Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

dwindrawatiAvatar border
TS
dwindrawati
Kelanjutan dari cerita KUPULANGKAN SUAMIKU KEPADA IBUNYA
Kisa sebelumnya bisa dibaca DI SINI

Part 5

Sudah kuduga masalah ini akan menjadi besar dan melebar. Ibu juga sih, kemarin bersikeras untuk menyerang Yanti istriku. Padahal sudah kularang. Tapi bukan Ibuku namanya kalau mau dibantah kemauannya. Dipaksanya aku memboncengnya pagi-pagi buta hanya untuk marah-marah pada menantunya.

Mana di depan para tetangga kami pula dia menyerang Yanti. Sekarang semua orang pastilah berpikir aku adalah lelaki cemen yang cuma berlindung di bawah ketiak Ibu. 

Ibu … Ibu, malah bikin aku jadi cemoohan tetangga kalau sudah begini.

Memang kuakui, aku yang salah dalam permasalahan yang terjadi karena tak mampu berlaku adil dalam memberi materi antara Ibu dan Yanti.

Sebenarnya aku pun bukan tak mau memberi Yanti lebih. Suami mana yang tak ingin membahagiakan anak dan istri? Terlebih aku sangat mencintai istriku itu.

Tapi sebelum aku menikahi Yanti yang anak seorang janda miskin, Ibuku memang sudah menentang hubungan kami sejak awal.

"Kau ini Pul, pilih calon istri kok dari kalangan miskin. Memangnya apa yang kau lihat dari si Yanti itu? Dia dan keluarganya hanya akan jadi bebanmu nanti. Lihat saja, setelah menikah kau akan dibuatnya kurus kering karena menghidupi Yanti dan keluarganya!" Begitu ucap Ibuku saat kuutarakan maksud untuk meminang Yanti menjadi istri.

"Tapi Bu, Ipul sudah terlanjur cinta sama Yanti. Dia perempuan yang baik, Ipul yakin dia akan bisa jadi istri yang baik juga buat Ipul, juga jadi menantu yang baik buat Ibu. Dan Ipul rasa, apa yang Ibu pikirkan itu tak akan pernah terjadi. Yanti dan keluarganya tidak seperti itu, Bu." Aku berusaha membela hubunganku dengan Yanti.

Mendengar jawabanku, Ibu justru melengos sambil membuang muka.

"Kau ini kenal perempuan itu baru kemarin sore, tau apa kau soal keluarganya sampai-sampai kau bilang Ibu salah duga? Ibumu ini lebih tau Pul daripada kamu. Sudahlah, tinggalkan Yanti. Kamu hanya akan dijadikan sapi perah saja nanti kalau sudah jadi suaminya!" Ibu bersikukuh menentang rencanaku menikahi Yanti.

Aku sebenarnya paling takut melawan orang tua, apalagi Ibu. Takut dosa dan hidupku jadi tak berkah karenanya. Tapi soal pilihan pasangan hidup, aku tak mampu menentang kata hatiku sendiri. 

Aku yakin, Yanti adalah wanita yang tepat untuk jadi pendamping hidupku. Maka untuk pertama kalinya dalam hidup, aku berani menentang keinginan Ibu yang selalu otoriter bagai Hitler.

"Kau ini memang keras kepala, ya Pul? Apa sih kelebihannya si Yanti itu? Cantik juga masih cantik si Ratna anak Pak Jamhuri itu. Apa jangan-jangan kau sudah dipelet sama keluarga miskin itu? Kau benar-benar kena sepertinya Pul sama mereka!" Ibuku berseru marah saat aku tetap bertahan untuk mempersunting Yanti, wanita pujaanku. 

"Maafkan Ipul Bu, selama ini Ipul selalu menurut apa kata Ibu. Tapi Ipul mohon, untuk kali ini biar Ipul tentukan sendiri gadis yang akan Ipul nikahi. Restuilah Ipul dan Yanti, Bu," pintaku memohon agar Ibu luluh hatinya.

Ibu terdiam sejenak. Tak langsung menjawabku. Aku menunggu dalam keresahan, sambil berdoa agar Ibu bersedia mengalah.

"Baiklah, Ibu mengalah kali ini. Tapi ada syaratnya jika kamu bersikeras menikahi perempuan miskin itu." 

Aku menatap Ibu dengan sorot mata bahagia.

Akhirnya....

"Apapun syaratnya akan Ipul penuhi Bu," jawabku antusias. Ibu tampak menimbang-nimbang sebentar, mungkin sedang memikirkan syarat apa yang akan ia minta. Semoga saja tak berat.

 

"Kau Ibu restui menikah dengan gadis itu, asalkan setelah kalian berumah tangga nanti keuanganmu Ibu yang atur. Setiap gajian, kau setor dulu ke Ibu, biar Ibu tentukan berapa yang boleh kau berikan pada Yanti. Ini Ibu lakukan semata-matan karena Ibu ingin menyelamatkan hartamu. Ibu tak mau kau kelak hanya dijadikan tambang untuk menghidupi keluarga mereka. Mereka itu cuma orang miskin yang ingin merubah nasib dengan menikahkan Yanti dengan pemuda mapan sepertimu!" Jika sudah begini nada bicaranya, tanda Ibu sudah tak mau dibantah.

Membantahnya hanya akan nambah perkara, jadi lebih baik mengalah. Aku tak keberatan dengan syarat tersebut. Toh Ibu juga bukan orang lain. Ibu hanya ingin membantu 'mengamankan' penghasilanku. 

Tapi aku tak menyangka, jika syarat ini akan menjadi penyebab keretakan dalam rumah tanggaku kelak.

Dan karena kesepakatan itulah, maka setelah menikah Yanti tak pernah kuberikan gajiku sepenuhnya padahal dialah yang paling berhak untuk mengelola keuangan rumah tangga kami.

Setiap kali Yanti protes, aku selalu berdalih bahwa ini adalah salah satu usahaku untuk berbakti sebagai anak lelaki. Waktu masih belum ada Riska anak kami, keadaan masih bisa teratasi meski uang yang kuberi sangat minim.

Tapi setelah Riska anak kami lahir, otomatis pengeluaran kami bertambah karena harus menafkahi anak. 

Sering kucoba untuk membujuk Ibu agar menyisakan lebih banyak uang untuk kuberikan pada istriku. Tapi lagi-lagi Ibu berdalih bahwa ini adalah caranya untuk menyelamatkan hartaku.

Berada di tengah-tengah antara Ibuku dan istriku juga membuatku berada dalam dilema. Di satu sisi aku mencintai istriku, di sisi lainnya aku takut berdosa pada Ibu jika melawan keinginannya. Percayalah, tak ada seorang pun yang ingin ada di posisi seperti aku saat ini. Berat, bahkan Dilan pun tak kan kuat.

Malam itu, aku lagi-lagi membuat istriku kecewa. Hari gajian yang dinanti-nantinya, malah berujung masalah.

Yanti yang menuntut haknya yang sudah menjadi kewajibanku, kembali kubuat menelan pil pahit saat tak ada sedikit pun sisa uang untuknya.

Sebelum pulang ke rumah, aku sudah meminta pada Ibu agar tak mengambil semua. Berbagai alasan telah kuberi agar Ibu bermurah hati.

"Jangan kau manja istrimu Pul, dia kan sekarang sudah kerja. Kenapa masih minta uang sama kamu? Lalu buat apa dia kerja jika masih terus meminta-minta pada suami?" bantah Ibu kala itu.

Aku pun pulang dengan perasaan galau luar biasa. Sepanjang jalan otakku berpikir keras berusaha menemukan alasan agar tak membuat Yanti murka.

Tapi yang kutakutkan akhirnya terjadi juga. Yanti begitu marah saat kukatakan semua gajiku telah kuberikan semua pada Ibu dengan alasan membeli mesin cuci. 

Dan untuk kali ini, nampaknya Yanti tak mau mengalah begitu saja. Ia yang kepalang kecewa, akhirnya merajuk marah.

Tak ada lagi sarapan pagi buatku, baju-baju kotorku tak dicucinya, bahkan ketika aku pulang dalam keadaan lapar, tak ada makanan yang biasa tersedia di atas meja.

Salahku juga kenapa waktu itu tak diam saja. Kenapa juga aku malah protes dengan ulahnya. Dia bersikap begitu karena salahku. Juga salah Ibuku. Yanti tak salah, ia hanya meminta haknya saja.

Akhirnya dia mengusirku dari kontrakan kami. Yanti menyuruhku pulang ke rumah Ibuku. Dalihku dengan mengatakan bahwa anak lelaki adalah milik ibunya, malah jadi senjata makan tuan tatkala Yanti mengusirku malam itu.

Bodohnya aku yang cuma bisa diam saja saat Ibuku memaki-maki Yanti di depan para tetangga. 

Mungkin benar kata mereka, aku hanyalah lelaki lembek yang tak pantas disebut suami.

Dan kini persoalan semakin runyam. 

Ibunya Yanti datang marah-marah, dan balik memaki-maki aku serta Ibuku di depan rumah, disaksikan pula oleh para tetangga, seolah pertengkaran kami adalah sinetron di layar kaca. 

Ya wajar saja, tak ada orang tua mana pun yang rela anaknya hidup tersiksa. Apalagi kalau suami dan mertuanya sendiri yang jadi penyebabnya.

Ingin aku bersujud di kaki istriku, agar ia sudi memaafkanku. Sungguh aku pun merasa sangat bersalah saat tadi pagi Ibuku memakinya membabi buta di depan semua orang. Mengatainya yang tidak-tidak hanya untuk membuat Ibu terlihat benar.

Ingin sekali aku membelanya, tapi lirikan tajam mata Ibu membuat nyali ciut. Akhirnya aku hanya bisa diam dan membiarkan Ibu berteriak-teriak pada Yanti sesukanya.


***

Bersambung ke HALAMAN INI








Diubah oleh dwindrawati 15-05-2021 02:21
Nikita41
bukhorigan
disya1628
disya1628 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
1.3K
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan