- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Karena Kamu Adalah Takdirku [SFTH-CLBK]


TS
standalone17
Karena Kamu Adalah Takdirku [SFTH-CLBK]
Konten Sensitif
![Karena Kamu Adalah Takdirku [SFTH-CLBK]](https://s.kaskus.id/b/images/2022/07/08/6736454_20220708041514.jpg)
*alarm jam 7 pagi*
Dengan wajah masih kusut, fajar terpaksa bangun dari kasur busa tipis miliknya, maklum ia tinggal di kosan khusus pria yang terbilang paling murah dekat kampus nya.
Fajar segera menanyakan kawan nya apakah ada kuliah pagi hari ini. Dasar, jadwal kuliah saja ia tidak catat, bagaimana mau mencatat masa depan nya?!
Setelah mendapat kabar ada kuliah jam 10.00 fajar segera mandi dan siap-siap pergi ke warteg. Tempat merakyat bagi para mahasiswa perantauan seperti dirinya.
Jam 9.45 fajar sudah standby di depan kelas, rupanya ia punya rencana sendiri untuk melirik para wanita kampus, terutama jika ada yang memakai pakaian seksi, makin semangat lah dia menggoda mereka. Namun tak di sangka, fajar seperti melihat seseorang yang dulu pernah menjadi tujuan hidupnya. Untuk memastikan kebenarannya, fajar langsung mengejarnya sambil memanggil namanya dengan halus
"Risa..."
Yang dipanggil tentu saja kaget, dan reflek menengok arah datang nya suara.
"Iya ?"
"Ternyata benar, kamu Risa kan?"
"Fajar.. kamu beneran fajar? Iya ini aku Risa.."
Lalu fajar mengajak Risa pergi ke kantin untuk bisa negobrol lebih banyak, kelas kuliah sudah ia lupakan begitu saja.
Fajar sangat mengagumi dan mengidolakan Risa sewaktu mereka berada di bangku SMA. mereka cukup dekat atau begitulah yang dipikirkan Fajar saat mereka duduk dibangku yang sama kelas X-C.
Namun sangat disayangkan, saat kelas XI mereka harus berpisah karena Risa harus pindah sekolah karena urusan pekerjaan orangtua nya.
Fajar tak pernah melupakan Risa, bahkan bertahun-tahun sejak mereka tak pernah bertamu.
"Cerita dong kenapa kamu bisa kuliah disini?" ucap Fajar sambil menyeruput Es Kopi Susu kesukaanya
"Iya aku merantau kuliah disini untuk mengejar cita-cita aku" singkat Risa dengan halus
"jadi kami masih pengen jadi Guru SD, Ris?"
"masih dong, itu kan cita-cita aku dari sekolah.."
"aku masih inget, kamu kan seneng banget ngajarin anak kecil ya"
"itu emang hoby aku, dan sekarang disinilah aku"
Fajar tak henti-hentinya takjub dengan Risa, selain anaknya mandiri dan pintar, Risa juga bisa memegang teguh kata-katanya sedari dulu.
Mereka harus menyudahi obrolan nostalgia itu, karena Risa ada kelas yang harus ia ikuti, tak pernah sekalipun Risa melewati kelas perkuliahan. berbeda dengan Fajar yang lebih mementingkan nongkrong dan bermain game di kosannya.
Sabtu sore saat tak ada jadwal kuliah, Fajar mengajak Risa untuk menemaninya berkeliling Taman Kota. Risa pun tak masalah untuk menemani Fajar, tak ada kegiatan di kampus dan di kosan, lebih baik menghirup udara Taman Kota pikir Risa.
*Jam 15.40*
Fajar sudah standby di depan gerbang kosan Risa yang terletak sekitar 300m dari gerbang Kampus, tak sulit mencari alamat kost-an Risa karena Fajar biasa nongkrong di berbagai tempat dekat kampus, ternyata ada bagusnya juga kebiasaan nongkrong Fajar.
Tak lama menunggu, Fajar dibuat terpenganga dengan penampilan Risa yang mengenakan Dres warna coklat muda dan sepatu Heels warna putih. Semakin Risa mendekat, jantung Fajar semakin tak menentu seperti tak ada oksegen disekitarnya. Lamunan Fajar seketika berhenti saat Risa menepuk lengan Fajar
"hey.. malah bengong kaya ngeliat hantu aja"
"e.. eh maaf Ris, udah siap? ayo kita berangkat" jawab fajar salah tingkah
"ayo Jar, hati-hati bawa motornya ya" pinta Risa
Mereka pun berangkat ke Taman Kota yang berjarak hanya 3km, namun karena kondisi jalanan yang dipadati kendaraan, mereka baru sampai lokasi 30 menit kemudian.
Suasana Taman Kota sore itu cukup ramai, banyak masyarakat yang sedang menikmati senja dengan suasana taman, tak lupa juga banyak penjual kopi keliling yang menggunakan sepeda untuk menawarkan produk mereka.
Fajar dan Risa menjelajahi hampir semua sisi taman kota tersebut, dalam perjalanan tersebut Risa tak henti-hentinya bercerita tentang pengalaman dan kehidupannya saat pindah kota bersama keluarganya, Risa memang sangat senang bercerita, bakatnya yang natural itu menjadi asalan yang cukup kuat ia sangat disenangi oleh anak-anak.
Dirasa cukup lelah mereka pun mencari tempat duduk untuk beristirahat sejenak sambil memanggil mamang kopi keliling. Fajar memesan es kopi susu kesukaanya, sedangkan Risa memesan Coklat Panas.
"Eh ya aku sampai lupa, kamu ambil jurusan apa?" tanya Risa
"aku ambil Arsitktur Ris, cita-cita aku pengen jadi Arsitek terkenal seperti Andra Matin, Yori Antar, atau Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil" jawab Fajar sangat antusias
"bagus.. aku yakin kamu bisa mewujudkannya" timpal Risa dengan senyum manisnya
"ohya ada yang mau aku omongin Jar.." lanjut Risa dengan nada gugup
belum juga Risa melanjutkan omongannya, cuaca disekitar taman berubah drastis menjadi gelap dan angin berhembus lebih kencang
"eh udah mau ujan, pulang aja yuk" kata Fajar sambil membetulkan letak duduknya menjadi berdiri
mereka pun bergegas pulang. untung saja hujan belum juga muncul saat tiba di kosan risa, hujan baru bergemuruh saat Fajar mengendarain kuda besinya sendirian. saat di tengah perjalanan pulang, fajar baru teringat tentang hal yang ingin dibicarakan oleh Risa.
Sesampainya di kosan, Fajar lalu menghubungi Risa berniat melanjutkan pembicaraan tadi. Namun Risa seperti kurang nyaman jika berbicara lewat telepon dan ingin membicarakan 4 mata. Akhirnya mereka janjian pada hari senin pagi di taman depan Kampus.
*taman depan kampus*
"maaf ya Jar nyuruh kami datang sepagi ini ke kampus" Risa memulai percakapan
"santai aja Ris, aku udah biasa bangun pagi ko" jawab enteng Fajar
"jadi ada apa Ris? kok kayaknya penting banget sampe nggak mau ngomong di telepon?" tanya Fajar dengan penasaran
"e.. iya aku mau cerita sih dan jujur sama kamu. beberapa hari lalu bapakku di kampung telepon, katanya aku mau dijodohkan dengan anaknya pak kepala desa (kades) yang sedang cari isteri. bapakku dan pak kades sudah setuju tentang perjodohan ini, aku sendiri bingung harus jawab apa ke bapak. jika aku tolak nanti akan bikin malu bapak sekaligus membuat bapak kecewa. tapi jika aku terima, aku belum siap menikah dan cita-citaku entah bisa terwujud atau tidak nanti" jelas Risa
mendengar itu, hati Fajar bagaikan di sambar petir, meskipun cuaca tampak cerah. Fajar merasa seluruh hatinya retak dan hancur. wanita yang ia idam-idamkan sejak masa putih abu-abu dulu kini ingin dinikahkan oleh orangtuanya
"Risa, aku sebenarnya sayang sama kamu dari dulu, dan aku ingin kamu menikah denganku" ucap Fajar tiba-tiba, seakan kata-kata tersebut keluar dengan sendirinya
Risa terdiam sejenak, tak menyangka teman sebangku saat masa putih abu-abu itu akan mengucapkan kata-kata itu. Sebetulnya Risa sudah cukup nyaman dekat dengan Fajar, namun gadis berhidung mancung ini tak yakin apakah itu cinta atau bukan
"Kamu serius dengan yang barusan kamu bilang?" Ucap Risa meyakinkan
"Iya tentu saja, aku tak pernah main-main tentang ucapanku" tegas Fajar
"Baiklah jika kamu serius, 3 bulan lagi sehabis ujian semester, aku pengen kamu buktikan ucapanmu itu di depan Bapak ku"
Fajar hanya mengangguk sekedarnya, ia memang yakin dengan perasaannya pada Risa, namun jika harus berbicara langsung dengan Bapaknya Risa, pemuda dengan Iesung pipi itu tentu harus memutar otak. Bagaimana mungkin ia mengajak ber-rumah tangga anak orang sedangkan masa depannya saja tidak jelas, kuliah sudah di smester 5 namun masih banyak mata kuliah yang belum lulus.
Didalam kamar kos nya, Fajar sadar jika ia tidak bisa terus menjadi pemalas seperti ini. Apalagi ia sudah serius ingin menikahi Risa, maka mulai hari itu Fajar giat belajar, baca buku, dan mengerjakan tugas-tugas kuliah yang telah lama menumpuk.
*3 bulan kemudian*
Hari yang telah di tentukan pun akhirnya tiba, liburan semester ganjil cukup untuk Risa pulang kampung, dengan Fajar tentunya.
Mereka naik bis yang terbilang cukup ekonomis dan cepat sampai tujuan ke sebuah kota di ujung Jawa Barat.
Saat matahari mulai menuju senja, mereka telah tiba di kediaman Bapak Wawan, ayahanda dari Risa. Pak Wawan tentu senang dengan kedatangan putri sulung nya itu, namun tak disangka ia datang bersama seorang pemuda.
"Siapa itu Ris?" bisik Pak Wawan
"Nama nya Fajar pak, nanti saja di dalam ngobrolnya" jawab Risa seakan memberi isyarat akan pembicaraan penting setelah ini
Risa mempersilahkan Fajar masuk ke dalam rumahnya dan menunggu di ruang tamu. Fajar pun masuk sambil mencium tangan lelaki yang berumur 45tahun di depannya itu, tak lama kemudian ia sudah duduk di sofa dengan perasaan yang sangat gugup.
Ibu nya Risa muncul dengan membawakan air putih dan cemilan seadanya. Semenit kemudian Risa, Bapak dan Ibu nya duduk bersama di ruang tamu yang seakan ruang sidang bagi Fajar.
Tanpa basa basi, Pak Wawan menanyakan hubungan pemuda didepan nya ini dengan anak nya. Fahar yang sudah mempersiapkan jawaban jauh-jauh hari masih saja kikuk dan gugup menghadapi pertanyaan pak Wawan. Namun ia coba tenang dan menjawab dengan tegas bahwa dia sangat mencintai Risa, gadis impian nya sejak SMA dulu. Dan ingin Menikah dengan gadis berambit hitam ini
Saat ditanya apa status dari pemuda tersebut, Fajar sontak menjawab masih Mahasiswa semester akhir, dan meminta kepada Bapak nya Risa untuk menunggu sekitar 2 tahun untuk menyelesaikan pendidikannya, dan mencari pekerjaan yang layak untuk menjadi kepala rumah tangga untuk Risa.
Pak wawan lalu menceritakan bahwa Risa akan dijodohkan dengan anaknya pak kades, namum Fajar meyakinkan bahwa Risa pun belum siap untuk menikah saat ini, jadi ia menawarkan untuk menunggu selama 2 tahun untuk membuktikan bahwa ia layak mendapatkan Risa, bilamana ia tak cukup layak barulah Pak wawan boleh menjodohkan anaknya itu dengan anak pak kades.
Pak wawan salut dengan keberanian pemuda di depannya itu, ia pun akhirnya menyetujui usulan Fahar.
Mendengar hal itu, tentu saja Risa senyum malu karena baru kali ini ada pemuda yang sangat serius memintanya di hadapan orangtuanya.
*2 tahun kemudian*
Diruang kerja sebuah perusahaan arsitektur, pemuda dengan rambut klimis baru selesai presentasi calon client properti.
Ia melihat layar di handpone nya yang menandakan ia harus bertemu dengan seseorang, ialah gadis yang menjadi tujuan hidupnya selama ini, Risa.
Risa sudah menunggu di minimarket dekat kantor Fajar, mereka akan berangkat ke kampung Risa untuk meminta izin pernikahan sepasang kekasih yang dimabuk asmara ini.
Diteras rumah, seorang pria tua hampir separuh abad sedang menikmati pisang goreng dan teh manis di cangkir besi. Lalu melihat dari kejauhan gadis yang sangat disayanginya sejak ia lahir bersama pemuda yang pernah berbincang dengannya.
Ia seketika sadar, bahwa ada hal-hal yang tidak akan bisa di ubah, itulah yang dinamakan TAKDIR.
Quote:


bukhorigan memberi reputasi
2
495
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan