Thanks agan sista pembaca sekalian, akhirnya selesai juga cerita panjang ini. Maaf menunggu terlalu lama karena memang sedang sibuk sibuknya ini dan saya masih bisa menyempatkan waktu untuk menyempurnakan karya yang panjang ini. Jangan lupa gan&sis untuk komen dan kasih cendol kalau suka. Saya
iii. Sejenak kemudian mataku pun terbuka, kali ini disuguhkan dengan bau kimia yang pekat yang kuingat, memanggil nostalgia itu kembali. “Apa gua di kamar mayat lagi?” Sekejap kemudian aku bisa merasakan semua rasa sakit yang teramat di tangan ku yang menggantung terbalut gulungan perban yang...
BAB XIV - Hanya ada Satu Jantung Petarung i. PIC 6 Awan hitam yang besar yang membatu; merayap dengan perlahan pun tiba tiba berhenti membawa kegaduhan dan kini membawa semburan angin terakhirnya. Sesaat itu juga kipasan yang berderu menerpa kami pakaian kami; mengembang dengan cepat layaknya seb
ii. “Lu mikirin apa Jay?” Langkah kakiku kemudian terhenti sejenak diikuti Dito yang memperhatikan sekelilingnya secara seksama. “Bukannya -” pikiranku pun terhenti; mata yang gelap tertutup dalam dalam berusaha menganyam benang benang yang tak beraturan. “Sebenarnya apa yang Brama cari...
BAB XIII - Paralaks i. Langkah keruh menyapu lantai yang penuh debu. Pasir keruh berwarna putih yang menyelimuti lantai tidak memberikan kami kemudahan untuk bernafas. Ditambah dari kejauhan langit yang gelap bergemuruh lautan yang ganas dengan atap atap pohon hijau di bawahnya, mengintai serta m
iii. Music 10 Kejutan serta hentakan terasa menggetarkan seluruh tubuhku, rasanya bagai terjatuh dari ketinggian; dengan mata yang terkejut kini pandanganku terpaku pada lantai dengan posisi vertikal di depan wajahku. Nafasku yang meniup pasir dengan tergesa gesa melepehkan semua butiran pasir y
ii. Music 9 Dalam gelap kini mataku kembali terbuka, meneliti sekelilingku yang sama gelapnya dengan waktu ‘itu’. Dalam hati terdalamku tidak ku pungkiri hal akan terjadi ini namun tidak bisa kupercaya dengan mudahnya aku akhirnya bisa kembali ke tempat ini. Dengan permukaan lantai hitam yang...
BAB XII - Kebangkitan i. Hawa panas yang sejak tadi mencekikku tidak bosan melakukan hal itu semenjak langkah pertamaku memasuki tempat ini. Rasa sunyi, sepi sekaligus tenang yang entah mengapa tidak memberikanku perasaan nyaman itu dan malah membuatku merinding. Namun dibalik itu semua aku bisa
ii. Kegelapan tidak berselang setelah cahaya yang samar samar menyinari kalungnya yang kini telah sedikit bergoyang seiring dengan bangkitnya tubuhnya. Kepalan yang menghantam lantai, memaksa dirinya untuk bangun dari tidur singkat yang telah diberikan padanya. Terdengar suara nafas berat tak terat
BAB XI - Singa dan Iblis i. Ketenangan mendiami tempat yang awalnya kukira akan menjadi sebuah lokasi pesta dengan benturan maupun retakan yang akan dibuat oleh tangan besar itu. Akan tetapi entah mengapa aku sendiri tidak begitu bisa percaya dengan apa yang kulihat saat itu juga. Saat langkah ka
“Memang bagus juga teknik menirunya, tapi kalo bukan gara gara itu baju pasti udah menang barusan,” ucap Ardi sambil memperhatikan lawannya yang mencoba berdiri kembali sambil mempertahankan senjata yang ia genggam. “Aku sendiri sejak awal kurang yakin tahu akan kelemahan kau, jadi jujur sa...
BAB X - Mandau i. Hentakan sepatu yang alot berusaha menekan bumi yang gelap dari bayang bayang bangunan pencakar langit dengan di ujung kukunya yang sudah gelap dan mulai mendung. Tembok beton yang masih abu abu serta debu yang bertaburan di udara menyapa kami dengan hawa dingin yang pengap. Ent...
ii. Suara dengungan dari telepon yang tiap detiknya datang; menghilang dan datang kembali, begitu terus menerus diiringi dengan bibirku yang tidak hentinya bergumam melantunkan doa serta dzikir. Rintitan hujan yang jatuh juga masih belum berhenti membelakangi kami dalam sunyinya malam. Semua lant...
BAB IX - Bunuh Diri i. Sebuah ide gila selalu ‘normal’ untuk muncul dari benak kepala seseorang yang sedang terpuruk atau dalam berada di ujung maut. Namun dengan menantang maut itu sendiri apakah masih bisa disebut sebagai sebuah ide. Dengan semua pengalaman serta pelajaran yang kami telah a...
ii. PIC 4 Tangan besar yang terlipat itu terus merenung dengan sepasang mata lusu yang sesekali mencuri pandang ke arah Ardi, dalam tertunduk terus melihat; mengamati dirinya yang dengan ajaib berdiri di hadapan kami. Sinar matahari teduh yang dipayungi oleh rindangnya pohon dalam sebuah suasana ...
BAB VII - Tidak Adil i. Tangan besar yang terlipat itu tidak hentinya mematung; meneduhkan kepala yang terus tertunduk di depan pintu yang lebar itu. Wajah putih pucat serta mata yang terpejam melukiskan akan pedihnya serta sesal atas keputusan yang ia telah buat. Aku tahu Dito berbuat salah da
ii. Tubuhku terjatuh ke depan, terlontar dan entah bagaimana tiba tiba punggungku malah terasa sedang membentur sebuah benda yang sangat empuk, sesuatu yang menyerap kejutan tubuhku yang terguncang karena perubahan posisi yang mendadak. Mataku terbuka lebar menatap silaunya cahaya lampu putih yang
BAB VII - Pilihan i. Rasa ketidaktahuan, penasaran serta kebingungan akan sesuatu yang jika ditanya pada diriku sudah pasti akan menjauhi hal tersebut namun disisi lain ada hal yang ingin merasakan hal itu. Sebuah rasa yang telah menjadi temanku sepanjang hidup selama ini, yang selalu menghantui
ii. Music 4 Ruang yang sunyi serta gelap gulita tiba tiba diramaikan dengan sambungan arus listrik yang menyala yang sekaligus menghidupkan seluruh lampu yang ada di ruangan. Mataku yang pedih terpejam cukup lama sambil menutupi cahaya lampu yang terang dengan kedua tanganku. “AWAS!” teriak A...
BAB VI - Penyesalan i. Music 3 PIC 2 & PIC 3 Garis garis kuning tebal yang berterbaran, tegang namun tetap melambung saat angin terhembus, dengan tinta tinta hitam yang melarang kami untuk melewati garis kuning yang mengisolasi gerbang rumah kami. Daun daun yang kuning berguguran nampak berhamb...