Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mahadev4Avatar border
TS
mahadev4
TEROR HANTU DEWI
Cerita ini adalah murni fiksi dan imajinasi saya semata, ini adalah Cerita Horor pertama yang saya buat, maka jika banyak kekurangan disana sini saya mohon maaf dan sangat berharap kritik dan sarannya. Dan Kisah ini saya persembahkan Untuk Novia Evadewi, yang novel horornya sederhana namun begitu mencekam nuansa horornya.

Cerita ini saya beri judul "Teror Hantu Dewi", selamat membaca.

=====================================


Daftar Lengkap serinya :


Prolog

Part 1 Malam Jahanam

Part 2 Penantian Mencekam

Part 3 Geger Mayat Dewi

Part 4 Penguburan Mayat Dewi

Part 5 Teror di Tumah Tua

Part 6 Teror yang Berlanjut

Part 7 Pembalasan Dewi

Part 8 A Hantu Dewi Meneror Lagi

Part 8 B Hantu Dewi Meneror Lagi

Part 9 A Geger di Makam Dewi

Part 9 B Geger di Makam Dewi

Part 9 C Geger di Makam Dewi

Part 9 D Geger di Makam Dewi

Part 10 Menguak Tirai Gelap

Part 11 Keris Kiayi Pancasona

Part 12 Pertarungan Terakhir (Tamat)

=============================

TEROR HANTU DEWI
Diubah oleh mahadev4 31-05-2022 10:52
hernawan911
Hedon.is
redrices
redrices dan 37 lainnya memberi reputasi
34
26.5K
192
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
mahadev4Avatar border
TS
mahadev4
#153
TEROR HANTU DEWI - Part 12 (Tamat)
Pertarungan Terakhir
by Deva


TEROR HANTU DEWI


Tujuh hari sudah sejak ditemukannya mayat Dewi Anggraini oleh Badri dan Barjo, kejadian demi kejadian mengerikan di Desa Medasari semakin hari semakin menjadi. Dan terakhir saat di temukan dua mayat di area pemakaman, nuansa kengeriannya masih bisa di rasakan

Sejak pagi hingga menjelang sore hari sedikit sekali masyarakat yang keluar rumah untuk beraktivitas, sampai memasuki malam suasana semakin mencekam, malam itu yang sedianya menjadi malam tahlil ke tujuh Almarhumah Dewi, yang biasanya dihadiri puluhan warga, kini hanya berkisar belasan saja yang datang, termasuk Prasetyo, Rusdi dan Bagus yang memang dari Bakda Maghrib sudah berada di kediaman Bapak Purnomo.

Acara Tahlil malam itu yang mana biasanya di pimpin oleh Ustadz Mukhlis, kali ini Prasetyo yang menggantikan, karena Ustadz Mukhlis bertugas memimpin tahlilan malam pertama di rumah keluarga Pak Hendarto, yang waktunya juga berbarengan dengan Tahlilan malam ke tujuh di rumah Pak Purnomo, waktunya sama-sama bakda isya.

Acara tahlil malam itu berlangsung lancar, usai doa di adakan ceramah agama yang disampaikan oleh Rusdi Afriyanto. Sekitar pukul 10 acara tahlilan pun usai.

"Dewo, kami pamit ya, ngomong-ngomong Bapakmu kemana?” tanya Prasetyo, yang saat itu sudah berdiri bersama Bagus dan Rusdi bersiap untuk pulang.

"Bapak sedang ke Desa sebelah, ada urusan penting katanya, sejak siang tadi," kata Sadewo.

"Nggak ngopi-ngopi dulu Mas Pras, tanya Devi.

"Nggak, Vi, makasih. Kami langsung saja."

Ketiga pemuda itu lantas berjalan menuju rumah Prasetyo. Belum jauh mereka berjalan menjauh dari rumah keluarga Pak Purnomo, tiba tiba mereka melihat seseorang berlari di depan mereka menuju area persawahan.

"Lho itu kan Agung, ngapain malam-malam begini berlari ke area sawah? kencang betul larinya, seperti sedang di kejar setan saja," kata Prasetyo.

"Memang, Pras, dia sedang di kejar Setan, dugaanku tak meleset, anak itu ternyata salah satu yang juga terlibat pembunuhan Dewi," kata Bagus.

"Apa?!" tanya Rusdi dan Prasetyo dengan berteriak penuh ekspresi terkejut.

"Kagetnya tunda dulu, ayo kita susul dia sebelum terlambat." Usai berkata Bagus langsung berlari ke area pesawahan mengejar Agung. Rusdi dan Prasetyo menyusul di belakang.

Sesampainya di pesawahan, mereka bertiga melihat Agung yang sudah terduduk di tanah itu tengah menghiba-hiba memohon ampun pada sosok bergaun putih yang melayang di hadapannya.

“Hai Kuntilanak, hentikan perbuatan teror kejimu di Desa ini, sudah banyak yang menjadi korbanmu," teriak Bagus pada sosok itu, sosok itu berbalik menatap Bagus dengan kedua matanya yang bolong mengerikan itu.

"Bocah bau kencur, jangan campuri urusanku, keparat ini harus mati untuk menebus dosa-dosanya."

"Maafkan saja anak itu, kan sudah minta maaf," kata Bagus, ia bersiap menghadapi Kuntilanak itu.

"Lancang mulutmu, orang asing!"

Sosok Hantu itu dengan cepat berbalik dan menyerang Bagus, Bagus yang memang sudah siap dengan serangan mendadak itu mampu mengelakkannya, dan pertarungan sengit tak bisa di hindari, keributan di Pesawahan itu telah membuat beberapa warga yang ada disekitarnya keluar untuk melihat, dan mereka menyaksikan pertarungan Bagus dengan Kuntilanak itu dengan pandangan ngeri, hingga bagus terdesak dan terpental jatuh.

Pada saat detik-detik yang mencekam itu, Bagus mengeluarkan sesuatu dari balik bajunya, tak lain adalah Kris kiayi Seratjiwo, sebilah Keris yang awalnya juga di gunakan oleh Almarhum Kang Sukir saat bertarung dengan Hantu itu.

Segalanya berlangsung begitu cepat, Keris itu sudah menancap di jantung Sang Kuntilanak yang menjerit keras, menahankan rasa sakit yang bukan buatan.

"Dewi!!" teriak Prasetyo.

"Dia bukan Dewi, Pras, lihat itu… ." tunjuk Bagus.

Bayangan tubuh Hantu Dewi seperti terbelah, satu sosok lain keluar dari tubuhnya, tetapi sosok itu yang tidak lain adalah Kuntilanak tua yang selama ini mengendalikan sosok Dewi itu perlahan berubah menjadi kepulan asap putih, membumbung ke udara dan akhirnya sirna tanpa bekas.

"Keparat, berani sekali kamu menggagalkan semua rencanaku!" tahu-tahu muncul Pak Purnomo diantara kerumunan orang yang sedang berdiri disana, beberapa petugas Polisi yang memang bertugas hari itu di Kantor Desa Medasari juga ada.

"Pak purnomo?" Bagus kaget, Rusdi pun ikutan kaget. Yang paling tak menyangka akan kehadiran Pak Purnomo itu adalah Prasetyo.

"Ya, akulah yang melihara Kuntilanak itu, tapi gara-gara kamu sekarang semua rencanaku berantakan, kamu harus menanggungnya." Pak Purnomo lantas menghunus sebilah Parang dan bersiap menyerang Bagus.

"Hentikan, Pak Purnomo, atau Kami tembak!" dua orang petugas Polisi mengarahkan pistolnya pada Pak Purnomo, namun Pak Purnomo hanya menyeringai dengan senyum mengejek.

Pak purnomo meneruskan serangannya, dan dua buah timah panas Polisi melesat kearahnya.

Namun yang saat itu membuat heran orang–orang yang berada disana adalah tubuh Pak Purnomo sama sekali tak mengalami luka, hanya sedikit terhuyung, dan dengan gesit Pak Purnomo berbalik arah kepada dua Polisi itu, dalam dua kali tebasan, sabetan parangnya berhasih merobek perut dua orang Polisi yang langsung ambruk dan mati.

"Gila.. sulit di percaya. Pak Purnomo setangkas itu dan punya Ilmu kebal," kata Prasetyo.

"Bukan kebal, Pras, kurasa dia punya Ilmu Rawarontek," jawab Rusdi.

"Kalian salah.." Bagus menimpali memasukkan Keris Kiayi Seratjiwo dan mengeluarkan Keris lain, yaitu Keris Kiayi Pancasona. "Dia justru memiliki Ilmu Pancasona dan hanya bisa di tandingi dengan Keris ini."

Baru saja Bagus menyelesaikan kata-katanya, serangan ganas Pak Purnomo dengan parang tajamnya sudah bertubi-tubi membabat ke arah Bagus, kali ini Bagus tak butuh waktu lama meladeninya, berbekal Silat Patigaman yang dimilikinya sekali gebrak parang ditangan Pak Purnomo terpental, dan tajamnya Keris kiyai Pancasona itu berkilat-kilat menggores kedua tangan dan kaki Pak Purnomo, Pak Purnomo langsung jatuh terduduk.

"Bapakkk!!" tahu-tahu terdengar suara Sadewo dan Devi yang berlari menghampiri tubuh Bapaknya yang sudah terduduk lemah itu, sebuah asap tipis keluar dari mulutnya dan menghilang di udara.

“Ilmu Pancasona yang dimilikinya sudah lepas," kata Bagus pada dua temannya.

"Bagus, apa yang kamu lakukan pada bapakku?!" teriak Sadewo, tapi tangan Pak Purnomo menahan Sadewo yang tampak marah dan ingin menyerang Bagus.

"Bapakmu ini le yang salah, Bapaklah yang telah membangkitkan kembali Dewi dari kuburnya, dan Bapak juga yang membuat Dewi membunuh orang-orang yang telah membunuhnya dengan bantuan Kuntilanak peliharaan Bapak.”

Lalu tubuh Pak Purnomo jatuh tersungkur di tanah.

"Bapaaak!!" teriak Dewo dan Devi.

"Bapakmu hanya pingsan, tidak mati, Dewo," kata Bagus, ia menyarungkan kembali Keris Kiyai Pancasona itu dan menyisipkan kembali di pinggangnya

Sosok Hantu Dewi mendekati Devi, “Adikku, untuk yang terakhir kalinya, aku ingin mengatakan padamu, bahwa Mas Sadewo, juga Bapak dan Ibu tak pernah membedakan kasih sayangnya antara kamu dan aku, walaupun kamu bukanlah anak kandung Bapak dan Ibu, kasih sayang mereka padamu dan pada mbakyu sama, maka buang jauh-jauh prasangka burukmu selama ini.. mbakyu sangat mencintaimu, Devi."

Devi pun terisak dalam tangisan penyesalan, karena selama ini ia telah salah menduga, maka pantas saja malam itu Dewi mendatanginya, jauh dalam hati Devi memang menyimpan dendam pada Dewi yang selama ini difikirnya lebih disayangi Bapak, Ibu dan Sadewo, dan hampir saja malam itu Kuntilanak tua nyaris membunuhnya, kalau saja ia tak berteriak dan Sadewo datang ke kamarnya, karena Kuntilanak tua itu dapat merasakan aroma orang-orang yang memendam dendam pada sosok Dewi yang dikuasaainya saat itu.

Kemudian datanglah dua orang lelaki di tengah-tengah mereka, dua orang itu adalah Ustadz mukhlis dan Pak Hendarto.

Dewi, maafkanlah anakku ini, bukankah ia sudah mengakui kesalahannya….” Pak Hendarto memelas memintakan maaf untuk anaknya pada sosok Hantu Dewi.

Hantu Dewi menitikkan airmata, ia mengangguk.

Pak Hendarto merasa lega dan segera mendekati dan merangkul anaknya yang saat itu terduduk dengan tubuh menggigil menahan ketakutan yang luar biasa.

“Dewi, kini kamu sudah lepas dari pengaruh Jin jahat berupa Kuntilanak tua itu, dan orang-orang yang bersalah padamu telah mendapatkan balasan setimpal. Kini kembalilah ke alammu dengan tenang," kata Ustadz Mukhlis, ia mengangkat tangannya dan berdoa, perlahan sosok Hantu Dewi menghilang dari pandangan semua orang.

"Alhamdulillaah, akhirnya semua masalah yang menimpa di Desa kita akhir-akhir ini sudah berakhir, Bapak-bapak, Ibu-ibu dan Saudara-saudara sekalian silahkan kembali ke rumah masing-masing, mulai besok mulailah kembali beraktivitas seperti biasa, saya bisa pastikan takkan lagi ada Hantu Dewi yang meneror siapapun sesudah malam ini."

Semua yang hadir akhirnya pulang kerumah masing-masing.

"Terima kasih, Mas Bagus, berkat bantuan Mas Bagus sekarang Desa ini sudah aman kembali," kata Ustadz Mukhlis.

"Ah.. Pak Ustadz Mukhlis bisa saja, ini juga berkat bantuan Njenengan loh, sekali lagi terima kasih untuk Keris Kiayi Pancasonanya.

Akhirnya semua pulang. Dan pesawahan itu kembali sepi.

=====

Keesokan harinya di temukan mayat Johan yang sudah membusuk di dalam rumah tua yang selama ini menjadi markas Ilung dan kawan-kawannya, diduga Johan menemui kematiannya pada malam ke enam kematian Dewi.

Sementara Pak Purnomo menjalani pengobatan, dan setelah sembuh ia harus mempertanggung jawabkan perbuatannya yang telah membuat dua orang anggota Polisi meninggal dunia.

Agung yang mengalami ketakutan berlebihan itu menjadi stres, jiwanya terganggu dan Pak Hendarto memutuskan untuk memasukkan Agung ke Rumah Sakit Jiwa.

====

Di depan warung makan Pak Harjo, berdiri Prasetyo, Rina adiknya, Pak Harno, Bagus dan Rusdi, mereka tengah menunggu angkot yang akan membawa Bagus, Prasetyo dan Rusdi ke Kota.

“Beneran Mas Pras mau ikut Mas Bagus dan Mas Rusdi ke Surabaya?".

"Iya, dik, Mas belum bisa untuk sekarang kalau harus berdiam di Desa ini, terlalu banyak kenangan indah Mas dengan Almarhumah Dewi, dan Mas ingin merantau keluar Lampung, menyembuhkan luka hati karena kehilangan dewi."

"Kalau memang tekadmu sudah bulat, Bapak ya gak bisa menghalangi, Pras, oh ya Nak Bagus dan Nak Rusdi, Bapak titip anak Bapak ya." kata Pak Harno.

"Nggih, Pak, akan kami jaga," jawab Bagus dan Rusdi berbarengan.

Sebuah angkot berhenti, Bagus, Prasetyo dan Rusdi menyalami dan mencium tangan Pak Harno, lalu angkot pun pergi membawa tiga orang sahabat itu.

=============

"Ampun, Dewi!!, jangan bunuh aku!!" teriak Agung, dan ia meronta-ronta saat para Suster memegangi tubuhnya dan menyuntikkan obat penenang.

Sementara di sudut jendela tampak sosok bergaun putih lusuh penuh noda tanah, wajahnya pucat, dan kedua matanya… bolong.

SELESAI

091219-251219
Diubah oleh mahadev4 01-02-2020 00:40
khuman
axxis2sixx
redrices
redrices dan 20 lainnya memberi reputasi
21
Tutup