Aku tidak tahu akan berkata apa. Aku bahkan bingung dengan perasaanku sendiri. Sejak hadirnya kamu dalam hidupku.
Entah mengapa, sedikit demi sedikit aku mulai selalu bertanya dalam hati tentangmu. Tapi aku takut, takut ketika apa yang aku rasakan tidak sama dengan perasaanmu. Aku takut patah hati. Aku tak mau lagi banyak berharap pada laki-laki.
Sebelumnya aku tidak pernah menyangka akan bertemu denganmu. Aku bahkan tidak tahu siapa kamu. Tapi, sejak pertemuan itu, aku merasakan hatiku bergetar. Rasa yang tak biasa. Aku seakan menyesali mengapa baru sekarang aku tahu kamu.
Terlalu lancang bagiku bila mengutarakan perasaan padamu secara langsung. Namun kamu harus tahu bahwa diam-diam aku mendoakanmu meski tak kutahu siapa nama orang tuamu.
Aku sungguh tidak tahu kamu. Bahkan saat selesai acara itu, saat itu juga aku mulai selalu mendoakanmu. Semoga kamu ditakdirkan bersamaku. Semoga kamu bukan hanya sekedar semogaku.
Aku baru kali ini merasakan kembali jatuh cinta. Ya, aku jatuh cinta lagi. Kamu berhasil membuka hati yang telah lama terkunci ini. Tapi aku takut tak seperti yang kuharapkan.
Saat ini aku mencari yang siap nikah, bukan yang hanya sekedar komitmen. Maka dari itu aku takut untuk mencintai duluan. Saat ini aku hanya ingin dicintai. Sebab bila cinta, kau akan merealisasikannya. Dan aku mengharapkan itu darimu.
Mungkin ini terlalu cepat, tapi aku tak mau bila perasaan yang menggebu-gebu ini tiba-tiba hilang. Aku sedang kalut bahkan nyaris tak dapat mengendalikannya. Aku bingung dengan perasaanku.
Pertanyaan itu, seolah memberikan pertanda bahwa ada maksud lain darimu. Aku menunggu itu. Percayalah. Jangan ragu lagi untuk memulai. Kamu pasti bisa. Kamu pasti bisa menemukan yang juga mencintaimu dengan tulus.
Maka, dari coretan tak bermakna ini aku sampaikan padamu dari lubuk hatiku yang paling dalam. Untukmu segera mewujudkan niat baik itu. Aku, menghargaimu.
Salam hangat. Terima kasih sudah membuatku susah tidur malam ini. Semoga baik-baik saja.
Teraskata, 28 Februari 2021
