senja jingga di ujung kota bermekaran sebelum azan riuh lampu kunang dan kuning bagai saksi sebuah kerinduan kakek tua sepanjang jalan menjajakan bukan jajan, penghias taman sebuah karya kerut wajah antara hirup dan udara pengemis diam hijau menyapa membasuh aspal berdoa lapang tangan meminta s
terubah (ter- + ubah). bentuk pasif dari mengubahkan; bentuk pasif dari mengubah; sudah diubah; dapat diubah. Verba. terubah (ter- + rubah
tidak ada jalan kembali menjadi peran tak teringin mencipta asa mati berkali kali sesal mengkhayal tanpa akal seperti jalan yang terjal gelap sunyi bercerita menapaki mimpi benci sesal gelap sunyi hanya kecewa hidup terubah menjadi batu gerimis menangis sepi jemari nya melambai pergi tanpa da...
hanya daun yang berbisik sesekali angin mengisi kabut masih bicara tentang rindu aku menjadi lumut keperkasaan berjatuhan, tak berdaya mencium tanah pasrah sisa harapan tanpa amarah menghiasi kulit penuh karat sela semak ku menjadi duri berdiskusi pada serangga tentang musim yang berganti tantang
aku tak pernah memiliki mu hanya waktu, yang tahu antara aku dan kamu pernah menjadi satu dalam dunia kita bercerita masa lalu kita bawa bawa tawa ceria bersenggama rajukmu ku kenang semua lama kita berbeda bertemu juga masih berbeda tiada ruang tiada hilang sementara selamanya
tak terlalu tergoda semua kan seperti biasa seperti aku dulu, saat aku pergi tanpa mu gelap hanya reka jalan lurus pun maya isi kepala bermekaran noda saat aku tanpa mu, tiada kaki menari tanpa pasti hanya menghitung hari mencari ujung kehidupan saat aku tanpa mu, ku kembali
senja di sudut suasana riuh dan percakapan sisa sisa terbawa irama deru azan menjemput malam, menjemput keraguan sepasang roda, sepsang kaki masih menuyusuri gelap tanpa pasti masih berjalan berpasangan tanpa tahu kemana palu, semen dan pasir berdesir berisik gaduh, mengusir kereta tua tanpa bara
aku harus bagaimana aku berusaha menerima masih saja berat terasa menerima kehilangan menjadi keikhlasan tak mudah, sebelumnya sering aku baca doa semoga baik baik saja namun hari ini, hari ahad pagi aku harus menerima dengan penuh tanda tanya mengapa? bantu aku Tuhan, mengapa ya Robb, perpisahan...
aku tak lagi punya mimpi setelah kau pergi semua pergi aku sendiri mimpi mimpi ku pergi kau bawa pergi tiada lagi selain aku disini tak perlu kau ajari bagaimana aku bermimpi mimpi mu sisakan tanya hanya tanya surat2 ku kau bawa pergi hati ku kau bawa bersama aku tiada apa apa berharap saja, aku
aku hanya ingin bercerita sore tak secerah pagi sore yang kelam aku bawa menuju malam yang hitam perjalanan yang sebentar ini terasa jauh aku ingin pulang, aku ingin pulang sedang aku hanya budak jalang yang rapuh dan takut jatuh
melupakan mu aku sekarang tak punya apa apa selain bayangan ku pelan pelan aku jauh tak jua pikun sudah ku putar berkali kali detik yang tertanam pada menit dan jam namun berbalik arah lagi aku tenggelam
capung yang terbang menjadi layang layang yang jauh menerpa bayu dalam usapan daun tebu ku temakan cinta yang sembunyi di balik duri ku takkan ku buka seperti kulit salak karena ini akan sakit, ini takkan baik biar semua tumbuh seperti lumut pada batu selalu ada meski musim hujan pergi akan sela
malam yang jauh hari ini aku lelah, boleh aku pinjam kedua tangan mu peluk dan usap kepala yang memutih ini semakin redup, hingga ku lelap dalam pangku malam yang rupawan ruang mu tak terdengar aku lelap dalam cerita sendiri cerita lanjutan tentang cahaya bulan tentang kekasih yang tak termiliki
pernah aku tulis surat cinta tanpa nama, untuk mu saja ku isi sedikit suara sukma ku sisipi puisi biasa aku tahu kau suka matematika sedang aku tak bisa membaca angka aku hanya bisa ber bait dan berlagu lalu aku tulis rindu hu huhu .. waktu menunjukan jam satu aku harus menutup buka meninggalkan
malam yang larut aku di kamu bukan aku menunggu embun pagi namun pagi selalu datang setelah petang sedang larutku masih ada meski mimpi mimpi telah pergi malam yang harum aku menjadi sekuntum melati di sisi jendela sebelah kiri tak terlihat nyata, semerbaku menyeru malam malam yang remang biar ak
bawa aku dekat dengan mu aku tak ingin jauh peluk aku dalam sepi jaga aku dalam sendiri aku tak ingin jauh aku tak ingin hilang aku ingin kamu selalu ada dalam gelap, dalam terang tetaplah di sisiku sentuh aku dengan rindu mu biar cinta tak kasat mata tapi akupercaya cinta mu itu nyata
pernah menjadi yang terindah seperti rintik dan embun saat pagi bergulir di balik ranting dan cermin sedang kau ada di sebelah waktu menjadi pemeran utama memaminkan kita sebagai mesin tak berdaya, tak mampu bertanya tanya kita menjadi malam dan peri saling melengkapi pernah ada, selalu ada tidak
aku sangat suka sejarah, sejarah seperti mengingat masa lalu, seperti membawa hari kemarin ke hari ini meski itu tidak mungkin. sejarah tidak hanya tentang cinta sepasang manusai seperti aku dan kamu, tapi sejarah itu juga tentang duka yang terobati ... lalu sembuh, lalu kambuh, lalu sembuh dan b...
memulai hal yang baik seperti mengkir di atas batu dengan kuku, rasanya sakit dan berat. selalu berpikir tentang apa yang didapat, hingga termanjakan suasana, terlena dalam pelukan waktu yang membuatku lupa akan tua. denting musim beriring menjadi daun yang gugur, gemeiricik dinding berbunyi suny...
turun dari singgana awan aku menunggu mu di atas sepeda ku coba kayu dengan tangan apalah daya kaki ku tak mau mata ku tertuju pada ujung kelopakmu seperti ujun daun di peluk embun sinar mu dalam mata masih sama hingga kita benar terpaksa tanpa sapa hati ku terbang menjadi merpati membelai gedung