Tanpa basa-basi lagi bagi agan dan sista yang sudah pernah membaca dongeng-dongeng saya sebelumnya kali ini saya ingin mempersembahkan sebuah dongeng baru
Cerita saya sebelumnya bisa dibaca dibawah ini, tinggal diklik saja
Saya mohon dengan sangat untuk tidak mengcopy paste cerita ini. semoga agan dan sista yang budiman bersikap bijaksana, dan mengerti bahwa betapa susahnya membuat cerita. Terima kasih
Setelah semalam tidak juga mendapat kabar, akhirnya pagi-pagi sekitar jam delapan, pak RT datang ke rumah bu bidan yuyun.
“Saya sudah melaporkan kejadian hilangnya bayi pada polisi dan siang ini mereka akan tiba disini. Dan bu bidan juga akan pulang dulu, jangan khawatir neng.” Kata Pak RT khusus kalimat terakhir ditujukan kepada kamu.
Beberapa warga yang ikut menginap dirumah bidan yuyun bertanya kepada pak RT mengenai rencana selanjutnya sebelum polisi datang, apakah ada perintah untuk melakukan pencarian lagi ? mereka hanya memastikan, kalau tidak ada, mereka masing-masing akan pergi ke ladang dan sawah untuk melanjutkan pekerjaan.
“Silahkan ibu-ibu dan para suaminya jika ada pekerjaan diladang dilanjutkan saja. tapi jika sewaktu-waktu saya membutuhkan tenaga bapak dan ibu dengan tiba-tiba mohon untuk dibantu.” Kata pak RT.
Namun belum juga para tetangga yang berkumpul dirumah bu bidan yuyun ini membubarkan diri, tiba-tiba datang seorang warga lelaki lain yang terlihat berlari dari kejauhan menuju rumah bidan yuyun.
“Pak RT, Pak RT, saya..saya mau melaporkan pak.” Kata warga lelaki itu ketika sampai diteras rumah dengan kondisi nafas yang masih ngos ngosan.
“Ada apa ?”
“Bayi pak RT, bayi bu warsih… saya mendengarnya.”
Sontak semua warga yang berkumpul kaget mendengar ucapan lelaki itu menyebut bayi bu warsih, termasuk kamu dan sari yang sedang duduk didalam rumah tiba-tiba bangun dan ikut keluar.
“Apa maksudnya ? ambil nafas dulu, ceritakan dengan jelas. Neng boleh minta segelas air untuk bapak ini.” Kata pak RT
Lelaki yang datang itu bernama Agus, yang kemudian dicecar berbagai pertanyaan dari warga sebelum akhirnya pak RT meminta semua tenang dan meminta agus untuk bercerita lebih jelas.
Agus bekerja dipeternakan sapi perah, berbeda dengan warga lainnya yang bekerja mengurusi hewan ternak agus hanya bertugas untuk berjaga. dia bersama keempat warga lainnya tiap hari bergiliran berjaga siang dan malam.
“Pada awalnya saya tidak tahu bahwa bayi bu warsih hilang pak, sudah tiga hari saya tidak pulang. Dan saat tadi subuh pulang ke rumah saya dapet kabar hilangnya bayi bu warsih itu dari istri saya.” Kata Agus.
Lalu agus bercerita setelah meneguk segelas air putih. Malam itu dia berjaga bersama seorang temannya, setelah dua hari yang lalu dia berjaga disiang hari, minggu ini dia giliran untuk jaga dimalam hari.
Agus sedang duduk dipos kecilnya yang bagi dia merupakan rumah keduanya. Pos itu terletak disamping gerbang masuk peternakan. Ukurannnya tidak terlalu besar namun cukup untuk menampung satu buah lemari tempat agus dan teman-temannya menyimpan baju ganti, satu buah sofa dan satu buah tv beserta mejanya. Hujan turun begitu derasnya saat agus bertugas, dia sedang asyik menyaksikan pertandingan bola, walaupun satu kampung sedang mati lampu tapi tidak dipeternakan karena bosnya menyedikan mesin generator untuk keadaan darurat, mengingat lampu-lampu dipeternakan harus tetap menyala demi keamanan.
Kawan berjaganya malam itu sedang menderita diare hingga membuatnya harus bolak balik ke kamar mandi begitu sering. Saat agus sedang ditinggal sendirian didalam pos dalam samar-samar suara hujan dia mendengar suara tangisan bayi. suara tangisan itu bukan berasal dari luar gerbang, tapi dari dalam peternakan. Agus yang merasa heran lalu mengecilkan suara televisi, kemudian berlalu keluar pos dan memastikan apa yang didengarnya nyata bukan cuma salah dengar saja.
Suara tangisan bayi itu masih terdengar samar karena bercampur dengan suara hujan, namun agus yakin itu memang suara tangisan, maka saat kawannya baru datang dari kamar mandi dia menanyakan apakah kawannya juga mendengar suara bayi.
“Ngaco kamu gus, sudahlah jangan ngawur, jangan bikin cerita seram segala, saya lagi sakit perut ini memangnya kamu mau saya ketakutan dan berak disini.” Kata kawannya dengan muka meringis menahan sakit.
Agus yang masih penasaran lalu mengambil lampu senternya dan kupluk yang kemudian dikenakannya untuk menghalau rasa dingin.
“Yasudah saya cek dulu kedalam, jangan pergi ke kamar mandi dulu tunggu sampai saya balik.” Tapi kawan agus tidak berbicara apapun selain mengangguk sedangkan tangannya masih mengusap-ngusap perut.
Letak pos dan peternakan kira-kira lima meter, untuk masuk ke kandang sapi agus harus kembali membuka gerbang besi yang berbentuk teralis. Pada siang hari kandang-kandang sapi ini ramai oleh aktivitas para pegawai, ada yang memandikan sapi ada yang memberi pakan dan ada juga yang membersihkan kandang ketika sapi-sapi ini dibawa keluar untuk merumput dilapangan. Namun pada malam hari suasananya sepi kecuali beberapa suara sapi yang masih terjaga.
Ketika masuk, Agus mencari sumber suara tangisan bayi, namun sedikit kesulitan karena atap kandang yang terbuat daring seng, membuatnya terdengar berisik ketika diguyur hujan deras. Saat itu agus tidak merasa takut sedikitpun ketika mendengar hal-hal ganjil ditempat kerjanya, semuanya karena pengalaman yang pernah dia alami.
Agus sudah hapal betul trik-trik para maling untuk menakuti para penjaga agar mereka bisa menjarah sapi. Sudah dua kali kejadian dan hampir saja membuat agus kehilangan pekerjaannya. Untuk kejadian yang pertama agus dan kawannya pernah melihat pocong meloncat-loncat digerbang luar, agus yang saat itu baru sebulan bekerja dibuat ketakutan dan lari terbirit-birit meninggalkan tempat kerjanya, keesokan harinya lima sapi hilang. Kejadian kedua ketika agus mendengar suara tangisan wanita yang membuat dia kembali pingsan karena ketakutan dan keesokan harinya enam sapi hilang.
Agus sudah kapok dikerjain para maling, pengalaman-pengalaman itu telah membuatnya tidak gampang percaya dengan hal-hal aneh yang dialaminya ditempat kerja. Namun hal yang selalu membuat heran agus hingga saat ini adalah bagaimana maling-maling itu membawa sapi-sapi hasil jarahannya. Apakah dituntun melewati jembatan gantung, atau diangkut dengan truk yang harus memutar melewati jalan terjal kebelakang kampung menuju hutan sepanjang 38 kilometer untuk sampai dijalan besar kecamatan. Dan bagaimana bisa maling-maling itu tahu letak peternakan dan jalan keluar kampung, apakah salah satu pelakunya orang dalam ?
Sapi-sapi dikelompokan dalam kandang yang berbeda, dalam setiap satu kandang berisi 8 ekor sapi atau kurang dari itu. Agus mengecek satu persatu dari mulai kandang yang didekat gerbang sampai diujung namun nihil agus belum menemukan apapun kendati suara tangisan bayi itu masih terdengar ditelinganya.
Hingga akhirnya agus merasa curiga dengan gudang yang terletak disamping kandang terakhir yang merupakan tempat pakan sapi disimpan. Gudang itulah satu-satunya yang belum dia cek. Benar saja, semakin agus berjalan mendekati pintu gudang tangisan yang awalnya hanya terdengar samar kini terdengar semakin jelas.
Agus mengambil tongkat kayu yang tergeletak disamping pintu. Saat itu agus berpikir bahwa suara itu adalah ulah maling yang mencoba untuk membuatnya takut, agus menyiapkan kayu sebagai senjata kalau-kalau saat pintu gudang dibuka si maling menyerang dengan tiba-tiba.
Namun saat agus memegang gagang pintu kayu dirinya merasa ragu setelah mendengar suara bayinya dengan sangat jelas, pertama suara bayi itu terdengar asli bukan seperti suara tiruan yang dibuat orang dewasa, agus tahu betul karena dia pernah dua kali punya bayi. yang kedua kalaupun ada maling bisa meniru suara bayi, berbakat betul orang itu. Alasan yang terakhir bagaimana maling itu bisa ada didalam gudang padahal saat dia masuk ke kandang gerbang depan masih terkunci. Kalaupun maling tersebut menemukan jalan lewat belakang atau berhasil menjebol dinding kayu kenapa mereka tidak langsung membawa sapinya dan malah menakut-nakutinya.
Sadar dengan situasi ganjil yang sedang dihadapinya, agus segera berlari menuju pos dan mengurungkan niatnya untuk mengecek kedalam gudang.
Sayangnya saat agus kembali ke gudang untuk mengecek bersama teman jaganya, suara itu telah hilang. Saat agus membuka pintu, tidak ada apapun yang mencurigakan didalamnya, semuanya tampak normal, tumpukan-tumpukan jerami masih tersusun rapi. Tidak ada yang ganjil kecuali jendela kecil yang berada diatas dekat dengan langit-langit terbuka.
Jendela kaca yang terbuka itu digunakan untuk penerangan disiang hari, cahaya matahari dibiarkan masuk karena tidak ada lampu yang terpasang dalam gudang pakan itu. Tapi jendela kaca itu terlalu kecil untuk bisa dilewati manusia. Tapi bayi mungkin saja masuk seandainya dia bisa merangkak sendiri, tapi tidak mungkin juga karena letaknya berada diatas.
Agus segera melupakan kejadian itu dan pikiran-pikirannya yang mencoba untuk mencari penjelasan untuk kejadian aneh yang dihadapinya. Hingga akhirnya pagi hari saat pulang kerumah istirnya bercerita tentang hilangnya bayi bu warsih.
“Begitu pak.” Kata agus menutup laporannya.
Pak RT kemudian bertanya mengenai suami bu warsih, apakah agus pernah melihatnya ditempat kerja setelah dinyatakan hilang. Bagaimana tingkah suami bu warsih dan berbagai hal yang dianggap mencurigakan.
“Saya tidak terlalu akrab juga pak, pegawai dipeternakan banyak saya tidak memperhatikannya satu persatu kecuali kalau dengan orang baru.”
Siang hari 4 orang polisi datang kekampung setelah bersusah payah menyebrang dengan rakit. Warga yang membantu menyebrangkan kesulitan karena arus sungai sedang deras. Bu bidan yuyun pun ikut pulang. Begitu sampai dirumah, Kamu, sari dan indah memeluk bu bidan sambil menangis.
“Sudah. tidak apa-apa, bukan salah kalian. Pak RT sudah cerita semuanya, ini musibah kita bersama.” Kata bidan yuyun mencoba menenangkan.
Sebelum polisi pergi untuk memeriksa keterangan agus ke peternakan, kamu dicecar banyak pertanyaan sebagai saksi. Ketika mendengar jawaban-jawaban yang kamu berikan, polisi-polisi itu tampak seperti orang kebingunan. Padahal kamu sudah jujur, tapi mungkin bagi mereka keterangan yang kamu berikan tidak bisa dinalar untuk bagian hal-hal berbau supranatural.
“Apa benar kamu mengalami kejadian aneh ketika menunggu bu warsih dikamar mandi waktu itu ?’’ Tanya bidan yuyun setelah polisi pergi.
“Bisa jadi yang aku lihat dulu itu nyata bukan halusinasi.” Gumam bu bidan setelah kamu menjawab pertanyaan dengan anggukan.
Anda akan meninggalkan Stories from the Heart. Apakah anda yakin?
Lapor Hansip
Semua laporan yang masuk akan kami proses dalam 1-7 hari kerja. Kami mencatat IP pelapor untuk alasan keamanan. Barang siapa memberikan laporan palsu akan dikenakan sanksi banned.