Quote:
Kewajiban menggunakan kemasan ramah lingkungan diterapkan di DKI Jakarta mulai 1 Juli. Salah satunya agar Indonesia tak lagi menempati papan atas soal buang sampah plastik di laut.
Indonesia menjadi penghasil sampah plastik terbesar kedua ke laut di dunia setelah China. Sampah-sampah plastik yang sulit terurai itu pun telah merusak habitat yang ada di laut.
"Sebanyak 1,3 juta ton per tahun kita kalah dari Tiongkok yang menghasilkan. 3,5 juta ton per tahun sampah plastik ke laut," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, Andono Warih, Selasa (30/6/2020) di Kantor Dinas Lingkungan Hidup.
Selain membahayakan kehidupan laut dan merusak keindahannya, sampah-sampah plastik ini tentu akan membahayakan manusia yang mengkonsumsi makanan laut.
"Ini juga membahayakan ekosistem laut di makan oleh ikan dan ikannya kembali ke darat dan kita konsumsi membahayakan generasi yang akan datang," kata Andoko.
Penguraian sampah ini tidak akan terjadi dalam waktu yang singkat. Sehingga, tak hanya perusahaan yang memproduksi plastik, namun masyarakat pun diimbau untuk ikut serta mengurangi penggunaan sampah plastik yang telah menjadi masalah dunia ini.
"Nggak akan selesai dalam 10-20 tahun, apa maknanya ini membebani, membuat PR buat generasi mendatang juga secara internasional kita dikenal sebagai negara kedua terbesar menghasilkan sampah plastik ke laut," dia menambahkan.
Selain menumpuk di laut, sampah-sampah plastik yang lama terurai ini juga telah memadati Bantar Gebang. Plastik juga mendominasi seluruh sampah yang ada.
"Catatan kami 34% akumulasi sampai di bantar gebang banyak saat ini sudah menumpuk sampai 9 juta ton 34% nya adalah plastik dan kita tahu plastik ini sulit terurai lama puluhan bahkan ratusan tahun artinya apa kalau kita tetap dengan pola hidup sekarang ini plastik ini dan menumpuk terus numpuknya di Bantar Gebang itu," Andoko menjelaskan.
Menurut Andoko kini waktunya mengendalikan sampah yang kian lama kian merusak laut dan lingkungan masyarakat. Andoko berharap dengan kerja sama yang baik oleh pemerintah dan masyarakat nantinya akan membawa dampak yang lebih baik lagi untuk masa depan.
"Dari dua fenomena ini kita memandang perlu inilah saatnya kita berbuat sesuatu untuk mengendalikan sampah plastik ini dan saya yakin warga sudah sadar tentang ini bahaya ini dan kita dengan momentum Peraturan Gubernur itu kita bersama bisa mewujudkan perilaku yang lebih baik lagi," ujarnya.
SUMBER
Indonesia menjadi penghasil sampah plastik terbesar kedua ke laut di dunia setelah China. Sampah-sampah plastik yang sulit terurai itu pun telah merusak habitat yang ada di laut.
"Sebanyak 1,3 juta ton per tahun kita kalah dari Tiongkok yang menghasilkan. 3,5 juta ton per tahun sampah plastik ke laut," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, Andono Warih, Selasa (30/6/2020) di Kantor Dinas Lingkungan Hidup.
Selain membahayakan kehidupan laut dan merusak keindahannya, sampah-sampah plastik ini tentu akan membahayakan manusia yang mengkonsumsi makanan laut.
"Ini juga membahayakan ekosistem laut di makan oleh ikan dan ikannya kembali ke darat dan kita konsumsi membahayakan generasi yang akan datang," kata Andoko.
Penguraian sampah ini tidak akan terjadi dalam waktu yang singkat. Sehingga, tak hanya perusahaan yang memproduksi plastik, namun masyarakat pun diimbau untuk ikut serta mengurangi penggunaan sampah plastik yang telah menjadi masalah dunia ini.
"Nggak akan selesai dalam 10-20 tahun, apa maknanya ini membebani, membuat PR buat generasi mendatang juga secara internasional kita dikenal sebagai negara kedua terbesar menghasilkan sampah plastik ke laut," dia menambahkan.
Selain menumpuk di laut, sampah-sampah plastik yang lama terurai ini juga telah memadati Bantar Gebang. Plastik juga mendominasi seluruh sampah yang ada.
"Catatan kami 34% akumulasi sampai di bantar gebang banyak saat ini sudah menumpuk sampai 9 juta ton 34% nya adalah plastik dan kita tahu plastik ini sulit terurai lama puluhan bahkan ratusan tahun artinya apa kalau kita tetap dengan pola hidup sekarang ini plastik ini dan menumpuk terus numpuknya di Bantar Gebang itu," Andoko menjelaskan.
Menurut Andoko kini waktunya mengendalikan sampah yang kian lama kian merusak laut dan lingkungan masyarakat. Andoko berharap dengan kerja sama yang baik oleh pemerintah dan masyarakat nantinya akan membawa dampak yang lebih baik lagi untuk masa depan.
"Dari dua fenomena ini kita memandang perlu inilah saatnya kita berbuat sesuatu untuk mengendalikan sampah plastik ini dan saya yakin warga sudah sadar tentang ini bahaya ini dan kita dengan momentum Peraturan Gubernur itu kita bersama bisa mewujudkan perilaku yang lebih baik lagi," ujarnya.
SUMBER
AYO INDONESIA JANGAN MAU KALAH DARI CHINA, INDONESIA HARUS MEREBUT POSISI NOMOR 1 DARI CHINA ....
AYO INDONESIA, BERSATU KITA TEGUH, PASTI BISA JADI POSISI NOMOR 1 RAJA BUANG SAMPAH DI LAUT