Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

dinilisdiantiAvatar border
TS
dinilisdianti
SKANDAL


"Tuan, saya janji akan membayar semuanya. Mohon jangan usir kami dari sini. Saya dan istri mau tidur di mana?" Suara Pria berumur 35 tahun itu terdengar memohon. Sementara pria berjambang, dengan jas hitam melekat di badannya hanya menatap lurus ke depan.

Alex hanya bergeming, raut wajahnya tampak datar menanggapi tangisan seorang suami yang berusaha mempertahankan rumahnya. Pria bernama Fras itu berlutut dan memeluk kaki sebelah kanan Alex.

Pria berumur 40 tahun itu menghela napas, dengan segera ia menendang Fras sampai ia tersungkur. Sang istri—Ivana—segera berlari dan mererai Fras dengan tangisan yang mulai mengencang.

"Tuan, kami janji akan membayar semuanya. Berikan kesempatan pada suami saya untuk mencari uang!" ucap Ivana dengan air mata yang sudah membasahi pipi merahnya.

Kini wajah cantik itu sudah terlihat lemah, rambut pirangnya pun terlihat sangat kusut. 

Alex melepas kaca mata hitamnya. "Saya sudah memberi kalian kesempatan berulang kali. Bukankah kalian tahu itu?" ucap Alex dengan nada yang sangat dingin.

Pasangan suami istri itu hanya bergeming, mereka tak sanggup menatap pria berbadan kekar di depan sana. Apalagi, di belakangnya terdapat 2 pria berjas hitam dengan pistol yang mereka genggam.

Ivanka berusaha mencari akal, agar pria yang sering dipanggil Tuan Alex itu memberinya kesempatan lagi. "Tuan, beri kami waktu 3 hari saja untuk menyelesaikan semuanya. Kami janji, Tuan!"

Alex menyunggingkan senyum sinisnya. Mata Elangnya menatap wajah Ivankan yang cantik. "Apa jaminannya?" tanya Alex dengan suara baritonnya.

"A-aku ...."

"Bawa saja istriku untuk membayar hutang ini, Tuan!" tegas Fras dengan satu tarikan napas.

"Fras! Apa maksudmu!" teriak Ivana lantang.

Tuan Alex hanya bergeming, menyaksikan dua sejoli dihadapannya saling melempar kemarahan. Ia tidak menyangka, seorang suami yang harusnya menjaga istrinya, malah memberikannya untuk membayar hutang bekas judi.

"Hemm!" Alex berdehem, membuat suami istri di depan sana berhenti berdebat. "Baiklah kalo begitu. Ivana, kau harus ikut denganku dan menuruti semua yang aku mau!"

Mata Ivana membelalak, lantas ia kembali bersujud di kaki Alex. "Tuan, aku mohon jangan lakukan ini!"

"Aku ... melakukan ini? Kau tidak dengar ... suami sendiri yang menyerahkanmu untukku!" Suara berat itu membuat Ivana ketakutan.

"Ta ... tapi!"

Fras berdiri seketika, ia meraih tangan istrinya dan menariknya dengan kasar agar bisa berdiri. "Sebentar Tuan, saya perlu bicara dengan istri saya!"

Alex membiarkan keduanya pergi. Ia hanya menatap Fras dengan senyum kemenangan. "Bajingan!" bisiknya sembari menggeleng pelan.

Sementara itu, Ivana meronta karena pergelangan tangannya sakit saat dicengkeram oleh sang suami. "Lepaskan aku Fras!" mohon wanita berumur 28 tahun itu.

"Ivana, kau harus ikut dengan Tuan Alex, kalau tidak ... aku akan membunuhmu!"

"Kau gila, Fras. Bagaimana bisa kamu menjual aku pada pria lain?" Suara wanita beriris mata cokelat itu sudah terdengar serak.

Fras mulai kesal, ia mengacak rambutnya frustrasi. "Ini hanya sementara Ivana. Sampai aku melunasi hutang ini pada Tuan Alex. Aku mohon!"

Bahu Ivana terguncang, lantas ia melirik pria berjas yang tengah menunggu jawaban di depan sana.

"Ayok cepat, jangan banyak berpikir!" Lagi. Fras meraih tangan Ivana dengan kasar ke hadapan Tuan Alex.

"Tuan, istri saya sudah bersedia ikut denganmu. Saya akan menjemputnya, saat saya sudah bisa membayar hutang pada Anda!"

Tuan Alex hanya tersenyum, lantas ia mengangguk dan menatap wajah putih Ivana dengan tatapan dingin.

****

Ivana menatap rumah mewah dengan dinding berwarna putih. Perpaduan putih dan gold, membuat rumah itu bak istana di negeri dongeng.

Sementara para pelayan berseragam menyambut kedatangan Tuan Alex dengan penuh rasa hormat.

"Masuk, Ivana!" perintah pria berbadan atletis itu, membuat wajah Ivana yang semula takjub menatap rumah tersebut, menjadi menunduk seketika.

"Ikut aku!" perintahnya dengan suara berat.

Wanita berdagu lancip itu hanya mengangguk pasrah. Ia mengikuti Alex masuk ke sebuah kamar. Kamar yang begitu mewah dengan nuansa gold dan fasilitas yang lengkap.

"Kau akan tidur di sini, dan kau akan menjadi istriku!"

Mata Ivana membelalak. Ia merasa tidak percaya jika Alex bisa mengatakan itu, terlebih ... Alex tahu bahwa dirinya mempunyai suami.

"Alex, kau sedang apa di sini?" Suara seorang wanita membuatnya terperanjat.

Alex menoleh ke arah wanita cantik dengan gaun merah selutut yang sudah berdiri di sampingnya dan bergelayut manja padanya. "Kenalkan, dia Ivana, calon istriku," jelas Alex dengan satu tarikan napas.

Wanita bernama Shela itu terperanjat, lalu melepaskan tangannya. "Maksud kamu apa? Kamu tidak pernah bilang padaku mau menikah lagi, Alex. Aku masih istri sahmu!"

Ivana menutup mulutnya seketika. 'Bagaimana bisa? Apa maksudnya Tuan Alex melakukan ini?' ucap Ivana dalam hati.


Part 2
Part 3
Diubah oleh dinilisdianti 16-04-2020 10:47
NadarNadz
nona212
mmuji1575
mmuji1575 dan 21 lainnya memberi reputasi
22
2.2K
35
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
dinilisdiantiAvatar border
TS
dinilisdianti
#5
Part 2
Malam terasa semakin sunyi, Ivana menatap jendela yang terbuka lebar. Rumah itu besar, kamar mewah, tapi ia merasa berada dalam kegelapan.

Wanita bermata indah itu menghampiri jendela, merasakan dinginnya angin malam yang menerpa permukaan wajahnya. Ia tersenyum simpul, saat pemandangan kamar itu mengarah ke kolam renang yang cukup besar.

Semantara di bawah sana, Tuan Alex memperhatikan Ivana. Wanita itu tak menyadari, karena kelopak mata tengah tertutup—fokus pada desiran angin yang meniupkan kesunyian.

Tuan Alex masih dengan pandangannya. "Semoga wanita itu betah berada di sini!" ucapnya menyunggingkan senyum.

Ia menyimpan gelas berisi anggur yang sedari tadi dipegangnya, lantas berjalan untuk menghampiri kamar Ivana. Namun, baru sampai ruang tamu, suara seseorang membuatnya menghentikan langkah.

"Alex ... mau ke mana? Menghampiri calon istrimu itu? Cih ...," ucap Shela dengan nada sinis.

Pria yang memakai kaos hitam ketat itu hanya bergeming dengan sorot mata yang tajam. "Bukan urusanmu, Shela!"

"Tunggu, Alex!" Wanita bermata sipit itu menarik tangan Tuan Alex dengan spontans. "Alex, kamu serius dengan ucapanmu untuk menikahi dia? Bagaimana dengan aku?" ujarnya seraya memohon.

"Kamu bukan istriku," ucap Alex dengan nada yang lugas, membuat wanita itu menggeleng pelan.

Shela menatap sang suami dengan wajah sedih. "Kita suami istri yang sah. Jangan lupakan itu!"

Tuan Alex menepis tangan Shela dengan kasar. "Kita hanya dijodohkan. Bahkan aku belum pernah menyuntuhmu sedikit saja, Shela! Jangan pernah melupakan takdir itu!"

Shela menunduk, ia tidak bisa membalas ucapan suaminya. Pada kenyataannya, pernikahan mereka hanya didasari rekan kerja antara orangtua, bukan pernikahan normal seperti biasanya.

"Alex, setidaknya kamu hargai ikatan suci ini!" seru Shela dengan nada memelas.

"Menghargai? Kamu lupa sejarah mengapa aku semakin hari, semakin membencimu? Sekarang lepas tanganmu!" perintah Tuan Alex masih dengan suara yang pelan.

"Ta-tapi ...."

"Lepaskan!" teriaknya, membuat tangan Shela spontans terlepas dan wajahnya ikut menunduk.

Tanpa berucap lagi, pria yang selalu tampil maskulin itu meninggalkan sang istri yang sudah tertunduk lesu dengan perasaan kecewa.

Tuan Alex bersikap tak acuh, baginya Shela hanya tamu yang menginap dengan jangka waktu yang belum bisa ditentukan.

Kini, sang Tuan rumah sudah berada di depan pintu kamar Ivana. Tak perlu mengetuk, karena kamar itu tidak ditutup oleh pemiliknya. Tuan Alex bergeming, menatap punggung Ivana yang masih terdiam di depan jendela.

"Ivana ...."

Panggilan bariton itu berhasil membuat Ivana menoleh seketika. "Tu ... Tuan. Maaf, saya tidak tahu ada Anda di belakang."

"Iya. Saya hanya ingin memastikan tawaran tadi, kapan kamu siap melaksanakan pernikahan?"

Ivana hanya terdiam, tubuhnya gemetar. Dia merasa bingung harus menjawab apa. Di lubuk hati yang dalam, ia ingin sekali menjawab 'tidak', karena kini statusnya adalah istri pria lain. Namun, lidahnya seolah kelu untuk berkata demikian.

"Ma-maaf Tuan, tapi saya—"

"Sudah punya suami? Saya tahu kamu akan menjawab itu," pungkas Tuan Alex menyudahi kalimat Ivana.

Wanita berambut pirang itu tak berani menatap wajah tegas dari Tuan Alex, ia terlalu takut, mengingat pria itu seorang yang bisa mendapatkan segalanya—meski nyawa sekali pun.

"Saya akan mengurus surat perceraianmu dengan Fras!" tegas Tuan Alex, membuat wanita berbibir mungil itu menoleh kaget.

Ia sudah bisa menduga, bahwa Tuannya bisa melakukan apa saja dengan semena-mena selama uang berbicara.

"Tapi, Tuan. Sa—"

"Kamu tidak usah pedulikan Fras, saya akan bayar dia, berapa pun yang dia mau, dan urusan kamu bersama dia selesai!"

Dahi Ivana mengernyit. Ada amarah yang bergejolak saat pria di hadapannya berkata seperti itu. Tangannya mengepal sempurna, sampai ....

Plak!

Sebuah tamparan mendarat dengan singkat di pipi Tuan Alex. Pria itu hanya memegangi gumpalan daging yang terasa perih.

"Anda melecehkan saya, Tuan! Itu artinya Anda membeli saya. Anda bisa membawa saya ke rumah ini, tapi tidak dengan harga diri saya sebagai perempuan!" tegas Ivana dengan telunjuk yang mengarah pada Tuan Alex dengan sempurna.

Pria itu hanya terkekeh pelan. Baru kali ini ada orang yang berani menamparnya, bahkan ia mengklaim jika tak ada seorang pun yang bisa melanggar perintahnya.

Tuan Alex masih memegangi pipinya, mata elangnya kini mengarah pada wanita yang terlihat salah tingkah. Ivana bergegas melangkah untuk menghindari Tuan Alex, tapi terlambat, pria itu dengan sigan meraih tangan Ivana dengan kasar.

"Jangan pernah menolak, atau suamimu akan mati!" tegasnya tanpa menoleh sedikit pun pada wanita yang berusaha melepas pergelangan tangannya.

"Sa-sakit, Tuan!" Ivana merengek, masih dengan upaya melepaskan cengkeraman itu.

Tuan Alex menghela napas, ia menepis tangan itu dan menunduk perlahan. "Turuti mauku, atau kamu akan menyesal." Kali ini suaranya terdengar pelan—tanpa penekanan.

Setelah melihat Ivana menangis, Tuan Alex meninggalkan wanita itu. Ia tidak perduli, yang ia inginkan hanya bisa memiliki wanita itu ... sepenuhnya.

****

Kicau burung begitu merdu, daun dan bunga bergoyang mengikuti irama kupu-kupu. Mentari tak malu menampakan seberkas cahaya indahnya. Sementara itu, Ivana masih terlelap dalam mimpinya.

Sang pelayan, dengan seragam putih hitamnya melangkah masuk ke kamar bernuansa gold itu. Dibukanya tirani, memberi kesempatan pada matahari pagi. Wanita yang tengah berbaring itu mengerjap pelan.

"Selamat pagi, Nyoya! Anda sudah bangun?" ucapnya dengan sangat sopan.

Ivana masih berusaha mengumpulkan nyawa, lantas ia bergegas merubah posisi berbaringnya menjadi duduk. "Ya ampun, aku kesiangan!"

Sang pelayan hanya tersenyum, lalu memberikan sesuatu yang ia pegang sedari tadi. "Tuan menyuruh saya memberikan ini pada Nyonya."

Dengan sigap wanita berkulit putih itu mengambil sebuah kotak berwarna hitam dengan pita merah kecil di sisinya. Dipandanginya sekilas, lalu membukanya dengan sangat hati-hati. "Baju?"

Sebuah drees selutut dengan nuansa bunga dan manik-manik bunga di bagian leher. Tampak indah.

"Mohon dipakai Nyonya, kalau tidak Tuan akan memecat saya."

Seperti tahu isi hati Ivana, pelayan itu berkata iba. Ivana hanya tersenyum kecil, lalu mengguk pelan. Akhirnya senyum itu dibalas  segaris tanda di bibir dengan perasaan lega.

Waktu kian bergulir, wanita itu sudah memakai pakaian seperti yang diperintahkan oleh Tuan Alex. Pakaiannya begitu pas, melekat ditubuh putih dan ramping.

Ivana yang merasa bosan, lantas berjalan ke taman belakang, lalu duduk di sebuah ayunan yang menghadap ke kolam ikan. Lamunannya berputar, merasa tak percaya berada di situasi seperti ini. Namun, ia merasa bingung dengan perlakuan Tuan Alex. Awalnya, ia berpikir akan dijadikan tahanan, tapi ternyata malah diperlakukan spesial.

Wanita berhidung bangir itu menghela napas, lantas menoleh ke arah kiri taman. Dahinya mengernyit, saat melihat sang pelayan sedang menyiapi wanita paruh baya di kursi roda, tapi ditolak berkali-kali.

Ivana berdiri dari ayunan, lantas menghampiri kedua orang yang tengah bercengkrama itu, tepatnya sang pelayan yang terkena makian.

Ivana melirik sang pelayan yang tertunduk lesu. "Ibu tidak mau makan, Nyonya," ucapnya terdengar parau.

Wanita itu langsung berjongkok, menyeimbangi sosok ibu yang tengah menangis di kursi roda. "Ibu, perkenalkan, saya Ivana," katanya dengan suara yang lembut.

Sang ibu menoleh, ia menatap sorot mata Ivana, mengusap wajahnya pelan dengan tangan gemetar. "Bi-bianca ... anakku!" Ditariknya tangan Ivana agar jatuh kepelukannya. Tangis itu begitu memilukan. Ivana tak berani menolak, ia membalas pelukan sang ibu dengan hati bertanya-tanya.

Bianca, siapa? batin Ivana bertanya.
Diubah oleh dinilisdianti 15-04-2020 13:04
Inyiakbalanggg
mmuji1575
mmuji1575 dan Inyiakbalanggg memberi reputasi
2
Tutup