Sila kelima dari Pancasila yang sering kita dengar adalah "keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia", atau banyak agan sudah lupa dengan butir-butir Pancasila sebagai dasar negara kita.
Mungkin karena sudah sibuk bekerja, sibuk jadi ibu rumah tangga, atau sibuk dengan kehidupan yang lain. Bahkan ada juga yang sibuk rebahan, hingga sila kelima pun diacuhkan dan tak pernah benar-benar diwujudkan untuk terciptanya rasa adil tersebut.
Manusia hidup selalu ingin mencari keadilan padahal secara rasa tidak pernah ada keadilan yang benar-benar mutlak, semuanya hanya ada keadilan semu.
Apalagi keadilan secara sosial, baik itu strata, kasta, ras dan juga agama, kaum minoritas dan lemah pasti akan selalu berada di bawah.
Tak heran bila ada yang merasa bahwa keadilan hanyalah untuk orang yang punya kekuasaan dan uang saja, apalagi saat ini dipertontonkan di banyak media dimana hukum terasa timpang dan tak sama antara pejabat korupsi dan maling ayam.
Sistem adil yang ada di muka bumi ini adalah hukum alam, ini adalah hukum tertua di muka bumi sejak zaman Yunani kuno. Dimana nama-nama seperti Socrates dan setelah era Socrates, termasuk Plato dan Aristoteles adalah yang mempelajari hukum alam.
Aristoteles sendiri menanggapi hukum alam sebagai suatu hukum yang berlaku dengan sendirinya. Jadi bisa saja spesifiknya menjadi siapa yang kuat ia akan bertahan, makan atau dimakan, itulah hukum yang berlaku tanpa kita sadari karena berjalan dengan sendirinya dan itu suatu bentuk keadilan.
Tapi apakah keadilan memang seperti itu?
Dalam konsep keadilan di pikiran banyak orang adalah sama rata, sama besar atau bisa kita sebut setara.
Tentu hal itu saya rasa mirip dengan konsepnya komunisme, dimana duduk sama rendah berdiri sama tinggi. Karena keadilan menurut pandangan ane lebih kearah keadaan yang sesuai. Sesuai dalam makna proporsional dalam kebutuhan. Jadi adil tidak harus berarti sama, namun sesuai porsinya.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, menjadi adil bila pemerintah telah melakukan tugas sosialnya dengan baik. Kalau tugas pemerintah tidak dilakukan dengan baik maka masih banyak ketidak adilan yang terjadi.
Sedangkan sebagai Warga Negara patuh dan tunduk pada keputusan yang diambil oleh negara. Sebab keadilan terletak pada keharmonisan menuntut hak, dan menjalankan kewajiban, serta menghormati hak-hak orang lain.
Ketika itu semua terpenuhi maka terciptalah keadilan sosial yang kita inginkan.
Contoh simple, kewajiban sebagai warga negara adalah bayar pajak, haknya tentu mendapatkan apa yang pemerintah bangun baik itu jalan, taman, transportasi, keamanan, dan sebagainya.
Namun, kalau agan sendiri apa sudah merasakan keadilan. Atau masih banyak melihat ketidak adilan!
Terima kasih yang sudah membaca thread ini sampai akhir, bila ada kritik silahkan disampaikan dan semoga thread ini bermanfaat, tetap sehat dan merdeka. Ane c4punk pamit undur diri, See u next thread.
"Nikmati Membaca Dengan Santuy"

Tulisan : c4punk@2022
referensi : 1, 2, 3, 4
Pic : google



Tanggapan Kaskuser
Quote:
Original Posted By kbeniadip►Protesnya "si miskin" ini sebenernya salah alamat, kebesaran ego dan gak beralasan. Karena sistem negara "yang mampu bantu yang tidak mampu" akhirnya jadi kebending gini logikanya.
Lets say, "si miskin", terima subsidi, terima BLT, baru iuran langsung pake BPJS berkala, tapi sumbangsihnya untuk negara? Kerjanya buat anak, didik ga bener, jadi preman dijalanan, korbannya ya kenyamanan "si kaya".
Sementara "si kaya", prepare banget hidupnya, bayar pajak jutaan-milyaran, gak terima subsidi, gak terima BLT, BPJS boro-boro pake asuransi swasta atau bayar sendiri. Anak dididik bener, memajukan ekonomi negara, pikiran positif cari ide bisnis yang nyelesaiin masalah di masyarakat.
Terus tiba-tiba setelah semua yang dilakukan "si kaya", dia isi BBM ke pertamina, "si miskin" marah-marah, mosok orang kaya isi bensin subsidi?
Logikanya gimana itu?
Kalo mau disalahkan, harusnya pemerintah sebagai regulator. "Si kaya" yang hidupnya dipaksa ngangkat hidup "si miskin" yang begajulan ini, rasanya juga eneg.
Quote:
Original Posted By jaguarxj220►Banyak yang salah kaprah.
Keadilan sosial yang dimaksud, bukan berarti si kaya harus selalu bantu si miskin gitu.
Tapi lebih ke keadilan hukum dan tidak ada keistimewaan dari negara.
Misalnya nih: ada orang miskin bunuh pemerkosa anaknya, dihukum penjara 5 tahun.
Lalu ada orang kaya pemerkosa anak orang miskin, ehh gara2 bisa nyogok, malah bebas dengan berbagai alibi dan alasan.
Contoh lain: bikin izin usaha harusnya 1 bulan. Buat anak menteri, izinnya jadi dalam 1 minggu.
Orang biasa perlu bolak balik sampe 3 bulan sampe jadi.
Kasus2 begitu ada ga sih di sini?
Kalau ga ada, berarti sudah adil secara sosial.
Quote:
Original Posted By aiha►Gini Mas,
Itulah fungsi surga dan neraka untuk memberikan keadilan sejati yang kita cari-cari saat ini kan.
Kita cenderung tidak peduli surga neraka karena tidak terlihat oleh mata.
Tapi coba dipikir sejenak dengan logika, disaat Tuhan mampu menciptakan alam semesta yang begitu Seimbang, Adil dan Sempurna yang kita tinggali saat ini.
Masa Tuhan tidak mampu menciptakan/memberikan Keadilan untuk manusia ??
Coba dipikir lagi.. kan sungguh aneh kalau orang yang melakukan 100 kejahatan setiap harinya dan belum sempat dapat hukuman di dunia kemudian dia mati.
Betapa beruntungnya dia sudah puas melakukan ribuan kejahatan tapi tidak harus bertanggung jawab karena keburu mati

Quote:
Original Posted By martenvdbroek►Keadilan Sosial bagi yg "lagi viral" dan yg "suaranya kedengeran"
Quote:
Original Posted By jengkling►Percuma berbicara keadilan. Keadilan sudah mati.
Saat bahas keadilan, yang ada hanyalah kedzoliman.
Contoh nyata yang nga bisa dipungkiri salah satunya adalah:
Listrik.
Listrik itu harus bisa dibagikan rata kesemua masyarakat. Yang terjadi adalah masyarakat tidak bisa merasakan atau memakai listrik secara layak.
Kasus meteran listrik udah bukan rahasia umum bila ada orang yang tidak bersalah (dia makenya wajar, nga nyolong listrik, nga kutak-katik meteran) malah didenda seenak udel oleh oknum nakal. Ini apa??? Udah gitu ada
kasus segala kabel listriknya nga standar PLN, segelnya palsu lah, ada jumperan lah, kan yang masang itu PLN. Sudah begitu pelanggan tsb dipaksa untuk mengakui kesalahannya dan membayar denda atau dia menghadapi hukuman yang disebut " METERAN LU GW CABUT DAN GW PUTUS LISTRIKNYA". Nga mau tahu pokoknya harus lunasin biar kata jual mobil-motor-rumah juga lu harus lunasin. Ironis kan?
Nga ada kesalahan malah diada-adain kesalahan.
Di luar negeri, orang bisa merasakan manfaat listrik. Hukum dan aturan dalam listrik jelas tidak merugikan konsumen dan si penyedia listrik. Kalo misal meteran rusak akibat bukan karena pelanggan, diperiksa dulu bener-bener apakah ada kelalaian atau memang meteran itu rusak sendiri. Harusnya diberikan kompensasi penggantian meteran secara gratis dan pemeriksaannya berkala misal dalam satu bulan ada 2-3 kali pemeriksaan. Jadi kalo mao periksa/pebaikan/pembetulan itu diberitahukan terlebih dahulu kepada konsumen. Bukannya NGEDENDA ORANG sembarangan apalagi maen datang tiba tiba seenak udel! Ada keluhan malah dicuekin.
Masa kita kalah sama luar negeri keadilannya? Katanya kita udah merdeka nyatanya menirukan sifat penjajah. Mana keadilannya? BUllS**T.
GW seneng tadinya nyumbang nolongin orang yang sedang kesusahan. Biar kata gw salarynya kecil, tetep gw berusaha bantu semua orang. Begitu gw ngerasain diinjek, ditindas sama orang-orang jahat baik dari lingkungan gw sampe orang gedean.... gw mulai berubah. GW tadinya tahan-tahanin sama mereka yang jahat. Gw biarin. Sekarang Gw berubah semuanya. Apa yang gw kerjakan nga ada artinya buat semua. Malah kebaikan gw menjadi sia-sia. GW putus aja semua. Mau apa yang terjadi di negeri ini, gw semasa bodoh. Tahu nga? Gw pengen bilang " I'M FU*KING TIRED OF ALL THIS SH*T".
Persis apa yang dikatakan dalam film The Greenmile. John Coffey saja sampe bilang:
“I'm rightly tired of the pain I hear and feel, boss. I'm tired of bein on the road, lonely as a robin in the rain. Not never havin no buddy to go on with or tell me where we's comin from or goin to or why. I'm tired of people bein ugly to each other. It feels like pieces of glass in my head. I'm tired of all the times I've wanted to help and couldn't. I'm tired of bein in the dark. Mostly it's the pain. There's too much. If I could end it, I would. But I can't.”
YAng kurang lebih diartiin secara pendeknya
"GW TUH CAPEK SAMA PENDERITAAN YANG GW ALAMI DAN GW DENGER KARENA GW LIAT DI DUNIA INI BANYAK ORANG JAHATNYA BERSIKAP ATAU BERBUAT JAHAT SATU SAMA LAINNYA. GW CAPEK SETIAP bla bla bla"
Intinya "GW CAPEK". Capek nga ada keadilan sama sekali. Jadi gw kurang-kurangin harapan gw soal keadilan disini. Karena yang berkuasa tuh orang-orang jahat semua. Gw pasti mati sama mereka dan itupun SAKIT bener. Bisa jadi sakit medis gw. Bisa jadi gila atau stroke sama mereka.
F*ck.
Quote:
Original Posted By xbearx►keadilan sosial ato egalitarianism ini salah satu dasar socialist society, alias salah satu pilar paham komunis.