalo aku sempat menelan ludah.



     Salma mundur kembali ke sampingku, tapi tangannya telah siap menghantam. Kini ratu peri berdiri tepat di depanku, baru aku sadar kalo sosoknya tinggi banget, tinggiku aja cuma sampai di pundaknya. Dia menunduk untuk berbisik di telingaku. Aroma sangat harum tercium dari tubuhnya, dan mataku seakan silau oleh dua gundukan indah membusung yang berada tepat di depan wajahku.



     Ratu peri menundukkan kepala ke arah kami. Dan kamipun membalas dengan mengangguk. Ratu Peri berbalik dan melangkah pergi, diikuti puluhan anak buahnya. Dalam sekejap mereka telah menghilang, tapi aku tau mereka bersemayam di bukit batu kecil itu. Aku berbalik melihat Salma dan Amrita, wajah mereka masih cemberut.



      Salma tersenyum sangat manis, sepertinya dia emang bener-bener seneng banget, cuma memanggil nama aja udah bikin dia seneng gitu, dasar akunya aja yang nggak menyadarinya selama ini.   Ternyata emang aku kurang memperhatikan Salma dan Amrita.

     Kudekati pakde yang masih aja berwajah kecewa. Kutepuk-tepuk punggungnya buat menghibur. Aku nggak bisa mengatakan sekarang soal kitab itu karena masih ada banyak orang, jadi mungkin ntar dalam perjalanan pulang aja.



     Dia mulai melangkah meninggalkan tempat itu, dan kuikuti langkahnya pakde. Kembali kami menyusuri jalan setapak di tengah hutan itu. Saat kami sampai di hutan jati, tau-tau Salma mendahului dan menyuruh kami berhenti. Amrita berada di sebelahku dengan waspada. Salma menunjuk ke pohon-pohon jati di kanan jalan, jauh di depan kami. 

     Baru kurasakan setidaknya ada 4 aura manusia bersembunyi dibalik pohon-pohon jati itu. Pakde menyorotkan senternya ke arah situ, dan terpantullah suatu benda panjang tipis dan berkilat-kilat. Aku langsung tau kalo benda itu adalah pedang samurai, dan mereka bermaksud jahat dengan menghadang kami disini

    Merasa sudah ketahuan, mereka berempat pun muncul dari balik pohon-pohon jati itu. Orang terdepan berbadan kurus kerempeng dan tiga orang lainnya berperawakan biasa, tiga orang itu membawa senjata berupa dua bilah samurai panjang dan sebilah celurit yang kesemuanya berkilat-kilat ditimpa cahaya senter. Usia rata-rata mereka diatas 40 an. Dilihat dari auranya, mereka adalah orang awam yang nggak memiliki kemampuan. 



     Tiga orang yang membawa senjata itupun maju sambil memutar-mutar senjatanya. Mendadak aja di tangan Salma sudah ada kitab yang diperebutkan itu. Aku dan pakde sempat keheranan, tapi Salma malah menyerahkannya padaku. Dan begitu berada di tanganku, kitab itu berubah jadi wujud nyata! Salma cuma memandangku tanpa berkata apa-apa, tapi aku langsung tau maksudnya, dia pasti punya suatu rencana, dan aku percaya aja pada rencananya itu.



     Aku melihat ke Salma dan diapun mengangguk, aku yakin dia punya rencana, dan aku percaya dengan rencananya itu. Maka dengan sedikit tenaga dalam, kulemparkan kitab itu ke arah muka si kurus. Tangan si kurus udah terangkat untuk meraihnya, tapi begitu kitab itu tepat berada di depannya, mendadak aja wujudnya berubah jadi belasan kelelawar yang terbang meluruk ke muka si kurus!

    Dia kaget setengah mati dan reflek menundukkan badan. Tapi belasan kelelawar itu berbalik dan menyerang mukanya lagi. Tiga orang yang membawa senjata pun tak luput dari serangan belasan kelelawar itu. Kini mereka jadi sibuk sendiri, membabatkan senjata kesana kemari dan berusaha memukul belasan kelelawar itu, tapi semua serangan itu nggak ada yang kena.

     Aku dan pakde cuma bengong penuh keheranan. Inikah salah satu ilmu barunya Salma? Menciptakan ilusi yang tampak seolah benar-benar nyata? Baru kali ini aku melihat ilmunya Salma itu. Tapi kemudian kami dikejutkan oleh teriakan-teriakan keempat orang itu. Pakde menyorotkan lampu senternya pada mereka.

     Dan bisa kulihat kalo muka mereka baret-baret terluka dan mengeluarkan darah! Luka akibat cakar dari belasan kelelawar itu! Kembali kami tertegun, kelelawar itu cuma ilusi, tapi kenapa bisa menimbulkan luka yang nyata?! Semakin memikirkannya, semakin terasa sakit kepalaku, benar-benar suatu ilmu aneh yang luar biasa!

     Mendadak Amrita melesat sangat tinggi ke udara, lalu dia meluruk turun dengan deras ke arah keempat orang itu, dan sebelum Amrita sampai, wujudnya telah berubah jadi ular sanca sebesar batang kelapa! Jerit keterkejutan dan ketakutan terdengar bersahut-sahutan.

    Bagaimana tidak?! Mereka yang lagi sibuk menghalau belasan kelelawar itu tiba-tiba saja kejatuhan ular sanca sebesar batang kelapa! Si kurus menjerit keras dan berusaha melarikan diri, tapi ekor ular jelmaan Amrita itu telah membelit tubuhnya. 

     Sementara ketiga temannya langsung mengalihkan serangan pada ular raksasa itu, tapi senjata biasa mana mampu menggores kulit ular jelmaan Amrita itu. Tak lama kemudian tubuh merekapun tenggelam dalam lilitan ular itu, senjata-senjata mereka terlepas dari tangan, dan kini mereka cuma bisa menjerit-jerit histeris karena rasa takut yang teramat sangat. Pakde mendatangi si kurus yang gemetar ketakutan di dalam belitan ekor ular itu. Lalu pakde menarik kerah baju si kurus dan mulai bicara dengan pelan tapi sangat tegas.



    Pakde melepaskan cengkeramannya pada krah baju si kerempeng. Ular jelmaan Amrita pun melonggarkan belitannya pada keempat orang itu. Mereka jatuh terpuruk di tanah, dan begitu mereka sadar telah bebas dari belitan, seperti dikomando, mereka langsung lari tunggang langgang ke segala arah sambil berteriak-teriak seperti orang gila.

     Amrita merubah wujudnya kembali, dan dia tertawa cekikikan sangat keras, dan ditimpali pula oleh tawanya Salma. Hutan jati yang tadinya sangat sepi itu kini jadi ramai oleh suara dua tawa cekikikan khas kunti yang menggidikkan, jika ada orang yang bisa mendengarnya, pasti akan langsung auto pingsan.



    Dari awal aku udah menduga kalo kejadian kayak gini bakal terjadi lagi, sama kayak om Helmi temennya pakde dulu itu. Entah kenapa temennya pakde kok kayak gitu semua, mungkin karena mereka berasal dari 'dunia bawah tanah', tempatnya segala ilmu hitam.


Lanjut bawah gan sist....